Sebetulnya baru kali ini memposting perjalanan saya,
beberapa tahun silam rencananya setiap perjalanan ingin dituliskan di blog,
namun ya niatan yang masih setengah-setengah atau bahkan seperempat atau masih
1 ons, entahlah, hehe.
Sejauh mata memandang |
Bagi warga Bandung dan sekitarnya, beberapa bulan ke
belakang sedang hitz sekali destinasi “Tebing Keraton” yang letaknya tak jauh
dari daerah dago. Hal inilah yang mendasari saya untuk ikut serta meng”hitz”kan
lokasi ini, tangan saya gatal untuk menulis dan mempublikasikan gambar yang
saya ambil, niatannya untuk berbagi informasi ya sahabat.
Gunung Tangkuban Perahu yang terlihat dari jauh |
Zaman yang super canggih dengan memfasilitasi media “pamer”
yang sudah membanjiri smartphone, maka mengunjungi tempat ini bisa dikatakan
wajib. Kenapa? Tebing keraton menawarkan pemandangan luar biasa yang bisa
menambah koleksi unggahan gambar di media sosial, hehe. Hamparan hutan hijau
dari Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda. Namanya tebing ya lokasinya ada di
ketinggian, inilah yang menjadi daya tarik utama.
Ini dia yang menjadi objek foto pengunjung |
Sekilas ditemukannya tebing keraton
Dekat pinggiran tebing, terdapat papan yang menceritakan
sekilas cerita tentang tebing keraton, yang di cetak dalam kertas putih dengan
tinta hitam, semacam papan pengumuman di sekolah, polos namun penuh informasi.
Dan saya sendiri merasa terhibur membaca tulisan itu, karena seperti membaca
cerpen, hehe. Baiklah saya rangkum dan kembangkan informasi dari tulisan
tersebut ya.
Mula-mula, tebing keraton muncul pada awal Mei 2014,
tepatnya pukul 24.00 (Tapi tidak ada tanggal pastinya, pokonya dini hari deh). Pada
saat itu, Bapak Penemu yang bernama Bapak Asep langsung menulis nama tebing
keraton dan menuliskannya di depan rumah dengan dilengkapi penunjuk arah. Dari
sinilah pengunjung mulai berdatangan, ya memang media promosi dari mulut ke
mulut cukup ampuh dan tanpa menelan biaya besar hehe. Dilatarbelakangi oleh
pengunjung yang setiap harinya bertambah, Maka Pak Asep mempunyai inisiatip
(Pakai “P”, bukan “F”) untuk membersihkan halaman rumah dan diperlebar sedikit
demi sedikit. Kotak uangpun dibuat demi membantu pengelola dalam perawatan
serta kebersihan.
Nikmat mana lagi yang kau dustakan? |
Asal mula nama “Tebing Keraton”
Terdiri dari 2 kata yaitu Tebing yang dalam bahasa sunda
adalah Gawir. Tebing sendiri adalah jurang, atau sebuah formasi bebatuan yang
menjulang secara certikal. Sementara Keraton adalah sebuah kemewahan, ya disini
dimaksudkan sebagai kemewahan alam, kemegahan alam, dan keindahan alam yang
dapat dinikmati bersama, bukan keraton yang identik dengan gedung mewah atau
istana megah. Atuh kenapa namanya bukan “gawir keraton” agar terlihat sunda banget. Hihii... lucu juga ya,
tapi kurang menjual dan esensinya kurang kena, apalagi kalau namanya “Tebing
Anjarsari”, semakin tidak menjual dan tidak menarik, hahaha.
Sejak dulu tebing ini memang sudah ada, namun namanya adalah
“Cadas Jontor” yang artinya cadas yang menonjol kedepan dan mempunyai
ketinggian yang berbeda diantara cadas-cadas lainnya. Sahabat tau kan jontor
itu apa? Misalnya kita jatuh tersungkur (baca: tikusruk), wajah kita menghadap
lantai dan bibir medadak monyong, nah itulah pemahaman jontor pada umumnya.
Oya, sekedar mengingatkan ya kalau sahabat mau berfoto disana
harus hati-hati karena disisi kanan kiri dan depan tidak ada pengaman alias
batas pagar. Jadi kalau kurang hati-hati ya resikonya jatuh ke bawah (meskipun
ada asuransi bukan berarti kita menggadaikan uang asuransi dengan menjatuhkan
diri ke bawah, da ngga lucu atuh) mending kalau dibawah ada jaring-jaring
penangkap mah gapapa mau jatuh juga kan aman, hihi(emangnya lagi outbond). Saya
aja merinding melihat anak-anak muda yang berfoto di atas ujung batu yang kalau
kurang hati-hati resikonya terjun melayang kebawah. Ihh serem. Apalagi banyak
yang selfie yang kadang kurang memperhatikan kondisi, saking asiknya selfie mundur
sedikit tau-tau kepeleset ehh wasalam. Jangan berdesak-desakan juga ya, karena
spot utama untuk berfotonya kecil dan hanya dapat menampung beberapa orang,
jadi giliran saja, jangan memaksakan. Bagi yang sudah foto, jangan lama-lama
juga, beri kesempatan kepada yang lain.
Pepohonan yang berbaris indah |
Namanya tebing, maka fasilitas seadanya. Bawa minum ya,
gunakan pakaian yang memudahkan kita jalan kaki dan alas kaki yang cocok.
Karena beberapa meter dari parkiran menuju lokasi kita diharuskan untuk jalan.
Jika lelah melanda, sahabat bisa duduk cantik dan duduk santai di kursi-kursi
kayu atau batu yang tersedia.
ahhh indahnya |
Lokasi foto yang tak terlalu luas |
Mari kita nikmati, jaga dan perhatikan kondisi lingkungan,
jadilah pengunjung yang tertib aturan jangan sampai merugikan. Saran saya,
datang kesana jangan hanya mengobati rasa penasaran, apalagi hanya untuk
berfoto, namun nikmati kesendirian, kesejukan serta kebesaran yang telah Alloh
berikan kepada kita, sebagai media untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang
diberikan. Suara binatang-binatang hutan yang menenangkan kondisi kita, dapat
memberikan sensasi lebih untuk menikmati dan bermeditasi, hehehe.
Pemandangan ke bawah, sungguh tertata |
*Note: Bagi
sahabat perempuan, bawa kendaraan hati-hati ya, disarankan untuk bawa motor dan
pokonya hati-hati deh
Iya da akumah apa atuh, hanya bisa menyaksikan mesranya pasangan ini |
0 comments:
Post a Comment
Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)