Berjuang bukan hanya di medan perang, berjuang bukan hanya
sekedar pertumpahan darah, perjuangan yang sulit saat kita harus berperang
melawan hawa nafsu, berjuang mengendalikan diri dari setiap godaan. Filosofi
perjuangan hidup bisa dicontohkan saat kita mendaki. Jauh-jauh hari
mempersiapkan diri untuk melakukan pendakian, mengorbankan waktu, tenaga dan
biaya untuk dapat merasakan keindahan tersembunyi yang sebetulnya baru kita
bayangkan dan bisa kita rasakan saat sudah sampai di tempat yang dituju dan
terkadang apa yang dibayangkan tidak selalu sama dengan kenyataan, bisa jadi
lebih indah atau bahkan sebaliknya.
Perjuangan menggapai impian |
Dalam mempersiapkan perbekalan yang harus disediakan bukan
hanya untuk diri sendiri, melainkan ada orang lain dalam tim juga yang harus
diperhatikan. Sama halnya dalam kehidupan, bekal yang kita perlukan dalam
menggapai suatu keinginan jangan hanya terfokus pada diri kita, tapi coba untuk
melihat orang lain, coba perduli terhadap orang lain. Dalam setiap yang kita
miliki, ada hak orang lain yang kadang kita lupakan.
Dalam mengawali pendakian, akan dirasa berat, banyak
berhenti dan akan ada tengokan ke belakang yang terkadang mempengaruhi kita
untuk balik lagi dan tidak melanjutkan perjalanan. Nah ini juga yang sering
terjadi dalam kehidupan, saat kita sedang memperjuangkan sesuatu, di awal
begitu banyak godaan, kita harus
berhenti sejenak untuk menghela nafas panjang. Jika kita menggunakan panah, ia
harus ditarik ke belakang agar bisa melesat jauh. Jika kita lihat bola bekel
(bola bekles) juga harus dilempar kebawah agar bisa melompat lebih tinggi, ini
artinya butuh tekanan yang menjadikan kita mundur selangkah demi kemajuan
berlangkah-langkah. Apabila fase awal sudah dilewati, maka kedepannya akan lebih
mudah Inshaa Alloh.
Saat sudah ditengah perjalanan, kita harus beristirahat yang
cukup lama. Jangan memaksakan dan lihat kemampuan kondisi kita, saat kita mampu
untuk melanjutkan tanpa butuh istirahat, ingat lagi bahwa kita mendaki dalam
sebuah tim, perhatikan kondisi orang lain. Sama seperti kehidupan kita saat
sudah merasakan indahnya berjuang, malah terlalu disibukkan dengan hal-hal
tersebut sehingga lupa kepada kesehatan, lupa juga kepada orang lain yang
mempedulikan kita. Badan kita mempunyai hak untuk beristirahat, orang terdekat
juga mempunyai hak untuk mengingatkan kita (misalnya orang tua), jangan egois
dan jangan sombong merasa bisa tanpa istirahat cukup, sesungguhnya tergesa-gesa
itu tidak baik, bukan berarti berlama-lama juga baik. Tapi kenali kemampuan
kita, intinya jangan memaksakan!
Namun saat kita beristirahat terlalu lama juga akan
menjadikan malas melanjutkan perjalanan, menjadikan kita lalai. Maka harus
diperhatikan bahwa beristirahatlah yang cukup! Apalagi saat sudah mendekati
puncak, namun belum pasti puncaknya ada dimana, rasa lelah akan terus melanda. Bisa
dikatakan saat kita sedikit lagi menggapai impian yang diperjuangkan, namun
belum tahu pasti kapan bisa dicapai dan sejauh mana lagi akan menjadikan kita
malas dan merasa lelah. Motivasi dari diri sendiri sangatlah penting, misalnya:
“Neng itu puncak, di puncak ada KUA, ayo semangat, kan sebelum KUA ada bale
desa dulu, nah bale desanyaa sedikit lagi sampai.” Hehehe (ucapan diri sendiri sebagai penyemangat). Motivasi eksternal juga penting ya sahabat, sebagai pelengkap.
Saat tiba dipuncak, Mashaa Alloh, kita betul-betul merasakan
kekuasaan Alloh, Keagungan-Nya yang menjadikan kita jangan sombong, kita bukan
apa-apa, kita bukan siapa-siapa. Menyaksikan kebesaran Alloh membuat kita
semakin bersyukur. Puncak adalah tempat yang kita tuju, puncak diibaratkan
seperti impian yang telah kita perjuangkan. Untuk menggapainya membutuhkan perjuangan
berat, membutuhkan penelusuran jalan yang membuat kita menemukan makna dari
setiap jalan yang dihadapi, bukan hanya satu melainkan banyak jalan
yang bisa mempercepat atau malah memperlama proses pencapaian itu. Apabila kita
ketahui sebelumnya dan ketahui teknik penemuan jalan yang baik maka akan
memudahkan dalam pencapaian. Adapula jalan yang cepat sampainya namun
rintangannya sangat besar, namanya jalan pintas, sama halnya dengan hidup kita
yang dikorbankan menghantam banyak cobaan namun mempercepat pencapaian impian,
ini mengharuskan kita tidak mudah putus asa dan kuat dalam perjalanannya. Dan
ada jalan yang biasa-biasa saja, mudah dihadapi namun membutuhkan waktu yang relatif lama, jadi kita mencapainya tidak membutuhkan perjuangan yang berat, hanya
mengikuti alur dan mengadopsi “alon-alon
asal kelakon”. Pilihannya ada ditangan kita, tinggal menentukan mau yang
mana.
Dalam mencapai impian, bukan berarti hanya berhenti disana
dan berdiam diri terus menerus menikmati apa yang dicapai. Kan kita harus
pulang lagi ke tempat asal, harus turun lagi. Sudahkah mempersiapkan diri untuk
turun? Ataukah masih terlena dengan pencapaian? Penting diperhatikan bahwa saat
sudah mendapat apa yang kita ingin, ada saatnya kita mengembalikan pada
pemiliknya lalu hanya bisa merasakan sekejap dan kembali harus menghadapi rintangan hidup yang
nyata.Kalau orang hidup sampai disini ya tidak akan naik kelas, hidup monoton. Tapi
keuntungannya saat kita turun, akan lebih cepat dan tidak terlalu menguras
tenaga, hanya butuh penahan pijakan agar bisa mengontrol laju langkah kita. Jangan
terlalu cepat mentang-mentang kita sudah tahu medannya, nanti malah kaki
menjadi sakit karena terlalu kuat menahan. Selanjutnya biar sahabat yang
menarik kesimpulan ya, hehe terlalu panjang artikel dikhawatirkan membuat mood
membaca menjadi turun.
0 comments:
Post a Comment
Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)