Tuesday, June 14, 2016

0 Kurang Bersyukur

Alhamdulillah… Alloh masih memberikan kesempatan untuk menapaki diri di bulan yang suci ini, Bulan Ramadhan yang ditunggu-tunggu umat muslim dibelahan dunia manapun, termasuk saya yang sekarang tinggal di kota kecil dua jam dari Melbourne. Seperti yang terjadi di tahun-tahun lalu, Ramadhan yang saya hadapi selalu berbeda, baik dari tempat yang ditinggali, lingkungan yang ada disekitar, rutinitas yang dijalani atau bahkan menu buka puasa yang dinikmati. Apapun itu, dimanapun itu, saya yakin ini adalah tempat dan kondisi terbaik yang saya dapat dari Alloh. Lagi-lagi, Ramadhan ini menjadi cambuk bagi saya yang fakir ilmu, miskin pengalaman dan haus akan banyak pelajaran, Alloh telah memberikan banyak waktu luang akhir-akhir ini yang sepatutnya saya gunakan untuk merenung, bukan malah mempertanyakan hal-hal yang tidak seharusnya saya bingungkan.

Yaa Robb… Hamba masih sedang dan akan terus belajar membenahi diri hingga datangnya waktu dimana diri ini sudah harus kembali. Hamba sadar, mulut ini banyak menyakiti, fikiran ini banyak dengki, hati ini amat sangat kotor, jauh dari kata suci, namun Engkau masih menampakkan kebaikan didepan orang lain, malu rasanya. Persangkaan orang terhadap hamba begitu baik, namun pada kenyataannya Engkaulah yang Maha Mengetahui segala Isi Hati. Ampunilah mulut ini, tangan ini, kaki ini, fikiran ini semua yang ada dalam diri hamba yang tak digunakan semestinya. Hamba selalu meyakini, pintu maaf-Mu terbuka lebar, pintu ampunan-Mu selalu ada bagi hamba-Mu yang mendekati dan menginginkannya.

Pandang langit luas saat bumi sudah menyesakkan hati
Kehidupan disini sedikit banyak sudah merubah pola fikir saya, yang pada awalnya prioritas kesini untuk menuntut ilmu, namun terbelok dengan mengumpulkan uang. Seperti banyak yang percaya bahwa uang seakan menjadi hal utama dalam hidup, tanpa uang rasanya hidup ini hampa, tanpa uang kita tidak bisa apa-apa, tanpa uang ahhh dunia ini begitu menggoda. Dengan pola hidup Negara maju yang mendorong warganya untuk bekerja ditambah dengan penghasilan yang menggiurkan rasanya betul istilah “waktu adalah uang”, karena betul-betul disini satu menitpun uang. Beda halnya dengan di Indonesia yang masyarakatnya lebih santai dalam bekerja karena toh pendapatan dihitung perbulan, masuk ataupun tidak masuk kerja tidak begitu memberikan dampak besar. Disini dengan pekerjaan biasa yang dibilang dibawah standar pendapatan, jika dikalkulasikan kedalam rupiah bisa mencapai satu juta perhari. Dulu semasa kecil, saya pernah berkhayal, “Ah nanti saya kalu dapat sehari sejuta pasti cepat jadi orang kaya.” Dan kenyataannya sekarang terjadi disini, namun sebetulnya bukanlah banyaknya angka yang menjadikan ketenangan dalam hidup ini. Entah apa yang ada dalam fikiran saya sekarang, rasanya sehari tidak bekerja seolah pusing kelimpungan karena kehilangan dollar, Astagfirullohaladzim, apa yang sudah masuk dalam fikiran saya ini? Melihat orang lain mendapat penghasilan lebih besar disini, mempunyai kesempatan kerja lebih lama, tiba-tiba saya ingin seperti mereka. Padahal Alloh sudah mencukupi semua ini, saya bisa hidup dengan makan enak, tempat tinggal layak, masih diberi kesempatan untuk berbagi dengan keluarga, juga untuk menabung. Lalu nikmat mana lagi yang didustakan?

Dasar manusia, serakah! Ya Robb, hamba ingin terbebas dari belenggu ini…

Kadang….

Saya melihat hidup orang lain begitu nikmat, ternyata mereka hanya menutup kekurangannya tanpa berkeluh kesah, dan disadari atau tidak, diluar sana ada juga orang lain yang ingin hidupnya seperti kita,

Saya melihat teman-teman hidupnya tidak ada duka kepedihan, ternyata mereka hanya pandai menutupi dengan mensyukuri,

Saya melihat hidup saudara saya tenang tanpa ujian, ternyata mereka begitu menikmati badai ujian dalam hidupnya,

Saya melihat hidup sahabat-sahabat begitu sempurna, ternyata mereka hanya berbahagia menjadi apa adanya,

Saya melihat hidup tetangga begitu beruntung, ternyata mereka selalu tunduk pada Alloh untuk bergantung,

Dan setiap hari saya belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang saya temui, ternyata saya yang KURANG MENSYUKURI nikmatMu… Bahwa sebetulnya di dunia ini masih banyak yang belum beruntung seberuntung yang saya miliki saat ini. Dan satu hal yang saya ketahui bahwa Alloh tak pernah mengurangi ketetapanNya, hanya sayalah yang masih mengkufuri nikmatNya.
Maka, saya merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain,

Mungkin saya tak tahu dimana rezeki saya, Tapi rezeki saya tahu dimana saya,
Dari lautan yang biru, bumi dan gunung, Alloh sudah memerintahkannya menuju pada diri ini,
Alloh menjamin rezeki saya, sejak empat bulan sepuluh hari dalam kandungan Ibu,

Ternyata amatlah keliru jika bertawakal rezeki dimaknai dari hasil bekerja, karena bekerja adalah ibadah, sedangkan rezeki itu urusanNya, Melalaikan kebenaran demi mengkhawatirkan apa yang dijaminNya, adalah kekeliruan yang berganda,

Manusia membanting tulang demi angka simpanan gaji yang mungkin besok ditinggal mati,
Manusia lupa bahwa hakekat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya,

Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Alloh menaruh sekehendakNya… Rezeki itu kejutan, dan tidak boleh dilupakan bahwa tiap hakekat rezeki akan ditanya kelak: “Darimana dan digunakan untuk apa?” Karena rezeki hanyalah “hak pakai” bukan “hak milik”,

Maka pada akhirnya, saya tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain. Jika saya iri pada rezeki orang, juga seharusnya saya iri pada takdir kematiannya!

Singkat cerita, pada saat video call dengan Bapak: “Neng, orang kaya raya dengan uang milyaran yang bersedekah seratus atau dua ratus juta akan kalah dengan orang tak mampu, tapi ia sedekahkan uangnya seribu rupiah padahal entah besok mau makan apa. Dimata manusia tentu uang seribu akan kalah dengan seratus juta, tapi itu akan berbeda di mata Alloh, kucinya ikhlas! Jangan khawatirkan rezeki, yang penting kamu sudah berusaha. Ikhlas itu berat, tapi terus dilatih. Bapak sampai saat ini tidak punya apa-apa, tidak punya rumah bagus dan kendaraan seperti orang lain seusia Bapak yang sudah memiliki banyak hal, karena itu bukan tujuan Bapak, mengumpulkan uang tapi lupa dengan sekitar. Ikhlas menerima ketentuan Alloh dan yang penting kita terus bermanfaat untuk orang banyak.”

Ya Robb…
Ampunilah diri ini, hati yang kotor ini. Seharusnya hamba menempatkan rasa iri pada tempatnya, dunia ini fana,
Berilah cahaya pada gelapnya hati ini ya Alloh, Hati kadang lupa yang terlena mimpi dunia,
Diri yang kotor ini hanya bisa bersimpuh meminta petunjuk dan ampunanMu…
Terimakasih atas segala nikmat iman, islam ini, Jadikan kami terus tenang dalam beribadah kepadaMu ya Robb….

Kembalikan lagi hamba padaMu, semoga hamba bisa kembali menata hati ini, mudahkanlah semua dengan rahmatMu
Jangan biarkan dzikir dan iman ini hilang…….

Dua minggu tanpa bekerja ini semoga menjadi renungan di bulan yang suci, jauh dari iri dengki dan semoga kualitas hidup menjadi lebih baik... ikhlas dan syukur itu indah....

0 comments:

Post a Comment

Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates