Alhamdulillah… Alloh masih memberikan kesempatan untuk
menapaki diri di bulan yang suci ini, Bulan Ramadhan yang ditunggu-tunggu umat
muslim dibelahan dunia manapun, termasuk saya yang sekarang tinggal di kota
kecil dua jam dari Melbourne. Seperti yang terjadi di tahun-tahun lalu,
Ramadhan yang saya hadapi selalu berbeda, baik dari tempat yang ditinggali,
lingkungan yang ada disekitar, rutinitas yang dijalani atau bahkan menu buka
puasa yang dinikmati. Apapun itu, dimanapun itu, saya yakin ini adalah tempat
dan kondisi terbaik yang saya dapat dari Alloh. Lagi-lagi, Ramadhan ini menjadi
cambuk bagi saya yang fakir ilmu, miskin pengalaman dan haus akan banyak
pelajaran, Alloh telah memberikan banyak waktu luang akhir-akhir ini yang
sepatutnya saya gunakan untuk merenung, bukan malah mempertanyakan hal-hal yang
tidak seharusnya saya bingungkan.
Yaa Robb… Hamba masih sedang dan akan terus belajar
membenahi diri hingga datangnya waktu dimana diri ini sudah harus kembali.
Hamba sadar, mulut ini banyak menyakiti, fikiran ini banyak dengki, hati ini
amat sangat kotor, jauh dari kata suci, namun Engkau masih menampakkan kebaikan
didepan orang lain, malu rasanya. Persangkaan orang terhadap hamba begitu baik,
namun pada kenyataannya Engkaulah yang Maha Mengetahui segala Isi Hati.
Ampunilah mulut ini, tangan ini, kaki ini, fikiran ini semua yang ada dalam
diri hamba yang tak digunakan semestinya. Hamba selalu meyakini, pintu maaf-Mu
terbuka lebar, pintu ampunan-Mu selalu ada bagi hamba-Mu yang mendekati dan
menginginkannya.
Pandang langit luas saat bumi sudah menyesakkan hati |
Kehidupan disini sedikit banyak sudah merubah pola fikir
saya, yang pada awalnya prioritas kesini untuk menuntut ilmu, namun terbelok
dengan mengumpulkan uang. Seperti banyak yang percaya bahwa uang seakan menjadi
hal utama dalam hidup, tanpa uang rasanya hidup ini hampa, tanpa uang kita
tidak bisa apa-apa, tanpa uang ahhh dunia ini begitu menggoda. Dengan pola
hidup Negara maju yang mendorong warganya untuk bekerja ditambah dengan
penghasilan yang menggiurkan rasanya betul istilah “waktu adalah uang”, karena
betul-betul disini satu menitpun uang. Beda halnya dengan di Indonesia yang
masyarakatnya lebih santai dalam bekerja karena toh pendapatan dihitung
perbulan, masuk ataupun tidak masuk kerja tidak begitu memberikan dampak besar.
Disini dengan pekerjaan biasa yang dibilang dibawah standar pendapatan, jika
dikalkulasikan kedalam rupiah bisa mencapai satu juta perhari. Dulu semasa
kecil, saya pernah berkhayal, “Ah nanti saya kalu dapat sehari sejuta pasti
cepat jadi orang kaya.” Dan kenyataannya sekarang terjadi disini, namun
sebetulnya bukanlah banyaknya angka yang menjadikan ketenangan dalam hidup ini.
Entah apa yang ada dalam fikiran saya sekarang, rasanya sehari tidak bekerja
seolah pusing kelimpungan karena kehilangan dollar, Astagfirullohaladzim, apa
yang sudah masuk dalam fikiran saya ini? Melihat orang lain mendapat
penghasilan lebih besar disini, mempunyai kesempatan kerja lebih lama, tiba-tiba
saya ingin seperti mereka. Padahal Alloh sudah mencukupi semua ini, saya bisa
hidup dengan makan enak, tempat tinggal layak, masih diberi kesempatan untuk
berbagi dengan keluarga, juga untuk menabung. Lalu nikmat mana lagi yang
didustakan?
Dasar manusia, serakah! Ya Robb, hamba ingin terbebas dari
belenggu ini…
Kadang….
Saya melihat hidup orang lain begitu nikmat, ternyata mereka
hanya menutup kekurangannya tanpa berkeluh kesah, dan disadari atau tidak,
diluar sana ada juga orang lain yang ingin hidupnya seperti kita,
Saya melihat teman-teman hidupnya tidak ada duka kepedihan,
ternyata mereka hanya pandai menutupi dengan mensyukuri,
Saya melihat hidup saudara saya tenang tanpa ujian, ternyata
mereka begitu menikmati badai ujian dalam hidupnya,
Saya melihat hidup sahabat-sahabat begitu sempurna, ternyata
mereka hanya berbahagia menjadi apa adanya,
Saya melihat hidup tetangga begitu beruntung, ternyata
mereka selalu tunduk pada Alloh untuk bergantung,
Dan setiap hari saya belajar memahami dan mengamati setiap
hidup orang yang saya temui, ternyata saya yang KURANG MENSYUKURI nikmatMu… Bahwa sebetulnya di dunia ini masih
banyak yang belum beruntung seberuntung yang saya miliki saat ini. Dan satu hal
yang saya ketahui bahwa Alloh tak pernah mengurangi ketetapanNya, hanya sayalah
yang masih mengkufuri nikmatNya.
Maka, saya merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang
lain,
Mungkin saya tak tahu dimana rezeki saya, Tapi rezeki saya
tahu dimana saya,
Dari lautan yang biru, bumi dan gunung, Alloh sudah
memerintahkannya menuju pada diri ini,
Alloh menjamin rezeki saya, sejak empat bulan sepuluh hari
dalam kandungan Ibu,
Ternyata amatlah keliru jika bertawakal rezeki dimaknai dari
hasil bekerja, karena bekerja adalah ibadah, sedangkan rezeki itu urusanNya,
Melalaikan kebenaran demi mengkhawatirkan apa yang dijaminNya, adalah
kekeliruan yang berganda,
Manusia membanting tulang demi angka simpanan gaji yang
mungkin besok ditinggal mati,
Manusia lupa bahwa hakekat rezeki bukan apa yang tertulis
dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya,
Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Alloh
menaruh sekehendakNya… Rezeki itu kejutan, dan tidak boleh dilupakan bahwa tiap
hakekat rezeki akan ditanya kelak: “Darimana dan digunakan untuk apa?” Karena
rezeki hanyalah “hak pakai” bukan “hak milik”,
Maka pada akhirnya, saya tidak boleh merasa iri pada rezeki
orang lain. Jika saya iri pada rezeki orang, juga seharusnya saya iri pada
takdir kematiannya!
Singkat cerita, pada saat video call dengan Bapak: “Neng,
orang kaya raya dengan uang milyaran yang bersedekah seratus atau dua ratus
juta akan kalah dengan orang tak mampu, tapi ia sedekahkan uangnya seribu
rupiah padahal entah besok mau makan apa. Dimata manusia tentu uang seribu akan
kalah dengan seratus juta, tapi itu akan berbeda di mata Alloh, kucinya ikhlas!
Jangan khawatirkan rezeki, yang penting kamu sudah berusaha. Ikhlas itu berat,
tapi terus dilatih. Bapak sampai saat ini tidak punya apa-apa, tidak punya
rumah bagus dan kendaraan seperti orang lain seusia Bapak yang sudah memiliki
banyak hal, karena itu bukan tujuan Bapak, mengumpulkan uang tapi lupa dengan
sekitar. Ikhlas menerima ketentuan Alloh dan yang penting kita terus bermanfaat
untuk orang banyak.”
Ya Robb…
Ampunilah diri ini, hati yang kotor ini. Seharusnya hamba
menempatkan rasa iri pada tempatnya, dunia ini fana,
Berilah cahaya pada gelapnya hati ini ya Alloh, Hati kadang
lupa yang terlena mimpi dunia,
Diri yang kotor ini hanya bisa bersimpuh meminta petunjuk
dan ampunanMu…
Terimakasih atas segala nikmat iman, islam ini, Jadikan kami
terus tenang dalam beribadah kepadaMu ya Robb….
Kembalikan lagi hamba padaMu, semoga hamba bisa kembali
menata hati ini, mudahkanlah semua dengan rahmatMu
Jangan biarkan dzikir dan iman ini hilang…….
Dua minggu tanpa bekerja ini semoga menjadi renungan di bulan yang suci, jauh dari iri dengki dan semoga kualitas hidup menjadi lebih baik... ikhlas dan syukur itu indah....
0 comments:
Post a Comment
Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)