Wisuda, yang diplesetkan jadi:”wissss… udah”, hehehe. Udah
apa? Udah kelar belajarnya? Wisuda yang dinantikan banyak orang, bukan termasuk
saya tapi. Awalnya saya meminta izin pada orang tua untuk tidak mengikuti acara
ini, karena yang saya fikir daripada uangnya digunakan untuk acara gajelas yang
buat ribet dan ngantuk, lebih baik saya gunakan untuk les. Iya ga? Lumayan kan
2,5 bisa untuk modal belajar sebulan, hehehe, namun saat saya diskusi di
telepon dan apa jawaban orang tua? Tepatnya Bapak lah yang membuka pemikiran
saya, Bapak bilang saya harus mengikuti prosedur kampus selagi itu adalah hal
yang tidak memberatkan. Apa boleh buat pada akhirnya mendaftar lah saya sebelum
pergi melaksanakan tugas.
Ini si Ombos ikut nimbrung aja diantara cewek-cewek |
Alasan lainnya untuk tidak mengikuti acara ini adalah,
wisuda itu ribet, orang tua harus datang kesini dan sebetulnya kebanyakan orang
hanya mengincar foto dengan menggunakan toga lalu dipajang di rumah, hadeuhhh.
Ngapain coba? L
Ini lagi si Bang Tambun ikut-ikutan sama cewek |
Bagi saya, wisuda itu lebih bergantung pada kebutuhan
masing-masing, namun pada kenyataannya ya banyak sekali yang antusias terhadap
acara ini, berduyun-duyun memboyong keluarga besar dan pada saat sebelum acara
ataupun pada saat penyusunan proyek akhir, banyak status dan gambar-gambar yang
berkaitan dengan wisuda, khususnya toga. Ada yang saya ingat yaitu:
“Lagi berjuang kelarin kuliah, biar bisa selfie pake toga.”
“Tidur dulu ah, mana tau besok wisuda.”
Yang paling menggelitik yaitu:”Lamar aku stelah aku wisuda”
Pengen banget ya? Hihihihihi. Dan masih banyak lagi. Sepenting itukah wisuda? Hhmmm.
Acara yang identik dengan perayaan, perayaan puncak kejayaan mahasiswa selama
menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan sebagai penanda kelulusan setelah
menempuh proses belajar. Iyakah?
Foto bersama alayers Gayo, karena baru kita yang dateng |
Apakah wisuda itu biasanya dihadiri orang-orang tersayang? Bapak
menyuruh saya ikut wisuda, sementara Bapak sendiri tidak mau ikut, bilangnya:”Yang
ikut acaranya biar Mamah sama Uwa, Bapak dirumah saja.” Sontak Mamah bilang:”Duh
Bapak, sepanjang Neng kuliah, belum pernah tau kampusnya dimana, belum pernah
nengok, apalagi mengantar, masa iya wisuda juga tidak ikut?” Saya Cuma bisa
senyum J
Dan derengdeng pada akhirnya yang mendampingi acara ini adalah Mamah dan Bapak,
tanpa kaka dan adikku, keduanya tidak bisa ikut, untuk adikku lebih tepatnya
tidak mau ikut. Keluarga yang gamau ribet emang ya, hihihi.
Kelakuan |
Baiklah, pada saat tiba di lokasi ya heboh bertemu dengan
teman-teman, foto sana-sini, acara dimulai rasanya biasa saja ya seperti biasa
teman-temana kelasan saya yang sudah seperti keluarga heboh dan urat malunya
terkadang putus. Inikah tabiatnya anak pariwisata? L Pada saat acara dimulai, ya
inilah yang saya khawatirkan, acara yang membosankan, ada yang tidur karena
semalaman tidak bisa tidur, ada yang ngobrol karena merasa perbincangan lebih
asik daripada mendengar sambutan-sambutan, ada yang selfie karena tidak ingin
melewatkan moment cantik dan gantengnya, ada yang sibuk makeup, ada yang nguap
terus karena dari subuh sudah bangun mempersiapkan makeup dengan ibu salon, ada
yang maenah hp terus karena sibuk update dan check in di path, ada yang
terus-terusan komentarin orang yang muncul dilayar, hahaha masih banyak lagi
deh pokonya. Jangan salahkan acara wisudanya, tapi coba dirubah polanya agar
tidak membuat jenuh hadirin. Yang dinanti tiba, yaitu pada saat naik ke
panggung salaman dengan si bapak sambil nunduk mindahin tali, awalnya biasa
saja tapi saat mulai jalan ke depan teman-teman pada deg-degan. Hihihi, Kata
Septin:”Anggap saja sedang liburan.”
Trio Cetar ditengah yang diapit Nona Ambon dan Sumedang |
Hal yang menjadi catatan saya berikutnya adalah bully-an
wisuda mengenai pasangan. Hadeuhhh… Harapan saya awalnya ingin ikut wisuda
didampingi dengan orang tua beserta suami dan anak, tapi sepertinya hal ini
tidak memungkinkan, boro-boro sambil gendong anak, suami aja belum ada,
wkwkwkw. “Ka, lu wisudaan apa ambil rapor SD? Masih ye ditemeninnya Cuma sama
orang tua.” Jlebb, hahaha, iya juga ya, teman yang lain rombongannya banyak,
sementara saya hanya didampingi kedua orang tercinta. Tapi apalah artinya, toh
mereka sudah lebih dari apapun untuk saya, I love u Mamah Bapakku. Oya sedikit
cerita, setelah acara selesai banyak orang diluar sana yang bawa hadiah dan
bunga, dan ternyata kebanyakannya adalah pasangan wisudawan-wisudawati ataupun
sahabat atau kerabat, lagi-lagi saya hanya bisa tersenyum. Ditambah saat ada
Bang Victor yang baru nyampe dari Jogja, kasih bunga mawar ke Siska didepan
mata gueeeeeee, dan parahnya saya tau kisah cinta mereka dari awal masuk hingga
sekarang, hahaha, yaudah saya senyumin lagi deh. Orang-orang foto dengan
membawa buket bunga dan hadiah, namun saya foto hanya dengan senyum ceria, kalo
boleh puter lagu mah saya request deh “sakitnya tuh disini” hahahha.
Pada saat berlangsungnya acara hingga usai, tidak ada derai
air mata diwajah kami. Tapi besoknya baru merasa sedih, oya kita kayanya akan
sulit untuk berkumpul karena sudah mempunyai kesibukan masing-masing. Tapi
pasti ada saatnya kita dipertemukan lagi, good luck ya keluarga Tango,
teman-teman PBU, dan semuanya, biarkan ukhuwah yang telah terjalin selama 40 bulan ini akan menjadi selamanya. Point penting yang bisa saya tarik kesimpulan
adalah, ternyata wisuda adalah salah satu hal yang bisa membuat orang tua saya bahagia.
Jadi, seberapa pentingkah wisuda? J
0 comments:
Post a Comment
Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)