Sunday, October 5, 2014

0 Ke Tebing Keraton, jangan asal foto

Sebetulnya baru kali ini memposting perjalanan saya, beberapa tahun silam rencananya setiap perjalanan ingin dituliskan di blog, namun ya niatan yang masih setengah-setengah atau bahkan seperempat atau masih 1 ons, entahlah, hehe.

Sejauh mata memandang
Bagi warga Bandung dan sekitarnya, beberapa bulan ke belakang sedang hitz sekali destinasi “Tebing Keraton” yang letaknya tak jauh dari daerah dago. Hal inilah yang mendasari saya untuk ikut serta meng”hitz”kan lokasi ini, tangan saya gatal untuk menulis dan mempublikasikan gambar yang saya ambil, niatannya untuk berbagi informasi ya sahabat.

Gunung Tangkuban Perahu yang terlihat dari jauh
Zaman yang super canggih dengan memfasilitasi media “pamer” yang sudah membanjiri smartphone, maka mengunjungi tempat ini bisa dikatakan wajib. Kenapa? Tebing keraton menawarkan pemandangan luar biasa yang bisa menambah koleksi unggahan gambar di media sosial, hehe. Hamparan hutan hijau dari Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda. Namanya tebing ya lokasinya ada di ketinggian, inilah yang menjadi daya tarik utama.

Ini dia yang menjadi objek foto pengunjung
Sekilas ditemukannya tebing keraton
Dekat pinggiran tebing, terdapat papan yang menceritakan sekilas cerita tentang tebing keraton, yang di cetak dalam kertas putih dengan tinta hitam, semacam papan pengumuman di sekolah, polos namun penuh informasi. Dan saya sendiri merasa terhibur membaca tulisan itu, karena seperti membaca cerpen, hehe. Baiklah saya rangkum dan kembangkan informasi dari tulisan tersebut ya.

Mula-mula, tebing keraton muncul pada awal Mei 2014, tepatnya pukul 24.00 (Tapi tidak ada tanggal pastinya, pokonya dini hari deh). Pada saat itu, Bapak Penemu yang bernama Bapak Asep langsung menulis nama tebing keraton dan menuliskannya di depan rumah dengan dilengkapi penunjuk arah. Dari sinilah pengunjung mulai berdatangan, ya memang media promosi dari mulut ke mulut cukup ampuh dan tanpa menelan biaya besar hehe. Dilatarbelakangi oleh pengunjung yang setiap harinya bertambah, Maka Pak Asep mempunyai inisiatip (Pakai “P”, bukan “F”) untuk membersihkan halaman rumah dan diperlebar sedikit demi sedikit. Kotak uangpun dibuat demi membantu pengelola dalam perawatan serta kebersihan.

Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
Asal mula nama “Tebing Keraton”
Terdiri dari 2 kata yaitu Tebing yang dalam bahasa sunda adalah Gawir. Tebing sendiri adalah jurang, atau sebuah formasi bebatuan yang menjulang secara certikal. Sementara Keraton adalah sebuah kemewahan, ya disini dimaksudkan sebagai kemewahan alam, kemegahan alam, dan keindahan alam yang dapat dinikmati bersama, bukan keraton yang identik dengan gedung mewah atau istana megah. Atuh kenapa namanya bukan “gawir keraton” agar terlihat sunda banget. Hihii... lucu juga ya, tapi kurang menjual dan esensinya kurang kena, apalagi kalau namanya “Tebing Anjarsari”, semakin tidak menjual dan tidak menarik, hahaha.

Sejak dulu tebing ini memang sudah ada, namun namanya adalah “Cadas Jontor” yang artinya cadas yang menonjol kedepan dan mempunyai ketinggian yang berbeda diantara cadas-cadas lainnya. Sahabat tau kan jontor itu apa? Misalnya kita jatuh tersungkur (baca: tikusruk), wajah kita menghadap lantai dan bibir medadak monyong, nah itulah pemahaman jontor pada umumnya.
Oya, sekedar mengingatkan ya kalau sahabat mau berfoto disana harus hati-hati karena disisi kanan kiri dan depan tidak ada pengaman alias batas pagar. Jadi kalau kurang hati-hati ya resikonya jatuh ke bawah (meskipun ada asuransi bukan berarti kita menggadaikan uang asuransi dengan menjatuhkan diri ke bawah, da ngga lucu atuh) mending kalau dibawah ada jaring-jaring penangkap mah gapapa mau jatuh juga kan aman, hihi(emangnya lagi outbond). Saya aja merinding melihat anak-anak muda yang berfoto di atas ujung batu yang kalau kurang hati-hati resikonya terjun melayang kebawah. Ihh serem. Apalagi banyak yang selfie yang kadang kurang memperhatikan kondisi, saking asiknya selfie mundur sedikit tau-tau kepeleset ehh wasalam. Jangan berdesak-desakan juga ya, karena spot utama untuk berfotonya kecil dan hanya dapat menampung beberapa orang, jadi giliran saja, jangan memaksakan. Bagi yang sudah foto, jangan lama-lama juga, beri kesempatan kepada yang lain.

Pepohonan yang berbaris indah
Namanya tebing, maka fasilitas seadanya. Bawa minum ya, gunakan pakaian yang memudahkan kita jalan kaki dan alas kaki yang cocok. Karena beberapa meter dari parkiran menuju lokasi kita diharuskan untuk jalan. Jika lelah melanda, sahabat bisa duduk cantik dan duduk santai di kursi-kursi kayu atau batu yang tersedia.

ahhh indahnya
Lokasi foto yang tak terlalu luas
Mari kita nikmati, jaga dan perhatikan kondisi lingkungan, jadilah pengunjung yang tertib aturan jangan sampai merugikan. Saran saya, datang kesana jangan hanya mengobati rasa penasaran, apalagi hanya untuk berfoto, namun nikmati kesendirian, kesejukan serta kebesaran yang telah Alloh berikan kepada kita, sebagai media untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang diberikan. Suara binatang-binatang hutan yang menenangkan kondisi kita, dapat memberikan sensasi lebih untuk menikmati dan bermeditasi, hehehe.


Pemandangan ke bawah, sungguh tertata
*Note: Bagi sahabat perempuan, bawa kendaraan hati-hati ya, disarankan untuk bawa motor dan pokonya hati-hati deh

Iya da akumah apa atuh, hanya bisa menyaksikan mesranya pasangan ini

0 comments:

Post a Comment

Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates