Saturday, December 20, 2014

0 Pentingkah Wisuda?

Wisuda, yang diplesetkan jadi:”wissss… udah”, hehehe. Udah apa? Udah kelar belajarnya? Wisuda yang dinantikan banyak orang, bukan termasuk saya tapi. Awalnya saya meminta izin pada orang tua untuk tidak mengikuti acara ini, karena yang saya fikir daripada uangnya digunakan untuk acara gajelas yang buat ribet dan ngantuk, lebih baik saya gunakan untuk les. Iya ga? Lumayan kan 2,5 bisa untuk modal belajar sebulan, hehehe, namun saat saya diskusi di telepon dan apa jawaban orang tua? Tepatnya Bapak lah yang membuka pemikiran saya, Bapak bilang saya harus mengikuti prosedur kampus selagi itu adalah hal yang tidak memberatkan. Apa boleh buat pada akhirnya mendaftar lah saya sebelum pergi melaksanakan tugas.

Ini si Ombos ikut nimbrung aja diantara cewek-cewek
Alasan lainnya untuk tidak mengikuti acara ini adalah, wisuda itu ribet, orang tua harus datang kesini dan sebetulnya kebanyakan orang hanya mengincar foto dengan menggunakan toga lalu dipajang di rumah, hadeuhhh. Ngapain coba? L

Ini lagi si Bang Tambun ikut-ikutan sama cewek
Bagi saya, wisuda itu lebih bergantung pada kebutuhan masing-masing, namun pada kenyataannya ya banyak sekali yang antusias terhadap acara ini, berduyun-duyun memboyong keluarga besar dan pada saat sebelum acara ataupun pada saat penyusunan proyek akhir, banyak status dan gambar-gambar yang berkaitan dengan wisuda, khususnya toga. Ada yang saya ingat yaitu:
“Lagi berjuang kelarin kuliah, biar bisa selfie pake toga.”
“Tidur dulu ah, mana tau besok wisuda.”
Yang paling menggelitik yaitu:”Lamar aku stelah aku wisuda” Pengen banget ya? Hihihihihi. Dan masih banyak lagi. Sepenting itukah wisuda? Hhmmm. Acara yang identik dengan perayaan, perayaan puncak kejayaan mahasiswa selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan sebagai penanda kelulusan setelah menempuh proses belajar. Iyakah?

Foto bersama alayers Gayo, karena baru kita yang dateng
Apakah wisuda itu biasanya dihadiri orang-orang tersayang? Bapak menyuruh saya ikut wisuda, sementara Bapak sendiri tidak mau ikut, bilangnya:”Yang ikut acaranya biar Mamah sama Uwa, Bapak dirumah saja.” Sontak Mamah bilang:”Duh Bapak, sepanjang Neng kuliah, belum pernah tau kampusnya dimana, belum pernah nengok, apalagi mengantar, masa iya wisuda juga tidak ikut?” Saya Cuma bisa senyum J Dan derengdeng pada akhirnya yang mendampingi acara ini adalah Mamah dan Bapak, tanpa kaka dan adikku, keduanya tidak bisa ikut, untuk adikku lebih tepatnya tidak mau ikut. Keluarga yang gamau ribet emang ya, hihihi.

Kelakuan
Baiklah, pada saat tiba di lokasi ya heboh bertemu dengan teman-teman, foto sana-sini, acara dimulai rasanya biasa saja ya seperti biasa teman-temana kelasan saya yang sudah seperti keluarga heboh dan urat malunya terkadang putus. Inikah tabiatnya anak pariwisata? L Pada saat acara dimulai, ya inilah yang saya khawatirkan, acara yang membosankan, ada yang tidur karena semalaman tidak bisa tidur, ada yang ngobrol karena merasa perbincangan lebih asik daripada mendengar sambutan-sambutan, ada yang selfie karena tidak ingin melewatkan moment cantik dan gantengnya, ada yang sibuk makeup, ada yang nguap terus karena dari subuh sudah bangun mempersiapkan makeup dengan ibu salon, ada yang maenah hp terus karena sibuk update dan check in di path, ada yang terus-terusan komentarin orang yang muncul dilayar, hahaha masih banyak lagi deh pokonya. Jangan salahkan acara wisudanya, tapi coba dirubah polanya agar tidak membuat jenuh hadirin. Yang dinanti tiba, yaitu pada saat naik ke panggung salaman dengan si bapak sambil nunduk mindahin tali, awalnya biasa saja tapi saat mulai jalan ke depan teman-teman pada deg-degan. Hihihi, Kata Septin:”Anggap saja sedang liburan.”

Trio Cetar ditengah yang diapit Nona Ambon dan Sumedang
Hal yang menjadi catatan saya berikutnya adalah bully-an wisuda mengenai pasangan. Hadeuhhh… Harapan saya awalnya ingin ikut wisuda didampingi dengan orang tua beserta suami dan anak, tapi sepertinya hal ini tidak memungkinkan, boro-boro sambil gendong anak, suami aja belum ada, wkwkwkw. “Ka, lu wisudaan apa ambil rapor SD? Masih ye ditemeninnya Cuma sama orang tua.” Jlebb, hahaha, iya juga ya, teman yang lain rombongannya banyak, sementara saya hanya didampingi kedua orang tercinta. Tapi apalah artinya, toh mereka sudah lebih dari apapun untuk saya, I love u Mamah Bapakku. Oya sedikit cerita, setelah acara selesai banyak orang diluar sana yang bawa hadiah dan bunga, dan ternyata kebanyakannya adalah pasangan wisudawan-wisudawati ataupun sahabat atau kerabat, lagi-lagi saya hanya bisa tersenyum. Ditambah saat ada Bang Victor yang baru nyampe dari Jogja, kasih bunga mawar ke Siska didepan mata gueeeeeee, dan parahnya saya tau kisah cinta mereka dari awal masuk hingga sekarang, hahaha, yaudah saya senyumin lagi deh. Orang-orang foto dengan membawa buket bunga dan hadiah, namun saya foto hanya dengan senyum ceria, kalo boleh puter lagu mah saya request deh “sakitnya tuh disini” hahahha.

Pada saat berlangsungnya acara hingga usai, tidak ada derai air mata diwajah kami. Tapi besoknya baru merasa sedih, oya kita kayanya akan sulit untuk berkumpul karena sudah mempunyai kesibukan masing-masing. Tapi pasti ada saatnya kita dipertemukan lagi, good luck ya keluarga Tango, teman-teman PBU, dan semuanya, biarkan ukhuwah yang telah terjalin selama 40 bulan ini akan menjadi selamanya. Point penting yang bisa saya tarik kesimpulan adalah, ternyata wisuda adalah salah satu hal yang bisa membuat orang tua saya bahagia. Jadi, seberapa pentingkah wisuda? J

0 comments:

Post a Comment

Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates