Showing posts with label coretan hati. Show all posts
Showing posts with label coretan hati. Show all posts

Friday, September 22, 2017

0 Drama "Hajatan dan Kondangan"

Setelah 8 bulan tidak menulis disini, akhirnya sekarang ada kesempatan untuk menuangkan isi fikiran yang sudah lama ada di kepala. Dilihat dari judulnya, bahasan ini memang kerap terjadi dalam kehidupan sosial kita, terutama saya yang lahir dan tumbuh di desa kecil. Coretan kecil ini dibuat sebagai curahan hati saya serta unek-unek yang mengganjal hati dari sudut pandang saya pribadi, berdasarkan pengalaman dan hal-hal yang terjadi di sekitar, bukan untuk memojokan orang lain atau mengomentari suatu pihak, namun ini adalah gambaran secara umum yang memang banyak orang rasakan.

It doesn't have to bi big, small is beautiful

Resepsi pernikahan atau yang lebih kita kenal dengan hajatan bisa mengandug dampak positif dan negatif bagi pendengarnya. Satu sisi, saat seeorang mendengar kata hajatan, yang ada dalam fikirannya adalah acara syukuran, kebahagiaan, berkumpul, menyantap hidangan, namun disisi lain, bagi orang yang sedang dalam keadaan pas-pasan, mendegar seseorang akan menggelar hajatan adalah “stress” karena pada saat itu ia sedang tidak punya uang lebih untuk datang ke acara tersebut.
Pembukaan diatas hanyalah setitik tinta dalam sebuah kertas kosong yang berarti masih banyak tempat untuk mengisi kekosongan tersebut, dibawah ini saya akan menguraikan beberapa hal lain untuk melengkapi kertas tersebut menjadi selembar kertas yang penuh tinta, hehe...

Hajatan itu sekali seumur hidup

Itu adalah kalimat yang sering terucap oleh tukang rias saat menawarkan jasanya kepada “customer” agar mereka membeli paket terbaik yang disediakan. Dengan alasan ini, maka si pengantin harus terlihat paling menonjol dan menjadi pusat perhatian banyak orang, ditambah dengan dekorasi yang bagus atau bahkan mewah serta hidangan makanan yang super nikmat, juga dengan cenderamata yang khas dengan tulisan kedua mempelai, serta pajangan foto-foto pre-wedding yang menghiasi setiap sudut acara, sang pengantinpun rela menjama’ shalatnya karena si tukang rias bilang “kalau wudhu nanti bedaknya luntur”, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, dibalik itu semua, haruslah ada biaya yang tak sedikit yang disediakan oleh kedua mempelai.

Pinjam uang di hajatan

Dalam kehidupan masyarakat kita pada umunya, tak sedikit yang harus meminjam uang untuk menutupi biaya hajatan, dengan harapan, setelah terselenggaranya acara tersebut, mereka bisa mengembalikan hutangnya. Demi memenuhi gaya hidup, tuntutan pernikahan yang diidamkan, juga menutup gengsi di lingkungannya, banyak orang tua yang rela menjual apa yang mereka punya dan meminjam uang sebagai tanda kasih sayang untuk anaknya. Kalau difikir, mau sampai kapan anak terus merepotkan orang tua dimulai sebelum lahir ke dunia hingga entah kapan akhirnya. Yang saya rasakan, mereka senang merepotkan diri da itulah yang telah mereka pilih.

Hajatan menutup jalan

Pada hari saat acara berlangsung, bagi mereka yang mempunyai budget besar, mungkin akan memilih menyewa gedung dan menyerahkan acaranya kepada wedding organizer untuk mengurangi kerepotan, namun bagi masyarakat di desa yang rumahnya ada di sekitar jalan, mereka akan memanfaatkan jalan sebagai lokasi penyimpanan kursi tamu untuk prasmanan dan panggung dangdut sebagai hiburan. Yang dibutuhkan adalah, membayar pada pihak tertentu untuk menutup jalan dan petugas kemanan sekitar. Sungguh, hal ini amat sangat menyebalkan. Saya sebagai korban yang pernah mengalami ini menggerutu dalam hati:”Kok ya orang tega mementingkan kepentingan sendiri, padahal ini jalan umum, tapi malah ditutup hanya demi mensukseskan acara mereka, jadi nyusahin banyak orang yang harus putar balik cari jalan alternatif, hufffftttt.”

Hajatan sebagai wadah transaksi harus dikembalikan

Pernah gak kalian atau orang tua kalian mengintip daftar catatan hutang kondangan untuk kembali dibayarkan kepada si penyelenggara hajat? Itu yang terjadi pada ibu saya sendiri, hhmmm. Ini mungkin hal yang lumrah bagi sebagian besar ibu-ibu, jadi mereka akan mengembalikan sejumlah uang yang telah diterima pada saat menjadi penyelenggara (itung-itung bayar hutang) atau jika zamannya sudah berubah, maka uang tersebut akan dinaikan nominalnya, namun jika kita belum pernah terhutangi anggap saja ini sebagai tabungan jika suatu saat akan hajatan, makan uang tersebut dipercaya akan kembali, hahaha. Itulah prinsipnya.

Giliran gak kondangan, diomongin!

Pada acara reuni setelah lebaran kemarin, saya duduk disebelah teman yang sudah menyelenggarakan hajatan dalam waktu yang cukup berdekatan, lalu tanpa disengaja saya mendengar mereka bercerita tentang (Dalam bahasa sunda yang sudah di translate)  :”Eh si A kemarin datang ga ke hajatan kamu? Kok dia ga datang yah, padahal kan kita kenal baik.” Dijawab:”iya ih gak datang, nanti kalau dia hajatan, aku gak usah datang deh, kan gak ada hutang.” Dalam benak saya, sekeras inikah kehidupan setelah menjadi ibu-ibu? Jadi benarkah hajatan hanya ajang untuk menabung dan bayar hutang? Bukan lagi sebagai ajang silaturahim dan saling mendoakan. Kita tidak pernah tahu apa alasan seseorang tidak bisa menghadiri hajatan, bisa karena saat itu ia sedang tidak ada disana, bisa jadi memang sedang tidak ada rezeki untuk pergi, atau alasan lain yang memang tidak kita ketahui. Sudah sampai sanakah fikiran kita? Atau berharap kedatangan tamu hanya untuk amplopnya saja? Dan lucunya lagi, saat saya sampai rumah, dan menanyakan kepada Ibu saya: “Mah, Neng kondangan gak ke si ‘itu’?”. Dan dijawab:” Pas si ‘itu’ hajatan, Nenek meninggal, jadi Mamah boro-boro kefikiran kondangan, Mamah nginep di rumah nenek beberapa malam.” Heloooohhhh??? Apakah yang mereka maksud merka adalah saya yang kondisinya sedang di Australia, hahahahaha. Hal menggelitik lain pada saat saya mengendarai motor, teman saya yang dibonceng bilang:”Neng jangan jalan kesana, itu di depan ada teman SMA saya, kemarin saya gak kondangan, malu. Lewat jalan lain saja.” Yang disimpulkan dari sini, Jangan sampai tidak kondangan=putus tali silaturahim.

Balik modal dari kotak hajat

Setelah acara berlangsung, mungkin si pengantin akan sibuk dengan dunianya sebagai penanti baru, namun bagi orang tua, mereka akan sibuk membuka amplop yang ada di kotak. Mencatat semua uang masuk dan siap mengeposkan uang-uang tersebut untuk menutupi pengeluaran belanja dapur atau sewa sound system, dll. Harapannya adalah, uang yang didapat semoga bisa menutupi semua pengeluaran dan bisa membayar semua hutang. Jika ada lebih, bisa untuk anaknya bulan madu. Tapi ironisnya, jika harapan tak sesuai kenyataan, boro-boro balik modal, malah harus nombok! Yang harus dilakukan adalah, kehidupan awal si pengantin akan lebih keras karena harus mecicil semua hutang, boro-boro buat nyicil rumah atau ngontrak, tinggal saja masih harus numpang dengan orang tua.

Coretan diatas sepertinya tidak akan berlaku bagi orang-orang kaya. Itu mungki hanya terjadi di kehidupan masyarakat menengah kebawah. Hal-hal diatas bisa jadi karena didasari oleh kebiasaan masyarakat yang hingga saat ini masih menempel meskipun zaman sudah secanggih ini. Banyak hal yang bisa dipetik, teruatama bagi saya pribadi yang dari dulu tidak pernah mendambakan memiliki pernikahan yang mewah, merepotkan banyak orang atau bahkan menyakiti hati orang yang sebetulnya tidak bisa datang terkendala biaya, semua hal yang nantinya akan berujung pada kata mubadzir, saya hanya mengahrap keridha-an Sang Pencipta, namun yang ada dalam fikiran saya belum tentu bisa diterima oleh orang-orang sekitar. Disaat seseorang mengadakan acara sederhana, dikiranya “hamil duluan.” Semua kembali kepada niat setiap orang, jika acara tersebut diniatkan untuk bersedekah, semoga hatinya bersih tanpa mengharap orang memberikan sesuatu, semoga  bisa tepat memberikan sedekah tersebut, bukan hanya orang-orang mampu saja yang merasaknnya, tapi orang diluar sana yang sebetulnya lebih membutuhkan bisa tersalurkan sedekahnya.


Disinilah pentingnya pendidikan untuk bisa memahami satu sama lain. Pentingnya kita berfikir jauh kedepan dan mengukur kemampuan diri dengan tidak memaksakan kehendak. Pada dasarnya, agama Islam selalu memudahkan urusan umatnya, kadang “adat” lah yang meribetkannya. Semoga Alloh senantiasa memberikan kita kemudahan untuk terus berada dalam koridor Islam yang semestinya.

Friday, January 6, 2017

1 Maaf, Saya berubah!

Hari ini sudah menginjak bulan Januari, artinya sudah hampir satu tahun saya tinggal di negeri kangguru. Banyak sekali suka duka yang dirasakan, entah lebih banyak sukanya, dukanya atau bahkan seimbang. Yang pasti, tahun pertama yang kebanyakan orang bilang sebagai tahun tersulit dalam menjalani suatu hal dan begitu pula yang saya rasakan. Banyak sekali air mata yang jatuh, kadang karena saking bahagia, sedih atau kesepian.

Banyak hal yang berubah pada diri ini, termasuk perubahan berat badan yang naik turun. Saat ini turun cukup lumayan, sekitar 4kg dari 3bulan kebelakang. Bisa disebabkan karena aktifitas fisik yang dirasa cukup berat, atau bisa pula karena kondisi fikiran dan perasaan yang selalu tidak stabil. Yap, saya sering merasakan rindu orang-orang disekitar saya dulu, saya rindu berkumpul dengan keluarga, dengan teman-teman, dengan siapapun orang yang ada disekeliling saya.

Selama saya tinggal disini, cenderung menjadi pribadi yang tertutup, terlebih lagi saya selah menarik diri dari lingkungan, itulah faktor utama saya merasa kesepian. Saya tidak punya teman!!! Disaat saya sedang berada di keramaian, tetap saja jiwa ini seperti kosong, merasakan kesepian yang begitu mendalam. Hidup ini seperti serba salah, saya yang sekarang betul-betul tak seceria saya beberapa tahun kebelakang, yang begitu mudahnya berbaur dengan siapapun yang baru dikenal, yang begitu luwes dan banyak bicara, sekarang saya menjadi seorang pendiam, pemurung dan penyendiri. Ada apa dengan diri ini? Saya tidak nyaman berada di lingkungan yang ramai, saya tidak suka aktif di social media, jarang membuka pesan-pesan yang masuk, karena saya ingin mnutup diri dan menghindar. Saya tidak ingin banyak orang tahu kondisi saya sekarang, menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak saya suka, saya betul-betul berubah!!!

Rasanya ingin kembali seperti dulu, tapi sepertinya itu sudah tidak mungkin, karena saya bukan Riska yang dulu. Ditengah kesepian ini, saya hanya bisa mengingat-Nya, saat berada diluar ruangan, saya hanya bisa menatap ke langit, bertasbih, merasakan kekuasaan-Nya, itu yang membuat saya tenang. Hal lain yang tak kalah penting adalah, perubahan ini membawa saya lebih dekat dengan keluarga, hal sekecil apapun yang terjadi, saya langsung mengabari Mamah, Bapak. Merekalah sumber motivasi saat ini, saat saya sudah menyerah, menangis dan ingin kembali pulang, mereka yang mengingatkan tujuan awal saya untuk pergi jauh.

Saat ini saya belum bisa bertemu mereka, saya sedang mengajukan perpanjangan student visa, semoga menghitung hari, saya diizinkan Alloh untuk pulang, melepas rindu bersama orang-orang tercinta, dan mengembalikan kembali diri ini agar sedikit bisa membuka diri. Saya sampaikan maaf juga untuk teman-teman, maafkan saya yang sekarang.

Ditengah hiruk pikuk kota, diri ini masih merasa sendiri


Salam rindu,

Neng.

Tuesday, November 15, 2016

0 Kehilangan

Bismillahirrohmaanirrohiim…

Lima bulan sudah terhitung dari postingan terakhir di blog. Kemana saja saya selama ini? Apa yang telah diperbuat? Berapa banyak manfaat yang sudah dilakukan? Pelajaran apa yang didapat? Berapa banyak kesalahan yang sudah terjadi? Jawaban atas pertanyaan diatas akan dibuat dalam sebuah cerita yang kedepannya akan menjadi catatan pengingat bagi diri ini yang sering lupa.

Cerita ini diawali dengan dua social media yang saya gunakan dalam mengisi waktu luang. Isinya menggambarkan kebahagiaan dan kesuksesan orang lain serta opini-opini mereka dalam menanggapi suatu hal. Disini saya menyimpulkan bahwa, kemungkinan orang diluar sana menilai hidup saya sekarang sukses, bisa tinggal di luar negeri dengan waktu yang cukup lama, bisa merasakan kehidupan sebagai seorang muslim ditengah non-muslim, dan lain-lain. Begitupun saya, melihat kehidupan teman-teman yang lain seolah ringan dan penuh kenikmatan. Padahal mereka tidak tahu apa yang sudah mewarnai hidup saya disini, hehehe. Lagi-lagi, itulah hidup, itulah manusia!

Disini saya akan memberikan gambaran mengenai beberapa cerita yang sudah terjadi di bulan Agustus&September. Saya kehilangan uang sekitar $1.600 karena ketidaktelitian memilih tempat kerja. Uang yang seharusnya saya dapat hasil kerja keras selama 13 hari entah kemana, employer saya tidak memberikan hak itu, ia malah kabur, memblokir nomor telepon saya dan sekarang entah dimana. Awalnya saya sangat kecewa dan terus menangis setiap ingat hal ini, mengadu pada Alloh, “Mengapa ini semua terjadi disaat saya membutuhkannya?” Sebagai warga asing disini, hal yang sudah saya lakukan adalah melapor pada imigrasi namun mereka tidak memberikan respon yang baik, lalu saya melapor dua kali pada Polisi dengan kantor yang berbeda, tapi keduanya tidak menanggapi masalah ini. Mereka mengatakan bahwa persoalan ini bukan wewenangnya, saya disarankan menghubungi dua kantor lain yang berbeda. Kesalahan saya disini memang tidak mengetahui jelas perusahaan tempat saya bekerja dan tidak ada kontrak yang ditandatangani, karena ini pekerjaan casual, jadi mau tidak mau saya harus akhiri kasus ini dengan keikhlasan. Dalam benak saya, kehilangan uang 16juta (yang sebetulnya bisa digunakan sebagai biaya hidup selama satu bulan, atau bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat) sungguh menyesakkan dada. Dikala diam, saya terus menangis, mengapa tidak? Saya sakit hati karena hasil keringat saya yang dilakukan dengan menempuh perjalanan pagi hingga matahari terbenam sia-sia begitu saja, tenaga dan waktu yang sudah saya keluarkan tidak memberikan hasil. Lelah yang dirasa saat harus berlari mengejar kereta tidak dihargai. Tapi apa yang bisa saya lakukan sekarang? Mengikhlaskan. Iya, sudah berkali-kali saya mebahas ilmu ikhlas didalam blog ini, kenapa? Karena saya sering kehilangan. Padahal, apa sih makna kehilangan itu sendiri? Saya mengoreksi diri dan hati ini, sebetulnya apa pantas saya bilang ini kehilangan? Tidak, tidak sama sekali! Apa yang hilang padahal itu bukan milik kita, semua milik Alloh! Uang sekecil itu dimata Alloh bukan apa-apa, Alloh sang pemilik bumi dan alam raya ini. Semua milik Alloh. Hei Riska, sadar!!! Alloh memberikan pelajaran ini untuk terus melatih ilmu ikhlas. Belum tentu saya bisa bersedekah sebanyak ini, anggaplah sebagai sedekah yang harus dibayar, anggap waktu dan tenaga yang berlalu sebagai nilai ibadah, jadikan syukur yang harus dibayar atas nikmat lain yang telah Alloh berikan. Saya juga terus melatih ilmu berbaik sangka pada Alloh, bisa jadi  Alloh hanya mengambil sebagian dari uang saya, padahal seharusnya ada kecelakaan yang harus saya alami. Bisa jadi ada penyakit yang harus saya derita, tapi karena kasih sayang Alloh, Ia hanya mengambil nominal uang. Semua sudah terencana dengan baik, saya bersyukur masih diberikan kesehatan, kenikmatan hidup, juga kenikmatan beribadah, itu yang seharusnya diperhatikan.

Dua minggu lalu, saya kehilangan helmet yang biasanya disimpan dan dikunci bersamaan dengan sepeda di stasiun. Harganya memang tak seberapa, tapi saya tidak bisa menggunakan sepeda tanpa helmet, dikarenakan untuk mematuhi aturan. Saya fikir, mungkin ada orang yang lebih membutuhkannya, jadi mau-tidak mau ia harus mengambilnya dengan cara menggunting. Dan ternyata? Hari minggu kemarin, lengkap sudah sepeda saya juga hilang, hehehe. Saya biasa meninggalkan sepeda di stasiun setiap sore pulang kerja dan “menginapkannya” dan besok pagi saya gunakan untuk berangkat ke tempat kerja. Sesaat ditangga stasiun, biasanya sepeda saya terparkir dan terkunci, tiba-tiba hanya menyisakan rantai kunci yang terputus. Apa respon saya pada saat itu? Hanya senyum dan tertawa kecil. Saya berfikir mungkin semalam ada orang pulang mabuk dan butuh kendaraan untuk ke rumah, makanya ia merusak rantai kunci dan membawa sepedanya pulang. Akhirnya, kembali jalan kaki menempuh 4,5KM pulang pergi dari rumah ke tempat kerja, hehehe. Karena sebelumnya sudah banyak dilatih untuk ikhlas, maka kedepannya semoga tetap dikuatkan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

Bagi saya, kehilangan itu bagian dari kenikmatan, kenikmatan bagi hati yang menikmati dan mengikhlaskan. Lagipula, kehilangan itu merupakan sebuah proses mendapatkan dan menemukan. Saya meyakini Alloh tidak pernah tidur, akan ada banyak hal yang saya dapatkan dan temukan yang lebih besar nilainya. Jauh lebih baik kita kehilangan apa yang dimiliki daripada kita kehilangan keimanan kepada Alloh, juga kehilangan kasih sayang dan ridho-Nya.

Hilang + Ikhlas = Kembali

Salam,

Sydney, 15 November 2016.

(Menulis dengan diiringi flu berat)

Tuesday, June 14, 2016

0 Kurang Bersyukur

Alhamdulillah… Alloh masih memberikan kesempatan untuk menapaki diri di bulan yang suci ini, Bulan Ramadhan yang ditunggu-tunggu umat muslim dibelahan dunia manapun, termasuk saya yang sekarang tinggal di kota kecil dua jam dari Melbourne. Seperti yang terjadi di tahun-tahun lalu, Ramadhan yang saya hadapi selalu berbeda, baik dari tempat yang ditinggali, lingkungan yang ada disekitar, rutinitas yang dijalani atau bahkan menu buka puasa yang dinikmati. Apapun itu, dimanapun itu, saya yakin ini adalah tempat dan kondisi terbaik yang saya dapat dari Alloh. Lagi-lagi, Ramadhan ini menjadi cambuk bagi saya yang fakir ilmu, miskin pengalaman dan haus akan banyak pelajaran, Alloh telah memberikan banyak waktu luang akhir-akhir ini yang sepatutnya saya gunakan untuk merenung, bukan malah mempertanyakan hal-hal yang tidak seharusnya saya bingungkan.

Yaa Robb… Hamba masih sedang dan akan terus belajar membenahi diri hingga datangnya waktu dimana diri ini sudah harus kembali. Hamba sadar, mulut ini banyak menyakiti, fikiran ini banyak dengki, hati ini amat sangat kotor, jauh dari kata suci, namun Engkau masih menampakkan kebaikan didepan orang lain, malu rasanya. Persangkaan orang terhadap hamba begitu baik, namun pada kenyataannya Engkaulah yang Maha Mengetahui segala Isi Hati. Ampunilah mulut ini, tangan ini, kaki ini, fikiran ini semua yang ada dalam diri hamba yang tak digunakan semestinya. Hamba selalu meyakini, pintu maaf-Mu terbuka lebar, pintu ampunan-Mu selalu ada bagi hamba-Mu yang mendekati dan menginginkannya.

Pandang langit luas saat bumi sudah menyesakkan hati
Kehidupan disini sedikit banyak sudah merubah pola fikir saya, yang pada awalnya prioritas kesini untuk menuntut ilmu, namun terbelok dengan mengumpulkan uang. Seperti banyak yang percaya bahwa uang seakan menjadi hal utama dalam hidup, tanpa uang rasanya hidup ini hampa, tanpa uang kita tidak bisa apa-apa, tanpa uang ahhh dunia ini begitu menggoda. Dengan pola hidup Negara maju yang mendorong warganya untuk bekerja ditambah dengan penghasilan yang menggiurkan rasanya betul istilah “waktu adalah uang”, karena betul-betul disini satu menitpun uang. Beda halnya dengan di Indonesia yang masyarakatnya lebih santai dalam bekerja karena toh pendapatan dihitung perbulan, masuk ataupun tidak masuk kerja tidak begitu memberikan dampak besar. Disini dengan pekerjaan biasa yang dibilang dibawah standar pendapatan, jika dikalkulasikan kedalam rupiah bisa mencapai satu juta perhari. Dulu semasa kecil, saya pernah berkhayal, “Ah nanti saya kalu dapat sehari sejuta pasti cepat jadi orang kaya.” Dan kenyataannya sekarang terjadi disini, namun sebetulnya bukanlah banyaknya angka yang menjadikan ketenangan dalam hidup ini. Entah apa yang ada dalam fikiran saya sekarang, rasanya sehari tidak bekerja seolah pusing kelimpungan karena kehilangan dollar, Astagfirullohaladzim, apa yang sudah masuk dalam fikiran saya ini? Melihat orang lain mendapat penghasilan lebih besar disini, mempunyai kesempatan kerja lebih lama, tiba-tiba saya ingin seperti mereka. Padahal Alloh sudah mencukupi semua ini, saya bisa hidup dengan makan enak, tempat tinggal layak, masih diberi kesempatan untuk berbagi dengan keluarga, juga untuk menabung. Lalu nikmat mana lagi yang didustakan?

Dasar manusia, serakah! Ya Robb, hamba ingin terbebas dari belenggu ini…

Kadang….

Saya melihat hidup orang lain begitu nikmat, ternyata mereka hanya menutup kekurangannya tanpa berkeluh kesah, dan disadari atau tidak, diluar sana ada juga orang lain yang ingin hidupnya seperti kita,

Saya melihat teman-teman hidupnya tidak ada duka kepedihan, ternyata mereka hanya pandai menutupi dengan mensyukuri,

Saya melihat hidup saudara saya tenang tanpa ujian, ternyata mereka begitu menikmati badai ujian dalam hidupnya,

Saya melihat hidup sahabat-sahabat begitu sempurna, ternyata mereka hanya berbahagia menjadi apa adanya,

Saya melihat hidup tetangga begitu beruntung, ternyata mereka selalu tunduk pada Alloh untuk bergantung,

Dan setiap hari saya belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang saya temui, ternyata saya yang KURANG MENSYUKURI nikmatMu… Bahwa sebetulnya di dunia ini masih banyak yang belum beruntung seberuntung yang saya miliki saat ini. Dan satu hal yang saya ketahui bahwa Alloh tak pernah mengurangi ketetapanNya, hanya sayalah yang masih mengkufuri nikmatNya.
Maka, saya merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain,

Mungkin saya tak tahu dimana rezeki saya, Tapi rezeki saya tahu dimana saya,
Dari lautan yang biru, bumi dan gunung, Alloh sudah memerintahkannya menuju pada diri ini,
Alloh menjamin rezeki saya, sejak empat bulan sepuluh hari dalam kandungan Ibu,

Ternyata amatlah keliru jika bertawakal rezeki dimaknai dari hasil bekerja, karena bekerja adalah ibadah, sedangkan rezeki itu urusanNya, Melalaikan kebenaran demi mengkhawatirkan apa yang dijaminNya, adalah kekeliruan yang berganda,

Manusia membanting tulang demi angka simpanan gaji yang mungkin besok ditinggal mati,
Manusia lupa bahwa hakekat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya,

Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Alloh menaruh sekehendakNya… Rezeki itu kejutan, dan tidak boleh dilupakan bahwa tiap hakekat rezeki akan ditanya kelak: “Darimana dan digunakan untuk apa?” Karena rezeki hanyalah “hak pakai” bukan “hak milik”,

Maka pada akhirnya, saya tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain. Jika saya iri pada rezeki orang, juga seharusnya saya iri pada takdir kematiannya!

Singkat cerita, pada saat video call dengan Bapak: “Neng, orang kaya raya dengan uang milyaran yang bersedekah seratus atau dua ratus juta akan kalah dengan orang tak mampu, tapi ia sedekahkan uangnya seribu rupiah padahal entah besok mau makan apa. Dimata manusia tentu uang seribu akan kalah dengan seratus juta, tapi itu akan berbeda di mata Alloh, kucinya ikhlas! Jangan khawatirkan rezeki, yang penting kamu sudah berusaha. Ikhlas itu berat, tapi terus dilatih. Bapak sampai saat ini tidak punya apa-apa, tidak punya rumah bagus dan kendaraan seperti orang lain seusia Bapak yang sudah memiliki banyak hal, karena itu bukan tujuan Bapak, mengumpulkan uang tapi lupa dengan sekitar. Ikhlas menerima ketentuan Alloh dan yang penting kita terus bermanfaat untuk orang banyak.”

Ya Robb…
Ampunilah diri ini, hati yang kotor ini. Seharusnya hamba menempatkan rasa iri pada tempatnya, dunia ini fana,
Berilah cahaya pada gelapnya hati ini ya Alloh, Hati kadang lupa yang terlena mimpi dunia,
Diri yang kotor ini hanya bisa bersimpuh meminta petunjuk dan ampunanMu…
Terimakasih atas segala nikmat iman, islam ini, Jadikan kami terus tenang dalam beribadah kepadaMu ya Robb….

Kembalikan lagi hamba padaMu, semoga hamba bisa kembali menata hati ini, mudahkanlah semua dengan rahmatMu
Jangan biarkan dzikir dan iman ini hilang…….

Dua minggu tanpa bekerja ini semoga menjadi renungan di bulan yang suci, jauh dari iri dengki dan semoga kualitas hidup menjadi lebih baik... ikhlas dan syukur itu indah....

Saturday, April 23, 2016

0 Mana Gamismu?

Dulu memang saya bukan pengguna aktif instagram, namun belakangan ini saya kerap kali membuka dan mengupload beberapa foto dengan tujuan berbagi pada sahabat semua, saat salah satu foto saya di depan kampus impian, saya mengenalan celana longgar dan jumper. Dan saat itu pula ada sahabat yang menegur, “Ko sekarang pakai celana lagi si? Masa sekarang pakai celana lagi? Kemunduran dong namanya?” Teggg… dada ini begitu sesak, mata berkaca-kaca dan entah apa yang hati ini rasakan, semacam teguran, semacam nasihat dan pengingat. Ya Rabb, hamba yang masih miskin ilmu ini masih terus dan terus berbenah diri. Keadaan hamba yang ada disini bukannya ingin menanggalkan pakaian syari, bukan pula berniat pada zaman jahiliyah. Hamba disini ingin terus belajar, menimba ilmu, merasakan sisi lain sebagai minoritas muslim disini. Ampunilah hambaMu ya Rabb…

No Caption
Sebelum saya memutuskan untuk pergi kesini, saya memang sudah memikirkan konsekwensi yang akan dihadapi kelak, sulitnya mencari tempat shalat, komunitas muslim yang tak sebanyak di Indonesia, tak bisa mendengar  suara adzan disetiap tempat, juga cukup sulitnya mencari makanan halal. Namun hal ini sudah saya antisipasi sejak awal, begitu pula dengan soal berpakaian. Saya tidak membawa banyak gamis kesini, yang saya bawa adalah baju-baju panjang dan celana longgar yang tentunya tidak membentuk badan, dan Alhamdulillah kaos kaki masih tetap menemani setiap langkah ini. Tak bia dipungkiri, memang rasanya ada yang kurang saat saya kemanapun mengenakan celana, namun ditutupi dengan longgarnya baju dan celana semoga tetap bisa menjadi pakaian yang seharusnya saya pakai.

Saya, manusia yang masih fakir ilmu agama masih terus belajar dan belajar, masih terus memperbaiki setiap tingkah laku serta ucapan, masih terus berbenah untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga Alloh mengampuni dosa-dosa kita semua, memudahkan jalan kita untuk terus beribadah kepadaNya. Jikapun keadaan yang mengharuskan saya seperti ini sekarang, semoga Alloh mengampuni, aktivitas saya disini berbeda dengan akivitas dirumah, Alloh mengetahui segala sesuatunya.

Terimakasih atas tegurannya sahabat, semoga apa yang terjadi pada diri ini bukan sebuah kemunduraan, semoga kita semua diberikan prasangka yang baik pada sesama, juga saling mendoakan satu sama lain. Banyak pembelajaran lain yang saya dapat yang memang tidak terlihat kasap mata oleh orang lain, pelajaran yang saya alami, saya rasakan dan semoga menjadikan kehidupan kedepannya lebih baik. Saya banyak belajar agama dari negara ini, ilmu agama yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya.

Pertama, ilmu untuk lebih bertoleransi pada sesama manusia. Saat host family memasak ayam yang bukan produk halal, saya harus mencari alasan untuk pergi keluar agar tidak memakannya, karena tidak ingin menyakiti hatinya dan begitu ingin menghargai. Kalaupun saya harus jelaskan panjang lebar mengapa saya tidak boleh memakan daging yang bukan produk halal, itu akan menjadi perdebatan panjang dan saya ingin menghindari mereka berfikiran bahwa muslim itu rasis. Karena yang mereka tahu bahwa yang tidak boleh kami makan adalah anjing dan babi.

Pembelajaran lainnya berupa memberikan pengertian pada yang lain bahwa aurat ini hanya bisa diperlihatkan pada yang boleh melihtnya saja. Lagi-lagi, pendekatan komunikasi yang baik harus bisa diterapkan disini agar apa yang kita sampaikan juga masuk ke hati dan bisa diterima oleh mereka.

Pelajaran berikutnya untuk lebih berhati-hati memilih makanan. Didikan Bapak dari kecil untuk tidak jajan diluar sangat berguna disini, sangat jarang sekali saya membeli makanan diluar yang belum jelas dari mana asalnya. Seringkali saya harus memperhatikan betul produk apa yang saya beli, ada tidak dalam list halal website, perabotan semuanya pribadi mulai dari piring, panci, kuali dll. Masak sendiri, selain bisa menghemat juga bisa terjaga kesehatannya karena kita yang masak. Terkadang sampai menahan lapar ketika keluar rumah, itulah yang menjadi kenikmatan belajarnya, padahal makanan diluar sana banyak yang menggoda iman, hehehe.

Merasakan kasih saying sesama muslim, siapapun itu sekalipun orang yang tidak kita kenal saat melihat saya berkerudung, mengucapkan “Assalamu’alaikum” atau memberikan senyuman, begitu hangatnya terasa disini. Islam itu memang damai, islam itu indah, sangat indah.

Ada juga hal lucu saat saya diundang makan siang oleh seorang ustadz dan kita makannya terpisah, semua laki-laki diluar dan perempuan didalam, saya bersama istri Ustadz tersebut. Saat itupula seorang non-muslim yang ada diruangan bertanya:”Apa kalian setiap hari makannya seperti ini terus? Selalu berpisah terus? Kenapa si? Ko begini? Hehehe…. Dengan keterbatasan ilmu saya menyampaikan beberapa hal, semoga bisa diterima dengan baik.


Juga saat saya pergi ke OP Shop(yang menjual barang second hand) yang lokasinya persis disamping gereja, nenek tua menghampiri saya dan dan berkata:"I'll show something for you. This is special, the only one", saya bingung padahal kesana berniat mencari buku dan ternyata nenek itu mengambil kerudung hitam yang ada ditumpukan keranjang, saya tersenyum karena kerudung itu penuh dengan payet disampingnya, kerudung yang biasa ibu-ibu kenakan dan akhirnya saya membelinya dengan harga 50cents(sekitar 5rb rupiah jika dikali kurs) hehehe.... Begitu indahnya toleransi disini, ya meskipun ada sebagian juga yang melihat saya(berjilbab) dengan pandangan risih. 

Ini dia kerudung BURICAK BURINONG :p
Sebenernya di kepala juga banyak payetnya berkilau, tapi saya copot :D
Masih banyak lagi pelajaran-pelajaran agama yang saya dapatkan, yang belum tentu saya dapat di Indonesia. Semoga Alloh terus melindungi kita semua dimanapun kita berada, Alloh yang Maha Mengetahui, Maha Sempurna Maha segala-galanya… lagi, semoga keberadaan saya disini bukan sebuah kemunduran, tapi sebuah langkah awal untuk membuka wawasan islam yang amat sangat luas, wawasan islam yang diambil dari berbagai sisi. Semoga Alloh senantiasa mempermudah kita dalam mencari ilmuNya.

Wednesday, December 2, 2015

0 Jangan khawatir, Kita punya Alloh

Alhamdulillah, masih diberi kesempatan bernafas oleh Alloh hingga di penghujung akhir tahun ini, bulan Desember yang indah. Mungkin bagi sebagian besar orang yang sibuk dengan aktivitasnya menantikan bulan ini sebagai bulan libur panjang, menerima bonus atau bulan yang akan dimanfaatkan untuk mengadakan acara tertentu. Alhamdulillah, tepat di awal bulan Desember di sore hari menuju maghrib saya mendapatkan teguran keras yang menguji seberapa besar niat saya di masa depan.


Maha Besar Alloh Sang Penggenggam jiwa setiap makhluk, Alloh Maha Membolak balikan hati manusia, sebagai hamba yang meyakini itu, saya menyerahkan segala sesuatu pada-Nya karena Alloh yang berhak atas takdir hidup seseorang. Usaha yang saya jalani dalam satu tahun ini saya lakukan semaksimal mungkin, namun untuk hasilnya saya pasrahkan pada Alloh yang Maha Tahu, saya mentawakalkan hasilnya. Disini saya tidak diam, saya memperjuangkan mimpi-mimpi saya, iya memang mimpi yang dibilang terlalu besar untuk ukuran gadis desa yang miskin ilmu seperti saya, gadis desa yang hidup ditengah kesederhanaan, anak kemarin sore yang belum memiliki apa-apa, orang lain hanya mentertawakan impian saya, sebagian dari mereka bilang saya tidak tahu diri, tapi yang saya yakini adalah, saya memiliki Alloh yang Maha Besar, saya memiliki Tuhan yang Sempurna, yang bisa menjadikan segala sesuatu bisa terjadi atas kehendakNya dalam hitungan detik, saya punya Alloh.

Saya bisa terus hidup seperti ini karena saya punya mimpi, mimpi ingin bertemu dengan Alloh, berkumpul bersama Rosul dan para sahabatnya kelak di akhirat, mimpi menjadi anak yang berbakti pada orang tua, mimpi menjadi istri yang solehah untuk suami, menjadi ibu terbaik bagi anak-anak saya nantinya, bermanfaat bagi lingkungan sekitar, mimpi mencerdaskan bangsa, mimpi membangun Indonesia dan masih banyak mimpi-mimpi saya lainnya.

Dan saya hanya bisa berdoa

"Yaa Alloh, berilah kekuatan untuk mengubah sesuatu yang bisa aku ubah. Berikanlah aku kesabaran pada sesuatu yang tidak bisa aku ubah. Beri aku kebijaksanaan untuk membedakan antara keduanya."

Semoga Alloh bisa membukakan fikiran siapa saja yang memandang ini sebagai hal kecil, membuka hati orang-orang terdekat agar akhirnya memahami apa yang yang sebenarnya sedang saya lakukan dan apa yang menjadi tujuan hidup saya, saya lakukan demi kebahagiaan mereka, bukan semata-mata keegoisan ataupun keinginan pribadi.

Alloh begitu sayang pada saya, Ia menginginkan saya naik kelas dengan dihadapkan pada persoalan seperti ini. Saya tidak ingin menyerah, biarlah orang lain memandang saya seperti pemimpi yang tak tahu diri. Selama ini saya menikmati proses demi proses, mungkin saja saat yang paling sulit yang sedang saya hadapi sekarang adalah proses yang sedikit lagi mengantarkan saya pada kesuksesan, siapa tahu?

Dan lagi-lagi, obat itu bernama ikhlas,

Wallohualam bishowab….

Sunday, June 21, 2015

0 Arti Rindu Sesungguhnya

Seorang sahabat yang peduli atas perasaan yang sedang kualami saat itu, memberikan sebuah Novel dipenghujung kebersamaan kita. Ya, saat aku memutuskan untuk pulang, meninggalkan ia di tempat belajar itu, perempuan lembut itu bernama IDEW. Sosok yang banyak menegurku lewat aktivitas sehari-harinya. Betapa tidak? Setiap hari ia berkomunikasi dengan orang tuanya yang jauh disana, menelepon atau ditelepon, di sms atau me-sms(entah cara menulisnya gimana), disetiap waktu senggangnya ia habiskan untuk bercengkrama dengan orang tua, ini membuatku iri! Aku yang hanya bisa menghubungi orang tua disaat libur tiba, karena kendala signal dan memang rasa cengengku yang terus menitikan airmata saat aku harus menelepon, apalagi dengan Bapak. Satu pertanyaan terkuak, apakah kurangnya intensitas hubunganku dengan orang tua yang menyebabkan ini?

Kembali pada bahasan novel, pertama kalinya sepanjang hidup ini saya membaca novel. Iya dulu tidak ada ketertarikan sama sekali, melihat wujudnya yang tebal saja sudah menumbuhkan rasa malas membaca, ditambah dengan isinya yang datar dan tak bergambar. Kubuka hadiah ini di kereta dengan kertas kado warna abu berbalut gambar-gambar rumah dan tadaaaa…. Isinya adalah novel Rindu-nya Tere Liye. Awal membaca sepanjang jalan di kereta malam dengan terkantuk-kantuk, oya kereta ini, aku teringat sesuatu lagi. Ah sudahlah.

Dan sekian lama akhirnya aku mengkhatamkan novel ini, singkat cerita akhirnya aku mendapatkan apa yang aku tanyakan selama ini. Apa?

Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apa yang kita miliki di dunia ini? Semuanya milik Alloh, Sang Pencipta, Penggenggam Hati setiap manusia, kita tidak memiliki apa-apa, sekalipun orang tua, pasti akan kembali padaNya, itu hanya fana, hanya sementara dan hanya titipan. Pantaskah kita merasa tinggi hati? Kelak saudara-saudara, sahabat kita akan meninggalkan kita, menghadap kembali padaNya. Kelak anak-anak kita juga sama, atau bahkan pasangan kita. Semua milik Alloh. Ikhlaskan kepada pemilik sesungguhnya, kita tidak berhak.

Apakah arti kehilangan, ketika kita sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Saat kehilangan sesuatu atau bahkan seseorang, memang itu menyakitkan. Tapi harusnya berfikir dari sisi yang berbeda, kehilangan akan membawa dampak baikkah kepada kita? Dengan kehilangan, kita menemukan banyak hal. Kehilangan seseorang menjadikan kita menemukan orang lain, kehilangan barang membuat kita bisa mendapatkan barang lain. Iya itu hakikatnya, namun, resiko yang dihadapi adalah kita juga akan kehilangan banyak saat menemukan, kehilangan apa? Kehilangan yang seharusnya tidak menjadi hak kita. Ya, kalimatnya begitu complicated.

Apalah arti cinta,Ketika saat kita menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kita patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?

Bicara cinta, kembali lagi pada hal yang tak terhingga. Cinta bisa mendidik seseorang menjadi lebih baik, atau bahkan sebaliknya. Cinta bisa membuat bahagia ataupun merana. Cinta, begitu luas maknanya. Cinta yang dirasakan sesame manusia terkadang membawa luka, jika dikatakan “cinta tak harus memiliki”, apa itu indah? Kita mencintai seseorang namun tak bisa memiliknya, hanya bisa mencintainya dari jauh dan membawanya dalam doa-doa indah. Bukankah cinta itu tidak menyakiti? Bukankah cinta itu tidak membiarkan air mata menetes? Bukankah cinta itu suci? Bukanhkah cinta itu tidak menuntut apapun? Tugas kita adalah memahami apa arti cinta sesungguhnya.

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.

Melupakan itu menyakitkan, jika kita terus mengingatnya. Rindu juga menyakitkan, jika yang dirindukan tidak kembali merindukan kita. Semakin melupakan, semakin merindukan! Kaitan keduanya begitu besar, melupakan dan merindukan mengajarkan kita untuk bersabar, bahkan ikhlas. Jadi, lebih baik melupakan atau merindukan?

Yap, banyak pembahasan menarik yang bisa diperluas. Seperti halnya cinta, apakah cinta sejati itu? Dalam kasusku ini adalah melepaskan, semakin sejati perasaan ini, semakin tulus aku harus melepaskannya. Misalnya anak kecil yang menghanyutkan botol di lautan, dilepas dengan suka cita. Sempat aku bertanya-tanya? Kenapa harus dilepaskan? Padahal aku ingin memilikinya, saat itu pula jawaban itu datang. Ini adalah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami para pencinta. Lepaskanlah! Jika esok lusa itu adalah cinta sejatiku, pasti akan kembali dengan cara mengagumkan, percaya bahwa ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita.

Terkadang aku iri dengan kisah cinta yang ada di media, yang ada di buku cerita, buku dongeng-dongeng, itu semua ada penulisnya. Tapi aku tersadar bahwa penulis cerita cintaku adalah Alloh, pemilik cerita paling sempurna di dunia ini dan aku yakini pastilah cerita terbaik yang dituliskan untukku. Inshaa Alloh, semakin saya meyakininya, tidak masalah jika saya patah hati, kecewa atau menangis karena harapan. Keinginan memiliki ini jangan berlebihan, Riska! Jangan merusak diri sendiri. Pahami bahwa cinta yang baik akan mengajarkan aku selalu menjaga diri, iya seharusnya aku menjaga diri untuk kamu!

Jika harapan dan keinginan memiliki itu belum terwujud, sibuklah memperbaiki diri dengan belajar. Jika aku bisa mengendalikan harapan dan keinginan memiliki, maka sebesar apapun wujud kehilangan, aku akan siap.  Jikapun aku tak bisa mendapatkannya, Inshaa Alloh sudah ada yang terbaik.

Yang aku pahami adalah, aku ingin meletakkan cinta terbesarku pada Alloh, tak akan aku merasakn sakitanya bertepuk sebelah tangan. Alloh selalu meraih cinta umatNya, seburuk apapun, sekeji apapun umat itu, Alloh Maha Baik, Maha Sempurna. Aku ingin mempersembahkan rindu terbesar ini hanya untuk Alloh, karena tak akan aku rasakan kehilangan. Aku ingin mempercayai takdir, karena Alloh selalu memberikan yang terbaik. Mengikhlaskan dan merelakn yang bukan menjadi hak kita itu lebih penting disbanding harus menerka-nerka kehidupan. Ya, lagi-lagi OBAT ITU BERNAMA IKHLAS.

Videonya belum aku Upload :D
Tugasku adalah, berbenah diri dan terus belajar, aku siap menyambut yang terbaik. Terimakasih atas segala pemahaman ini ya Alloh, terimakasih pula Engkau telah menghadirkan sahabat baik untukku. Ukhuwah ini semoga berlajut di Syurga terindahNya, Good luck Idew, kita sekarang sama-sama sedang belajar keras, demi menjadi Ibu yang terbaik dan  istri terbaik, semoga Alloh meridhoi apa-apa yang kita lakukan. Berapa lamanya waktu kita bertemu adalah bukan perkara kualitas ukhuwah kita, yang pasti, doa ini selalu megiringi langkahmu.

Salam Rindu,


Khumairoh.

0 Tanda Tanya Ramadhan

Siapa?
Hampir setengah tahun lamanya aku tak berkutat dengan dunia menulis, khususnya di blog. Apa penyebabnya? Terlalu sibukkah dengan urusan, sibuk melupakan atau ah… entah sibuk apa yang kuhadapi. Rasanya rindu yang terus menggebu, ingin menuangkan ide dalam fikiran yang sudah tak terbendung, untuk mengawalinya aku menuliskan perasaan ramadhan yang kini sedang dijalani. Alhamdulillah Alloh memebrikan kesempatan untukku bertemu lagi dengan bulan suci ini, bulan yang aku manfaatkan untuk merecharge iman yang sempat naik turun, memantapkan hati dan yang pasti kembali pada Alloh.

Aku tidak ingin menjadi orang munafik

Ya Alloh, kembali lagi aku pada fikiran mendambakan sosok pendamping hidup ini. Saat aku ingin melupakannya, namun kehadiran Bapak yang mengimami sholatku, memimpin tahlil sebelum buka puasa setiap sore, membuatku terus dan terus kembali lagi memikirkan masalah SIAPA JODOHKU? Aku yang belum bisa memberikan kebahagian berupa materi kepada orang tua hanya bermimpi kelak hadiah besar yang ingin aku persembahkan adalah memberikan menantu sholeh untuk mereka. Agar mereka tak gagal telah membesarkan putrinya, sesaat setelah akad nanti, tanggung jawab Bapakku diserahkan pada suamiku kelak. Mampukah aku mendapatkannya ya Robb? Mendapatkan seorang laki-laki yang meletakkan cinta terbesar hanya untuk Engkau, mencintai Rosululloh, menghormati Ibunya, Bapaknya dan memulikan orang-orang sekitarnya. Mampukah aku? Pertanyaan ini sebetulnya bisa terjawab dalam cermin, ya cermin diriku sendiri. Siapa aku? Berani-beraninya mendambakan hal itu?

Semua yang Alloh berikan adalah yang terbaik

Terkadang, kepekaan hati ini harus selalu diaktifkan agar kita bisa mendeteksi tanda-tanda yang Alloh berikan. Bukankah semua yang diberikan itu yang terbaik? Tugas kita adalah rela atas segala yang telah diberikan. Ya, aku teringat doa istikharah yang didalamnya memuat kepasrahan pada Alloh. Kita sebagai manusia hanya mengusahakan yang terbaik, biar sisanya tangan Alloh yang bekerja. Kembali lagi pada urusan jodoh, siapapun itu, apakah itu yang terbaik? Inshaa Alloh. Yang pasti selalu melibatkan Alloh dalam setiap langkah pencariannya.


Aku disini, mengusahakan yang terbaik. Karena semuanya telah Alloh atur. Untukmu, calon imamku….

Sunday, January 4, 2015

0 Aku suka langit, kamu?

Begitu indahnya penciptaan langit dan bumi, langit yang berdiri tinggi megah tanpa tiang, tapi ia tak roboh, sama sekali tak roboh. Ia tinggi tapi tak pernah merasa tinggi, ia indah tapi tak mengakui bahwa dirinya indah, siapa yang mengakui keindahannya? Ya si penikmat langit itu, salah satunya adalah saya. Banyak hal yang bisa saya dapat saat melihat keindahan langit. Alloh begitu sempurna menciptakan bumi ini serta segala isinya, sangat detail dan saling berhubungan. Saya sangat menyukai birunya langit, putihnya awan, saat terbitnya matahari, saat tenggelamnya matahari, saat langit hitam diterangi gugusan bintang dan terangnya bulan, sekalipun langit hitam tanpa apapun bagi saya itu suatu keindahan.

Aku suka
Saya menyukai perjalanan bada subuh, kenapa? Di perjalanan saya bisa merasakan kekuasaan Alloh yang begitu luar biasa, bada subuh yang masih gelap namun waktu bergulir tak begitu lama, munculah matahari, saat inilah yang saya sukai, saya bisa menatap eloknya sinar yang sedikit demi sedikit memancarkan cahaya, awalnya malu-malu namun kemudian menampakan seutuhnya sehingga bisa menyinari bumi, memberikan cahaya kehidupan.

Saat siang hari, awan memberikan hiasan untuk indahnya langit, saya ingin sekali menggenggam awan, apa bisa? Hehe. Saya suka awan, putihnya seolah mencerminkan kesucian. Kombinasi birunya langit dan putihnya awan adalah kombinasi warna yang bisa menentramkan hati apabila memandangnya, apalagi saat dimana kita berada dibawah langit namun diatas awan, rasanya kehidupan sebatas ini saja, sepi sunyi, padahal langit itu berlapis-lapis.

Aku juga suka
Saat malam tiba, gelapnya memberikan tanda bahwa saatnya kita untuk beristirahat, memberikan hak pada tubuh ini. Terkadang bulan muncul begitu indah, entah itu bulan yang bulat atau hanya setengah, itu sama indahnya. Apalagi dengan didampingi bintang-bintang, Ya Alloh indahnya, indah sekali. Mashaa Alloh.

Oya, saya juga menyukai perjalanan disaat matahari terbenam, karena merasa tugasnya sudah selesai, ia sedikit demi sedikit pamit meninggalkan bumi untuk memberikan waktunya kepada malam, menenggelamkan diri dengan anggunnya, perlahan-lahan,  mungkin jika ia bisa berbicara ia akan berucap salam J

Ada satu kisah yang membuat saya seolah tak sadar diri, di tanggal 17 Desember sore hari kebetulan saya sedang in period (jadi tak khawatir maghrib terlewat), sekitar jam 4.30 sore sudah duduk manis dalam bis ibukota, sendiri dan duduk di samping jendela, pemandangan yang tak biasa saya temukan sepanjang tol kebun jeruk, Mashaa Alloh, menjelang magrib matahari masih menampakan keindahan sinarnya yang sedikit tertutupi bangunan tinggi ciri khas Jakarta, melewati gedung lalu si sinar itu kembali terang, terang dan semakin terang, indah sekali padahal saat itu sudah hampir jam 6. Kebetulan saya sedang mendengarkan lagu Rindu Illahi, yang liriknya berisikan:

Rindu hatiku padamu Robbi, inginku berjumpa denganmu
Apakah amal dan nista diri belenggu bertemu denganMu
Adakah rindu dekat denganMu penentram batin jiwaku
Rindu rindu rindu pada Illahi, rindu hati ini padaMu Robbi
Tiadalah yang dapat menandingi segala puja kuasaMu Robbi,
Ampunkan segala dosa dan nista yang tersembunyi atau yang nyata
Pada siapa lagi kami meminta selain Engkau yang Kuasa
Ubahlah nista jadi mulia, ubahlah dosa jadi magfiroh lindungi hamba dari segala berkata dusta dan nista

Semakin lagu itu berputar, semakin saya melihat langit, semakin saya menangis, menangis sampai seperti orang yang sudah dimarahi, kalau kata bahasa sunda mah sampe ereuriheun (baca: tersedu-sedu), saya tak sadar kalau disamping saya sudah banyak orang dan hanya bisa menutupi wajah dan lap air mata dengan khimar tanpa nengok ke kiri (Alhamdulillah leher saya tidak putus nih, hehe) lebih lucu lagi saya pakai softlens, gegara saya nangis terus softlens sebelah kiri saya jatuh, sudahmah warnanya bening jadi untuk nyarinya aga repot, akhirnya ketemu juga dan usel-uselan gitu buat pakenya tanpa kaca, udah sulit begerak karena tangan kiri sibuk nutupin muka, hehehe. Alhamdulillah, saya bisa melihat lagi dengan sempurna J


Ya Alloh, begitu Agung kuasaMu, dunia saja sebagai tempat yang sementara begitu indahnya apalagi syurgaMu yang kekal, keindahan dunia ini akan hancur pada saatnya tiba, namun keindahan syurga? Kekal selama-lama-lamanya. Izinkanlah kami kelak bisa merasakan indahnya tempat itu ya Robb, bertemu dengan Rosul, keluarganya, para sahabatnya, berkumpul dengan semua manusia terbaik di bumi ini.

Monday, December 29, 2014

0 Tuliskan Mimpi-Mimpi Indahmu

Menghitung hari kita akan menapaki tahun 2015 (Kalau Alloh berikan kesempatan), sudahkah kita mengoreksi diri sepanjang tahun ini? Sudah banyak goal-goal yang kita capai atau bahkan mandeg disitu saja? Iya, pembenahan diri penting demi peningkatan kualitas. Berani meninggalkan hal yang menghambat dan mencoba menapaki hal-hal baru yang bisa membuat kita lebih baik lagi, harus seperti apa? Karena hidup adalah pilihan, maunya pilih yang bagaimana? Ada di tangan pribadi masing-masing.

Disini ni saya pernah menyampaikan mimpi kepada Alloh :D
Kalau kita merasa hidup ko gini-gini aja tidak ada perubahan dari waktu ke waktu, maka disanalah terdapat pertanyaan besar, kok bisa? (sambil ngaca dengan ekspresi keheranan). Nah, perlu diperhatikan juga kalau sudah ada pertanyaan seperti itu maka harus tahu jawabannya, apa? Mikir-mikir ke belakang. Permulaan yang harus dilakukan adalah mengenal semua sejarah hidup kita, coba tuliskan pencapaian-pencapaian atau apa saja yang terjadi dalam hidupmu dari lahir sampai sekarang ini. Coba di pandangi, rasakan energinya dan syukurilah bahwa kita bisa melakukan hal itu dengan baik, karena kita terkadang lupa akan bersyukur atas pencapaian kita di masa lalu. Kemudian setelah itu adalah kita harus menatap masa depan, kira-kira mau diapain?

Nah, masa depan jangan hanya di tatap, yang ada malah kitanya melamun saja, tapi coba deh mempunyai mimpi-mimpi besar lalu tuliskan. Kenapa harus besar? Mimpi itu gratis men, kalo gratis ngapain mimpinya enteng dan remeh temeh? Yang besar sekalian agar menjadi motivasi bagi kita, karena disadari atau tidak, dengan mimpi kita punya harapan dan harapan itulah yang akan mampu memberi motivasi dalam diri, pada dasarnya semua manusia mengharapkan apa yang diharapankannya, yang dibangun dari mimpinya dapat diwujudkan dalam dunia nyata.

Kemampuan manusia dimulai dari kemauan yang dimilikinya, karena kemauan yang memberikan motivasi pada seseorang, dengan keberadaan motivasi yang dimilikinya seseorang mempunyai energi deh. Terkadang ada yang berfikir untuk apa bermimpi? Hidup aja udah susah. Atau lebih sering mendengar kaliamt "kalau mimpi jangan tinggi-tinggi, nanti jatuhnya sakit", (nyanyi deh, sakitnya tuh disini, gonjreng-gonjreng)  setujukah dengan pernyataan ini? Kalau saya si tidak, makanya kita harus bermimpi setinggi langit ya kalu jatuh setidaknya kita ada di bintang dulu kan? Misalnya kita bermimpi menjadi seorang pembicara internasional, kalau tidak tercapai ya setidaknya kita menjadi pembicara nasional, mimpi yang terwujud tingkat gagalnya tidak terlalu jauh dari yang diharapkan. Kalu kita mimpinya menjadi Camat, ya berarti kemungkinan gagalnya menjadi seorang Kepala Desa atau Lurah, nanggung kan? Mimpi adalah langkah awal kita untuk maraih cita-cita. Pertanyaannya adalah, dari sekian banyak mimpi yang dimiliki, mengapa masih ada orang yang takut dan tidak berani bermimpi? Jawabannya karena mereka takut gagal dan takut "jatuh" saat mimpi yang tingginya tidak tercapai. Padahal apa yang ditakutkan? Kan ada Alloh Sang Segala Maha, jangan takut mimpi besar karena kita punya Alloh yang Maha Besar.

Bukankah manusia bertahan hidup karena mempunyai harapan? Iya harapan yang hanya digantungkan pada Alloh semata, berharap mah jangan sama manusia, apalagi sama kucing lah apa hubungannya, gausah dibaca.

Berani bermimpi saja sudah luar biasa, apalagi kalau bisa mewujudkannya? Jadilah pemimpi yang professional, karena mau tidak mau harus mewujudkan mimpi-mimpi itu dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kita kan sudah di anugerahkan akal untuk berfikir, mana jalan yang bisa ditempuh untuk membangun dan menciptakannya. Dan tentunya bermimpilah yang besar, lakukanlah dari yang terkecil dan lakukan itu sekarang.

Bagaimana cara menuliskan mimpi-mimpi itu, tulis saja 100 mimpi besar, bukankah itu terlalu banyak? Kalau bicara angka, 100 memang banyak, tapi kalau sudah kita renungi, 100 malah kurang banyak karena mimpi kita biasanya lebih dari itu. Pengalaman saat saya menuliskan mimpi memang harus difikirkan secara matang, menulis dan berfikir dengan hati, saya merasa membutuhkan ruang tersendiri untuk menumpahkan semua mimpi. Karena apa? Ya karena saya tidak mau sembarangan, ini langkah menuju akhirat dengan media dunia, masa iya asal-asalan, akhirat kan tujuan utama hidup kita, duniamah numpang lewat.

Mimpi yang kita tulis harus diselaraskan dengan kemampuan agar menjadi realita, yang pada akhirnya mimpi ini akan menjadi nyata, jadi mimpi harus tau diri ya? Iya J hehehe, tau diri disini dimaksudkan agar kita bukan hanya bermimpi tanpa usaha, sudah tau diri kita sulit untuk menggapainya, masa iya tidak ada usahanya sama sekali. Oya sahabat, saya ada beberapa tahapan nih untuk memudahkan menuliskan mimpi-mimpinya, jadi semua mimpi kita bisa dikelompokkan kedalam:

1. Spiritualitas, dalam hal ini berkaitan dengan spiritual kita, mimpi-mimpi yang didalamnya mengandung hubungan kepada Sang Maha Kuasa, contohnya dalam segi ibadah, misal: Hafidz Qur’an, berhaji bersama keluarga, dll.
2. Finansial yang berisi impian mengenai keuangan kita, bukankan kalau kita punya uang yang cukup bisa untuk bersedekah, zakat, membantu sesama? Misal mempunyai penghasilan dari berbagai usaha yang dimiliki sekian rupiah
3. Fisik, ini kaitannya dengan kesehatan selama hidup kita. Kalau kita sehat kan menjalani kehidupan juga akan lancer, mimpi dalam kelompok ini misalnya sebagai seorang perempuan yang punya banyak anak, badan saya tetap ideal, terus berolahraga dll.
4. Intelektual, berhubungan dengan pendidikan deh, ingin dapat scholarship kemana gitu, masih banyak lagi lah, silahkan disusun
5. Material, mimpi ini khayalan yang penuh dengan hal keduniawian, hehe, misal punya rumah dengan halaman besar ada kolam renangnya, dll.
6. Vacation alias jalan-jalan, mimpi ini penting karena jalan-jalan bukan semata-mata menghamburkan uang, melainkan lebih kepada mendekatkan diri pada Sang Pencipta, dengan bersyukur atas apa yang telah diciptakan yang begitu luar biasa, misalnya keliling dunia
7. Sosial, nah ini nih salah satu yang mantep karena dalam kumpulan ini kita dibawa terbang jauh untuk memikirkan hal apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan sosial yang notabene berhubungan langsung dengan manusia lain, namun erat kaitannya dengan akhirat, misalnya mendirikan sekolah, menjadi relawan di Palestina, dll.
8. Mimpi lainnya, nah point ini saya masukkan barangkali ada mimpi-mimpi yang tidak masuk dalam unsur-unsur diatas, bisa ditulis disini

Itulah sedikit tips agar sahabat semua bisa mengelompokan dan setelah dikelompokan bisa lebih rapih kan, selain itu dalam mewujudkannya juga jadi bisa terorganisir hehehe. Ya, Ibarat kita menanam tanaman, lalu disiram dan akan tumbuh semakin tumbuh hingga kita menuai hasilnya, itulah mimpi kita, dengan menuliskannya, itu berarti kita sudah menanam mimpi, disiram dengan usaha serta doa yang tak ada habisnya pada Alloh, jika kita bersungguh-sungguh dan taat pada perintahNya, bukankah sangat mudah bagi Alloh untuk mengabulkan mimpi itu? Mimpi yang berproses terus tumbuh dan hasilnya akan kita dapat jika Alloh berkehendak, semoga saja mimpi yang kita tuliskan mendapat ridhoNya. Merasa tenanglah bagi yang telah menuliskan mimpi itu, karena Alloh sudah memeluk mimpi kita, jikalau mimpi yang diharapkan tak sesuai dengan kenyataan, pahamilah Alloh sudah menggantinya dengan yang lebih baik, karena Alloh Maha Baik, Maha Menyaksikan, Maha Mendengarkan dan Mengabulkan.

Ini rumus yang saya dapat dari bukunya Mas Ippho  Impian + Iman + Ikhlas + Ibadah + Ikhtiar = Ijabah, yakinlah. Tulis mimpimu dalam kertas, letakan atau tempelkan di tempat yang mudah dijangkau, agar sering kita lihat, sebagai motivasi kita disaat kita merasa lelah dalam hidup, ingat bahwa kita punya banyak mimpi besar yang harus diperjuangkan, hehehe. Jika hidup sebuah perjalanan cerita yang kita tidak tahu arahnya kemana, tapi biasanya perjalanan itu mengikuti arah langkah kaki kita, dengan kita punya mimpi kan kita sudah punya arahan yang jelas mau dibawa kemana.

Mimpinya gadis kampung untuk menjelajahi dunia, menggapai akhirat
Selamat menuliskan mimpinya ya sahabat, Diawali dengan menyebut nama Alloh, niat yang lurus karena Alloh dan semoga Alloh meridhoi.


Saturday, December 27, 2014

0 Manfaatkan Liburmu

Menjelang akhir tahun, saatnya waktu berlibur bagi sebagian orang, namun ada juga yang masih disibukan dengan aktivitasnya. Iya biasanya akhir tahun dinikmati untuk melaksanakan acara liburan, baik itu yang sudah direncanakan jauh-jauh hari ataupun perjalanan dadakan. Apapun itu, pada dasarnya liburan adalah suatu masa dimana orang-orang meluangkan waktu yang bebas dari segala aktivitas pekerjaan, dunia persekolahan atau yang lainnya atau bisa dikatakan juga mengalihkan waktu dengan melaksanakan kegiatan yang bertujuan rehat atau menggunakan waktu dengan bersantai, terbebas dari rutinitas keseharian, namun tetap bernilai ibadah dan bermanfaat. Tidak ada yang sia-sia dalam setiap jejak-jejak kehidupan seorang muslim.

Merindukan keindahan deburan ombak
Ininih sedikit kalimat yang saya kutip dari dakwatuna.com “Pada dasarnya tabiat manusia sebagaimana yang Alloh SWT ciptakan tidak suka beban yang memberatkan, bosan dengan pekerjaan yang melelahkan, capek jika semua kesempatan tersita untuk bekerja, lebih lagi pekerjaan yang membebani jiwa, seperti amal ibadah. Karena kadang rasa bosan dan capek menyergap ke relung jiwa, sehingga menyebabkan drop dan gagal. Manusia membutuhkan suasana yang bisa merehatkan jiwanya, otaknya, dan fisiknya.” (Ushulud Dakwah, Dr. Abdul Muhaimin Abdus Salam Ath-Thahhan, Hal. 117.)

Banyak cara yang bisa digunakan dalam menikmati hari libur, bisa dengan mengunjungi suatu tempat yang memang sudah diidamkan atau sekedar mengunjungi objek wisata yang dekat rumah, bisa juga dengan melaksanakan kegiatan yang disukai, bisa berkumpul bersama keluarga di rumah, mengunjungi sanak saudara atau bisa dilakukan dengan hal positif lainnya. Sebagai manusia biasa yang disibukan dengan segala aktivitas, maka liburan menjadi salah satu moment penting yang dinantikan, kenapa?

Tujuan liburan sendiri adalah untuk menyegarkan kembali otak dari berbagai macam fikiran yang membebani dalam aktivitas sehari-hari yang menghasilkan kepuasan dan rasa senang pastinya, nah jadi kan liburan ada kaitannya juga dengan kesehatan, karena apa? Ya kalau kita senang, otak kita fresh, jiwa kita jadi sehat hehehe, kalau sehat kan kerja oke, mencari ilmu jadi mudah, ibadahpun jadi lancar jaya.

Teringat dimasa Sekolah Dasar, selepas libur semester biasanya dalam pelajaran Bahasa Indoneseia ditugaskan untuk membuat karangan cerita yang menggambarkan kegiatan liburan, pastinya masing-masing siswa berbeda cerita, yang paling sering saya temui yaitu “Berlibur ke rumah Nenek” dengan isi cerita yang sebagian besar adalah sama, yaitu membantu Nenek memasak, memancing ikan bersama Kakek, yang lucunya kalau ternyata rumah Nenek dan rumahnya adalah sebelahan atau tetanggaan, bahkan kalau sebetulnya antara si siswa dan si Nenenknya itu satu atap rumah, hehehe. Yang penting kan liburan di rumah Nenek J

Ah sudahlah biarkan cerita diatas menjadi pengingat masa kecil yang bisa dikatakan lebih indah dibanding kehidupan anak kecil di zaman sekarang yang sudah banyak ternodai oleh dahsyatnya arus teknologi. (Kalau kita bahas ini akan jadi lebar ceritanya)

Jadi, bagaimanapun bentuk liburannya, dimanapun, berapa lamapun, semoga liburan kita ini diisi oleh aktivitas yang semakin mendekatkan diri kepada Alloh ya, jangan sampai diberikan nikmat untuk merasakan waktu luang malah terlalaikan dan malah menjauh dariNya, Naudzubillah… Islam memberi tuntunan kepada umatnya untuk selalu memanfaatkan waktu, baik itu saat liburan, bekerja maupun belajar. Islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk menghargai waktu masa silam, masa kini, dan masa mendatang.

Semoga saja kegiatan berlibur itu bermanfaat untuk mempertebal iman, meningkatkan tafakur dengan merenungi ciptaan Alloh yang luar biasa, memperluas silaturahim karena banyak bertemu dengan orang-orang baru, menjadikan objek yang dikunjungi sebagai pelajaran. Namun jangan khawatir bagi sahabat yang memanfaatkan waktu liburnya di dalam rumah, bukankah ini menjadi hal yang bernilai juga? Karena kita bisa terus mempererat hubungan dengan keluarga, bisa bersenda gurau dengan orang-orang disekitar kita, bukankah ini menyenangkan dan memberikan kepuasan? Atau ada pula yang mengisi liburan dengan menunaikan kegemarannya yang bermanfaat. Seperti kita ketahui bahwa islam agama fitrah dan seimbang. Islam menganjurkan pemeluknya untuk bekerja juga berlibur. Menyuruh untuk beribadah juga  refreshing. Menggapai sukses di dunia juga sukses di Akhirat. Islam sangat memperhatikan keseimbangan dalam hidup, antara serius dan rehat, antara bekerja dan berlibur, antara beribadah dan refreshing. Namun kedua kondisi yang berbeda ini bisa bernilai ibadah dan bermanfaat, tergantung niat dan bentuk kegiatannya. Semoga niat kita lurus karena Alloh ya sahabat J

Wallohu A'lam Bishowab…

Catatan kecilku: Baturmah libur teh TAMASYA, abimah TAMASweh meh teu nundutan. Hehehe

Monday, December 22, 2014

0 Hari Ibu Masa Kini

Tanggal 22 Desember yang setiap tahunnya diperingati sebagai hari Ibu, hari Mamah, hari Emak, hari Emih, hari Bunda, hari apalagi deh pokonya masih banyak lagi panggilan untuk wanita tercinta yang melahirkan kita. Bicara soal ibu, bicara hal yang bisa membuat senang dan sedih, kenapa? Karena ya ibu itu jasanya tiada tara untuk kita. Kalau saya bahas mengenai peran ibu rasanya akan menjadi cerita yang panjang, dalam tulisan ini saya akan sedikit memberikan sumbangsih gambarann kondisi hari ibu di masa kini. Masa sekarang, 2014 yang begitu dahsyatnya (sambil joget lalala yeyeye *kucekkucek *jemurjemur) masa dimana anak muda mendominasi dunia teknologi, bukan hanya anak muda si, tepatnya yang sudah tak muda pun mempunyai peran besar dalam pemanfaatan teknologi ini, khususnya dalam media sosial yang sudah menjamur dari kalangan bawah hingga kaum jetset, tak kenal usia dari anak kecil hingga yang sudah renta, media sosial yang begitu banyak menawarkan berbagai kebutuhan, ada untuk berbagi foto, berbagi pengalaman, berbagi kegalauan, berbagi kebahagiaan, kesedihan sampai yang berbagi uangpun ada J

Nemu foto jadul ni sama Mama tercinta
Nah, pada kesempatan hari ibu ini banyak sekali ucapan yang dituliskan, ucapan terimakasih, ucapan cinta, sayang, mulai dari kalimat pendek hingga 1 paragraf atau bahkan berlembar-lembar, ada yang hanya diwakili dengan kata “ibu” tapi mempunyai seribu makna, ada pula yang semuanya sudah terpampang dalam display picture ibu, ada yang upload foto bersama Ibu saat kecil hingga dewasa, ada yang fotonya digabung-gabung dalam 8 kotak atau bahkan lebih hingga saya tidak bisa melihat sebetulnya itu gambar siapa L, banyak deh macamnya. Ini adalah salah satu ekspresi ucapan terimakasih atau sekedar meramaikan suasana? Sekedar ikut-ikutan biar dikata gaul? Entahlah, dunia maya sudah memakan banyak korban, apa saya termasuk? Iya L

Saya sendiri bukan tipe orang so sweet yang mengucapkan selamat hari ibu pada Mamah saya, bukan pula orang yang hari ini memberikan kue dan mengecup kening dan pipinya, bukan. Saya tidak seperti itu, saya hanya bisa memberikan doa terbaik yang bisa disampaikan kepada Alloh, semoga semoga semoga deh pokonya. Saya termasuk orang yang begini, pernah saya ucap secara langsung dengan memeluk dan meneteskan air mata bilang “I Love You”, “Neng sayang Mamah”, “Makasih Mamah untuk segala yang telah diberikan”, kata-kata manis lainnya hingga membuat Mamah saya tercengang heran, mungkin dalam hatinya berujar “ini anak saya kesambet apaan ya.” tapi membuat beliau nangis juga si.  Karena dalam keluarga saya bukanlah penganut paham so sweet seperti kebanyakan orang, sehingga hal itu terkesan aneh dan apa banget deh L

Oya, point pentingnya yaitu saya dikejutkan dengan status yang membuat saya ketawa-ketiwi (sendiri) saat banyak yang upload mengenai hari ibu, sbb:

Selamat hari ibu buat seluruh ibu yang ada di Indonesia, termasuk ibu kamu, calon mertuaku

Selamat hari ibu buat ibu saya dan calon ibu dari anak-anak saya nanti

Doa di hari ibu: Semoga ibuku dan ibumu menjadi besan

Ibu tak meminta dipasang fotonya Nak, ibu hanya minta kamu memberikan menantu dan cucu, itu aja!

Sang anak: “Selamat hari ibu ya Ma, I love you so much, because you are my everything. Maaf belum bisa menjadi yang Mama minta.” Ibunya balas:”Gausah pura-pura baik, gausah banyak gaya, sekarang cepet pulang, angkatin barang-barang, di rumah banjiiirrr”

Ini ya kelakuan anak muda zaman sekarang, duh anak muda-anak muda, orang tua cuma bisa geleng-geleng kepala deh (berasa tua ni yeee). Yasudahlah apapun bentuknya, apapun caranya, apapun modelnya, semoga di hari ibu ini semakin meningkatkan kecintaan terhadap ibu kita ya, bukan berarti di hari ini saja menjadikan ibu sebagai putri raja sehari, namun untuk seterus dan seterusnya, sekalipun kelak sudah tiada, atau memang sudah tiada, kita kan masih bisa memanjatkan doa, semoga kita semua tergolong menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah ya sahabat, sehingga doa kita bisa terus mengalir. Aamiin.


Oya, untuk calon ibu-ibu bisa dibaca ni artikel lainnya, cekidot ---> Harapan Calon Ibu

Saturday, December 20, 2014

0 Pentingkah Wisuda?

Wisuda, yang diplesetkan jadi:”wissss… udah”, hehehe. Udah apa? Udah kelar belajarnya? Wisuda yang dinantikan banyak orang, bukan termasuk saya tapi. Awalnya saya meminta izin pada orang tua untuk tidak mengikuti acara ini, karena yang saya fikir daripada uangnya digunakan untuk acara gajelas yang buat ribet dan ngantuk, lebih baik saya gunakan untuk les. Iya ga? Lumayan kan 2,5 bisa untuk modal belajar sebulan, hehehe, namun saat saya diskusi di telepon dan apa jawaban orang tua? Tepatnya Bapak lah yang membuka pemikiran saya, Bapak bilang saya harus mengikuti prosedur kampus selagi itu adalah hal yang tidak memberatkan. Apa boleh buat pada akhirnya mendaftar lah saya sebelum pergi melaksanakan tugas.

Ini si Ombos ikut nimbrung aja diantara cewek-cewek
Alasan lainnya untuk tidak mengikuti acara ini adalah, wisuda itu ribet, orang tua harus datang kesini dan sebetulnya kebanyakan orang hanya mengincar foto dengan menggunakan toga lalu dipajang di rumah, hadeuhhh. Ngapain coba? L

Ini lagi si Bang Tambun ikut-ikutan sama cewek
Bagi saya, wisuda itu lebih bergantung pada kebutuhan masing-masing, namun pada kenyataannya ya banyak sekali yang antusias terhadap acara ini, berduyun-duyun memboyong keluarga besar dan pada saat sebelum acara ataupun pada saat penyusunan proyek akhir, banyak status dan gambar-gambar yang berkaitan dengan wisuda, khususnya toga. Ada yang saya ingat yaitu:
“Lagi berjuang kelarin kuliah, biar bisa selfie pake toga.”
“Tidur dulu ah, mana tau besok wisuda.”
Yang paling menggelitik yaitu:”Lamar aku stelah aku wisuda” Pengen banget ya? Hihihihihi. Dan masih banyak lagi. Sepenting itukah wisuda? Hhmmm. Acara yang identik dengan perayaan, perayaan puncak kejayaan mahasiswa selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan sebagai penanda kelulusan setelah menempuh proses belajar. Iyakah?

Foto bersama alayers Gayo, karena baru kita yang dateng
Apakah wisuda itu biasanya dihadiri orang-orang tersayang? Bapak menyuruh saya ikut wisuda, sementara Bapak sendiri tidak mau ikut, bilangnya:”Yang ikut acaranya biar Mamah sama Uwa, Bapak dirumah saja.” Sontak Mamah bilang:”Duh Bapak, sepanjang Neng kuliah, belum pernah tau kampusnya dimana, belum pernah nengok, apalagi mengantar, masa iya wisuda juga tidak ikut?” Saya Cuma bisa senyum J Dan derengdeng pada akhirnya yang mendampingi acara ini adalah Mamah dan Bapak, tanpa kaka dan adikku, keduanya tidak bisa ikut, untuk adikku lebih tepatnya tidak mau ikut. Keluarga yang gamau ribet emang ya, hihihi.

Kelakuan
Baiklah, pada saat tiba di lokasi ya heboh bertemu dengan teman-teman, foto sana-sini, acara dimulai rasanya biasa saja ya seperti biasa teman-temana kelasan saya yang sudah seperti keluarga heboh dan urat malunya terkadang putus. Inikah tabiatnya anak pariwisata? L Pada saat acara dimulai, ya inilah yang saya khawatirkan, acara yang membosankan, ada yang tidur karena semalaman tidak bisa tidur, ada yang ngobrol karena merasa perbincangan lebih asik daripada mendengar sambutan-sambutan, ada yang selfie karena tidak ingin melewatkan moment cantik dan gantengnya, ada yang sibuk makeup, ada yang nguap terus karena dari subuh sudah bangun mempersiapkan makeup dengan ibu salon, ada yang maenah hp terus karena sibuk update dan check in di path, ada yang terus-terusan komentarin orang yang muncul dilayar, hahaha masih banyak lagi deh pokonya. Jangan salahkan acara wisudanya, tapi coba dirubah polanya agar tidak membuat jenuh hadirin. Yang dinanti tiba, yaitu pada saat naik ke panggung salaman dengan si bapak sambil nunduk mindahin tali, awalnya biasa saja tapi saat mulai jalan ke depan teman-teman pada deg-degan. Hihihi, Kata Septin:”Anggap saja sedang liburan.”

Trio Cetar ditengah yang diapit Nona Ambon dan Sumedang
Hal yang menjadi catatan saya berikutnya adalah bully-an wisuda mengenai pasangan. Hadeuhhh… Harapan saya awalnya ingin ikut wisuda didampingi dengan orang tua beserta suami dan anak, tapi sepertinya hal ini tidak memungkinkan, boro-boro sambil gendong anak, suami aja belum ada, wkwkwkw. “Ka, lu wisudaan apa ambil rapor SD? Masih ye ditemeninnya Cuma sama orang tua.” Jlebb, hahaha, iya juga ya, teman yang lain rombongannya banyak, sementara saya hanya didampingi kedua orang tercinta. Tapi apalah artinya, toh mereka sudah lebih dari apapun untuk saya, I love u Mamah Bapakku. Oya sedikit cerita, setelah acara selesai banyak orang diluar sana yang bawa hadiah dan bunga, dan ternyata kebanyakannya adalah pasangan wisudawan-wisudawati ataupun sahabat atau kerabat, lagi-lagi saya hanya bisa tersenyum. Ditambah saat ada Bang Victor yang baru nyampe dari Jogja, kasih bunga mawar ke Siska didepan mata gueeeeeee, dan parahnya saya tau kisah cinta mereka dari awal masuk hingga sekarang, hahaha, yaudah saya senyumin lagi deh. Orang-orang foto dengan membawa buket bunga dan hadiah, namun saya foto hanya dengan senyum ceria, kalo boleh puter lagu mah saya request deh “sakitnya tuh disini” hahahha.

Pada saat berlangsungnya acara hingga usai, tidak ada derai air mata diwajah kami. Tapi besoknya baru merasa sedih, oya kita kayanya akan sulit untuk berkumpul karena sudah mempunyai kesibukan masing-masing. Tapi pasti ada saatnya kita dipertemukan lagi, good luck ya keluarga Tango, teman-teman PBU, dan semuanya, biarkan ukhuwah yang telah terjalin selama 40 bulan ini akan menjadi selamanya. Point penting yang bisa saya tarik kesimpulan adalah, ternyata wisuda adalah salah satu hal yang bisa membuat orang tua saya bahagia. Jadi, seberapa pentingkah wisuda? J

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates