Wednesday, October 29, 2014

2 Sahabat dunia akhirat

Sahabat,

Salah seorang yang betul-betul beharga dalam hidup. Orang yang memahami kita, orang yang peduli pada kita, orang yang berani menegur disaat kita salah, selalu mengingatkan disaat lupa, tak segan memberikan arahan, bukan maksud menggurui namun karena saling menginginkan kehidupan berjalan baik, selalu dalam arah yang lurus, dalam lindungan Alloh. Alhamdulillah, saya diberikan sahabat yang begitu memhami, sudah lebih dari enam tahun kami bersama dalam suka dan duka, dalam senang dan sulit, dalam jatuh dan bangun, dalam gemuk dan kurus, dalam punya uang dan tidak, dalam ini dan itu.

Semoga kelak bisa sholat bersama di Masjidil Haram
Alhamdulillah, sosok itu adalah “Pipih”. Wanita hebat yang Alloh berikan kepadaku sebagai sahabat baik, bukan seberapa lama kita saling mengenal namun seberapa berarti dan seberapa banyak doa yang saling kita sematkan didalam sujud. Tiga tahun kami duduk sebangku, hampir setiap hari dalam pertemuan dihiasai oleh cerita, iya tanpa bosan saling berbagi, ada kalanya saya sebagai pendengar yang baik, ada kalanya saya sebagai  pencurhat yang cerewet. Pagi-pagi sebelum bel sekolah berbunyi, kami sarapan berdua (bekal dari rumah), makan bersama, bisa dikatakan untuk berhemat namun lebih ditekankan pada makna kebersamaan. Alhamdulillah, hingga saat ini acara makan sepiring berdua masih kami jalankan. Telur ayam dibagi dua, teh gelas berdua, mie instan semangkuk bersama, asal jodoh saja yah jangan sampai berbagi, ada porsinya masing-masing hehehe.

Akhir-akhir ini pertemuan kami seringkali diisi dengan air mata, air mata bahagia karena saling bermuhasabah, berkaca dan bersyukur kami bersama-sama menuju menjadi wanita yang lebih baik. Kalau sudah dalam kondisi ini, rasanya sang bendera galau positif terus berkibar dan semakin kokoh berada di puncak tiang. Belajar dan terus belajar, maaf ya sahabatku (anak bungsu ummi) atas segala kesalahan, tolong terus memberikan solusi, tak bosan mendengar ceritaku yang terkadang itu lagi-itu lagi, atuh da kumaha deui J

Bersyukur juga hingga saat ini, kami masih diberikan kesempatan untuk bersama. Saling memperbaiki diri untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Ada kalanya persahabatan kami dididik untuk berjauhan, agar saat kami dipertemukan dalam kondisi yang segar kembali, agar menimbulkan rindu yang ujungnya kami sampaikan dalam doa. Bagi saya, persahabatan bukan berarti harus berkomunikasi setiap hari. Namun berusaha selalu ada disaat saling membutuhkan, tak lupa mendokan dan terus mendoakan. Sahabat, saat aku tak ada disisimu gantikan canda dengan doa yah.


Bila persahabatan sudah tak cukup lagi untuk menentramkan hati yang resah, gundah, gelisah, maka jawabannya apalagi selain pernikahan. Sahabatku yang cantik, semoga Alloh selalu menguatkan hatimu, diIstiqamahkan, tidak ada lagi keluhan yang terucap, dimudahkan mencari ilmu, mencari rezeki, baik rezeki berupa materi maupun berupa jodoh terbaik yang selama ini diimpikan dan didambakan, semoga Alloh bukakan dan hatimu juga menerima segala ketentuan-Nya, terus memantaskan diri dan semoga kelak kami bisa dikumpulkan lagi di Syurga Alloh yang kekal, persahabatn kami berlanjut disana yah, Aamiin…….

Friday, October 24, 2014

2 Pentingnya Lingkungan

Istiqamah adalah hal yang bisa dikatakan sulit digapai apabila niat kita belum betul-betul lurus. Ya, keistiqamahan menjadi modal penting bagi seseorang yang telah berhijrah. Godaan syaiton yang tidak ada hentinya untuk mencelakai akhlak manusia dirasa begitu besar, akan tumbuh dan bahkan sulit hilang apabila si objek yang dituju memberikan kesempatan syaiton itu untuk masuk.

Godaan bukan hanya berupa hal-hal besar, hal sepele seperti lingkunganpun bisa menjadi jalan mereka untuk mencederai keimanan seseorang. Terkadang manusia dihadapkan dalam lingkungan yang tidak selalu sama. Ada kalanya seseorang yang telah berhijrah, menghadapi kondisi lingkungan baik yang memang bisa terus mendukung pribadinya untuk terus dan terus menjadi lebih baik. Namun ada kalanya harus berada dalam lingkungan kurang baik yang mengharuskan seseorang itu memegang peranannya.

Lingkungan baik, anak-anak ummi :)
Balik lagi kepada hakikat kehidupan, bisa diibaratkan apabila dalam suatu ruangan gelap, kita bisa menjadi cahaya bagi lingkungan sekitar, dengan cara apa? Dengan cara mempengaruhi lingkungan itu untuk menjadi lebih baik. Memang terasa sulit apabila kita belum memahami karakater masing-masing individunya, namun akan menjadi hal yang mudah setelah kita memahami dan masuklah kepada hati mereka untuk menyampaikan kebaikan, sekecil apapun itu apabila teladan dakwah kita adalah Rosululloh yang mengajarkan kelembutan dan kesantunan dalam menyampaikan, Inshaa Alloh si pendengar akan merasa tersentuh hatinya. Namun bukan berarti dalam lingkungan ini kita bisa mudah mengendalikannya, apabila lingkup minoritas sudah barang tentu pengaruh buruk itu akan muncul. Balik lagi kepada niat dan hati yang bersih.

Terkadang dalam kondisi sulit menghadapi lingkungan yang buruk, saat kita tidak bisa berbaur mempengaruhi, maka kitalah yang akan terpengaruh. Sebisa kita menghindar, pada akhirnya hanya bisa berdiam diri dan menjauh. Hal ini bisa menjadikan kita seperti orang aneh, orang pemurung, pendiam, namun tidak ada pilihan lain daripada kita tergolong kedalam lingkungan yang kurang baik. Kondisi sepereti ini apakah menandakan kita harus meninggalkannya? Bisa dikatakan iya, namun bisa juga kita harus kembali merefresh kondisi dengan mendatangi lingkungan baik yang telah menjadikan kita berhijrah atau berikanlah waktu untuk kita berkumpul dengan orang-orang baik, temui mereka dan ambil energy positif sebagai bekal kembali menghadapi lingkungan buruk, hehe. (Doa saya biasanya: “Ya Alloh, kuatkanlah hamba dalam keterasingan ini.”)

Ummi rindu kalian Nak :)
Dalam lingkungan yang baik, akan mudah bagi kita untuk meningkatkan keimanan. Karena pada dasarnya iman seseorang itu naik turun, maka pintar-pintarlah mengelola kondisi lingkungan yang dihadapi. Di lingkungan baik, bisa diibaratkan kita berada dalam ruangan terang dan kita semakin bercahaya karena diterangi oleh lingkungan. Dalam jiwa seseorang memang ada porsi untuk mempengaruhi, adapula porsi untuk dipengaruhi, semoga kita semua tergolong orang yang bisa mempengaruhi orang lain kearah kebaikan dan bisa mengatasi pengaruh-pengaruh buruk yang menghampiri dan mengubahnya menjadi pengaruh baik.

Kembali lagi pada pedoman hidup kita yaitu Al-Qur’an, yang didalamnya terdapat beberapa doa untuk diistiqamahkan, berikut doanya:

Doa Mohon Ampunan dan Istiqamah
“Ya Tuhanku, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Ali ’Imran [3]: 147)

Doa Agar Tetap Istiqamah
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (rahmat). Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia (untuk menerima pembalasan) pada hari yang tidak ada keraguan padanya. Sesungguhnya Alloh tidak mengingkari janji.” (QS. Ali Imran [3]: 8-9)

Doa Mohon Kesabaran dan Keistiqamahan
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah [2]: 250)

Wednesday, October 22, 2014

0 Memaknai Perjuangan

Berjuang bukan hanya di medan perang, berjuang bukan hanya sekedar pertumpahan darah, perjuangan yang sulit saat kita harus berperang melawan hawa nafsu, berjuang mengendalikan diri dari setiap godaan. Filosofi perjuangan hidup bisa dicontohkan saat kita mendaki. Jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk melakukan pendakian, mengorbankan waktu, tenaga dan biaya untuk dapat merasakan keindahan tersembunyi yang sebetulnya baru kita bayangkan dan bisa kita rasakan saat sudah sampai di tempat yang dituju dan terkadang apa yang dibayangkan tidak selalu sama dengan kenyataan, bisa jadi lebih indah atau bahkan sebaliknya.

Perjuangan menggapai impian
Dalam mempersiapkan perbekalan yang harus disediakan bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan ada orang lain dalam tim juga yang harus diperhatikan. Sama halnya dalam kehidupan, bekal yang kita perlukan dalam menggapai suatu keinginan jangan hanya terfokus pada diri kita, tapi coba untuk melihat orang lain, coba perduli terhadap orang lain. Dalam setiap yang kita miliki, ada hak orang lain yang kadang kita lupakan.

Dalam mengawali pendakian, akan dirasa berat, banyak berhenti dan akan ada tengokan ke belakang yang terkadang mempengaruhi kita untuk balik lagi dan tidak melanjutkan perjalanan. Nah ini juga yang sering terjadi dalam kehidupan, saat kita sedang memperjuangkan sesuatu, di awal begitu banyak  godaan, kita harus berhenti sejenak untuk menghela nafas panjang. Jika kita menggunakan panah, ia harus ditarik ke belakang agar bisa melesat jauh. Jika kita lihat bola bekel (bola bekles) juga harus dilempar kebawah agar bisa melompat lebih tinggi, ini artinya butuh tekanan yang menjadikan kita mundur selangkah demi kemajuan berlangkah-langkah. Apabila fase awal sudah dilewati, maka kedepannya akan lebih mudah Inshaa Alloh.

Saat sudah ditengah perjalanan, kita harus beristirahat yang cukup lama. Jangan memaksakan dan lihat kemampuan kondisi kita, saat kita mampu untuk melanjutkan tanpa butuh istirahat, ingat lagi bahwa kita mendaki dalam sebuah tim, perhatikan kondisi orang lain. Sama seperti kehidupan kita saat sudah merasakan indahnya berjuang, malah terlalu disibukkan dengan hal-hal tersebut sehingga lupa kepada kesehatan, lupa juga kepada orang lain yang mempedulikan kita. Badan kita mempunyai hak untuk beristirahat, orang terdekat juga mempunyai hak untuk mengingatkan kita (misalnya orang tua), jangan egois dan jangan sombong merasa bisa tanpa istirahat cukup, sesungguhnya tergesa-gesa itu tidak baik, bukan berarti berlama-lama juga baik. Tapi kenali kemampuan kita, intinya jangan memaksakan!

Namun saat kita beristirahat terlalu lama juga akan menjadikan malas melanjutkan perjalanan, menjadikan kita lalai. Maka harus diperhatikan bahwa beristirahatlah yang cukup! Apalagi saat sudah mendekati puncak, namun belum pasti puncaknya ada dimana, rasa lelah akan terus melanda. Bisa dikatakan saat kita sedikit lagi menggapai impian yang diperjuangkan, namun belum tahu pasti kapan bisa dicapai dan sejauh mana lagi akan menjadikan kita malas dan merasa lelah. Motivasi dari diri sendiri sangatlah penting, misalnya: “Neng itu puncak, di puncak ada KUA, ayo semangat, kan sebelum KUA ada bale desa dulu, nah bale desanyaa sedikit lagi sampai.” Hehehe (ucapan diri sendiri sebagai penyemangat). Motivasi eksternal juga penting ya sahabat, sebagai pelengkap.

Saat tiba dipuncak, Mashaa Alloh, kita betul-betul merasakan kekuasaan Alloh, Keagungan-Nya yang menjadikan kita jangan sombong, kita bukan apa-apa, kita bukan siapa-siapa. Menyaksikan kebesaran Alloh membuat kita semakin bersyukur. Puncak adalah tempat yang kita tuju, puncak diibaratkan seperti impian yang telah kita perjuangkan. Untuk menggapainya membutuhkan perjuangan berat, membutuhkan penelusuran jalan yang membuat kita menemukan makna dari setiap jalan yang dihadapi, bukan hanya satu melainkan banyak jalan yang bisa mempercepat atau malah memperlama proses pencapaian itu. Apabila kita ketahui sebelumnya dan ketahui teknik penemuan jalan yang baik maka akan memudahkan dalam pencapaian. Adapula jalan yang cepat sampainya namun rintangannya sangat besar, namanya jalan pintas, sama halnya dengan hidup kita yang dikorbankan menghantam banyak cobaan namun mempercepat pencapaian impian, ini mengharuskan kita tidak mudah putus asa dan kuat dalam perjalanannya. Dan ada jalan yang biasa-biasa saja, mudah dihadapi namun membutuhkan waktu yang relatif lama, jadi kita mencapainya tidak membutuhkan perjuangan yang berat, hanya mengikuti alur dan mengadopsi “alon-alon asal kelakon”. Pilihannya ada ditangan kita, tinggal menentukan mau yang mana.

Dalam mencapai impian, bukan berarti hanya berhenti disana dan berdiam diri terus menerus menikmati apa yang dicapai. Kan kita harus pulang lagi ke tempat asal, harus turun lagi. Sudahkah mempersiapkan diri untuk turun? Ataukah masih terlena dengan pencapaian? Penting diperhatikan bahwa saat sudah mendapat apa yang kita ingin, ada saatnya kita mengembalikan pada pemiliknya lalu hanya bisa merasakan sekejap dan  kembali harus menghadapi rintangan hidup yang nyata.Kalau orang hidup sampai disini ya tidak akan naik kelas, hidup monoton. Tapi keuntungannya saat kita turun, akan lebih cepat dan tidak terlalu menguras tenaga, hanya butuh penahan pijakan agar bisa mengontrol laju langkah kita. Jangan terlalu cepat mentang-mentang kita sudah tahu medannya, nanti malah kaki menjadi sakit karena terlalu kuat menahan. Selanjutnya biar sahabat yang menarik kesimpulan ya, hehe terlalu panjang artikel dikhawatirkan membuat mood membaca menjadi turun.

Intinya, setelah kita mendaki suatu tempat, mendakilah ke tempat lain, jangan melulu kesana. Ada tempat lain yang jauh lebih indah, yang jauh lebih membutuhkan perjuangan untuk menggapainya. Jadi, setelah impian terwujud, gapailah impian-impian lain agar membuat hidup kita semakin berkualitas. Selamat berjuang sahabat.

Saturday, October 11, 2014

0 Iya, Pariwisata

Pariwisata, iya pariwisata. Bukan hal yang lazim lagi di zaman sekarang, pariwisata sudah menjadi trend, bukan hanya anak muda, namun semua usia bisa melaksanakannya. Lebih dari 6 tahun saya berkutat dengan pariwisata dan saat sekaranglah saya betul-betul mencintainya, memahami maknanya dan ingin memberikan kontribusi yang besar demi kemajuannya. Lalu, apa sebetulnya pariwisata? Buku-buku pariwisata terbitan luar negeri sering menggunakan kata travel sebagai pengganti kata tourism (pariwisata) atau menyebut industry pariwisata dengan istilah travel industry. Bagi kita di Indonesia yang mempelajari pariwisata dari buku-buku luar negeri, hal tersebut cukup membingungkan, apakah travel dapat disamakan atau dianggap sama dengan istilah tourism? Jengjreeeng... Jadi gimana?
Gambaran wisatawan
Kita melihat bahwa ada hubungan yang erat antara pariwisata (tourism) dengan perjalanan (travel), rekreasi (recreation), waktu senggang (leisure),namun hubungan itu masih awam dalam mempelajari pariwisata sebagai suatu cabang ilmu, hmmm. Jika pariwisata diartikan dengan kata perjalanan (travel), tetapi tidak semua perjalanan dapat disebut dengan perjalanan wisata (tourism). Semua perjalanan wisata termasuk rekreasi, namun tetapi tidak semua rekreasi dapat disebut pariwisata. Semua perjalanan wisata dilakukan pada waktu senggang, tetapi kita juga mengetahui bahwa tidak semua waktu senggang digunakan untuk perjalanan wisata, iya memang ini betul-betul membingungkan, tapi yasudah jangan berlarut-larut difikirkan, nanti malah membuat kita makin kebingungan, hehe.

Sahabat, kita harus membedakan perjalanan yang disebut tourism dengan bentuk perjalanan yang disebut sebagai travel. Bila ada pertanyaan “what is tourism?”, maka jawabannya adalah “tourism is travel for pleasure”. Jika perjalanan itu tidak untuk bersenang-senang (for pleasure), maka tidak dapat disebut perjalanan wisata, sedikitnya pengertian ini dilihat dari sudut pandang ekonomi pariwisat ya sahabat J

Jadi, kalau kita naik ojek ke tempat tujuan yang letaknya 10 menit dari lokasi, itu bisa dikatakan perjalanan wisata dong, karena niatnya untuk bersenang-senang?

Kalau kita ke jalan raya, ke tempat keramaian untuk bersenang-senang dalam arti cuci mata (melihat yang bening dan bisa dilihat, hehe) itu juga dikatakan perjalanan wisata?

Eitt,, kita pelajari dulu ya criteria atau syarat suatu perjalanan disebut perjalanan wisata. Dibawah ini terdapat 4 kriteria:
  1. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain (from one place to another place). Perjalanan dilakukan diluar tempat kediaman dimana orang itu biasanya tinggal .
  2. Perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih (more than 24 hours), kecuali bagi excursionist (kurang dari 24 jam)
  3. Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang (to pleasure) tanpa mencari nafkah di Negara, kota atau daerah tujuan wisata yang dikunjungi
  4. Uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari tempat asalnya, bukan diperoleh karena hasil usaha dalam perjalanan wisata yang dilakukan


Nah sahabat, dari ke-empat criteria tersebut, bisa menjawab pertanyaan diatas yah, jadi masuk kategori perjalanan wisata atau tidak, hehehe. Untuk lebih jelasnya, sahabat bisa membaca banyak referensi mengenai batasan pengertian pariwisata agar tidak salah menerapkannya, salah satu penulis yang banyak menulis buku mengenai pariwisata adalah Drs. H. Oka A. Yoeti, MBA. Bisa dilihat ya koleksi-koleksinya.

Tuesday, October 7, 2014

0 Belajar bisa dari mana saja

Pernahkah kalian para wanita, saat masih kecil bermain barbie? Atau yang lebih murah mainBP-BP’an (Baca: Bepe-bepean, sejenis kertas yang terdiri dari gambar wanita-wanita cantik yang didalmnya terdapat banyak pilihan baju, digunting sesuai selera dan bajunya diselipkan di leher kertas orang-orangan itu. Kalau lehernya copot, biasanya disambung pakai lem, atau bahkan ditembel dengan butiran nasi, hahaha). BP sendiri adalah singkatan dari “bongkar pasang”. Dulu saat saya kecil harganya Rp.200,- kurang tau untuk sekarang masih ada ata tidak. Atau bahkan sekarang ada bepe yang berhijab? Apalagi hijabnya syari, jadi bajunya terdiri dari berbagai gamis, hihihi.
Berbahagialah kalian yang pernah merasakan bepe, karena dari sanalah muncul ide dan kreativitas. Sejak dini sudah belajar untuk mengatur , mengelola dan memantaskan.

Bepe-bepe lucu

Coba pasangkan baju sesuai dengan kegiatan
Nah, bermain itu biasanya membuat rumah-rumahan juga dan otomatis terdiri dari keluarga, ada ayah, ibu, anak, kakek, nenek dll. Masih kecil saja sudah belajar berkeluarga, haha, gimana sudah besarnya ya? Sudah mantap sekali sepertinya.

Ya, pembelajaran sumbernya bisa dari mana saja. Ceritanya di kosan ini sudah beberapa bulan lalu kami berberapa orang memutuskan untuk membentuk keluarga kecil, hehe. Lebay si memang, namun ya untuk lucu-lucuan dan ajang pembelajaran. Saya bertindak sebagai Ummi yang mempunyai 3 anak perempuan, anak-anak saya punya uwa dan bibi(perempuan juga). Entah kenapa padahal usia sebenarnya, saya yang paling muda tapi ya dipercaya menjadi seorang ummi. Hahaha.

Seperti halnya malam ini yang saya alami, anak perempuan pertama saya mau kuliah, mau tidak mau ya saya temenin dia ke kampus dan bawain tas nya, ya layaknya seorang ibu yang mendampingi anaknya yang masih PAUD. Saya si seneng aja, betul-betul memposisikan diri sebagai ibu dan mumpung saya lagi disini, besok-besok kan harus balik lagi ke masa nyata, ke kosan saya yang sebenarya, hikssss. Oya, anak-anak saya kuliah sambil kerja, semua aktivitas mereka dari pagi sampai malam. Kalau saya disini ya bangun, melihat mereka beraktivitas, saya di rumah dan menunggu mereka pulang dengan pekerjaan rumah yang seperti biasa. Betul-betul seperti ibu rumah tangga pada umumnya, sepulangnya mereka, cerita tentang hal-hal yang terjadi di hari itu. Kalau libur ya kita belajar bareng, main bareng, olahraga bareng  dan ya pokonya serba bareng-bareng.

Inilah hal kecil yang menjadi bekal penting kelak bagi saya, hihiii... alay si, tapi yang penting manfaatnya. Ummi bangga sama kalian nak, jadilah wanita yang hebat yah dan pastinya sabarrr J

Sunday, October 5, 2014

0 Ke Tebing Keraton, jangan asal foto

Sebetulnya baru kali ini memposting perjalanan saya, beberapa tahun silam rencananya setiap perjalanan ingin dituliskan di blog, namun ya niatan yang masih setengah-setengah atau bahkan seperempat atau masih 1 ons, entahlah, hehe.

Sejauh mata memandang
Bagi warga Bandung dan sekitarnya, beberapa bulan ke belakang sedang hitz sekali destinasi “Tebing Keraton” yang letaknya tak jauh dari daerah dago. Hal inilah yang mendasari saya untuk ikut serta meng”hitz”kan lokasi ini, tangan saya gatal untuk menulis dan mempublikasikan gambar yang saya ambil, niatannya untuk berbagi informasi ya sahabat.

Gunung Tangkuban Perahu yang terlihat dari jauh
Zaman yang super canggih dengan memfasilitasi media “pamer” yang sudah membanjiri smartphone, maka mengunjungi tempat ini bisa dikatakan wajib. Kenapa? Tebing keraton menawarkan pemandangan luar biasa yang bisa menambah koleksi unggahan gambar di media sosial, hehe. Hamparan hutan hijau dari Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda. Namanya tebing ya lokasinya ada di ketinggian, inilah yang menjadi daya tarik utama.

Ini dia yang menjadi objek foto pengunjung
Sekilas ditemukannya tebing keraton
Dekat pinggiran tebing, terdapat papan yang menceritakan sekilas cerita tentang tebing keraton, yang di cetak dalam kertas putih dengan tinta hitam, semacam papan pengumuman di sekolah, polos namun penuh informasi. Dan saya sendiri merasa terhibur membaca tulisan itu, karena seperti membaca cerpen, hehe. Baiklah saya rangkum dan kembangkan informasi dari tulisan tersebut ya.

Mula-mula, tebing keraton muncul pada awal Mei 2014, tepatnya pukul 24.00 (Tapi tidak ada tanggal pastinya, pokonya dini hari deh). Pada saat itu, Bapak Penemu yang bernama Bapak Asep langsung menulis nama tebing keraton dan menuliskannya di depan rumah dengan dilengkapi penunjuk arah. Dari sinilah pengunjung mulai berdatangan, ya memang media promosi dari mulut ke mulut cukup ampuh dan tanpa menelan biaya besar hehe. Dilatarbelakangi oleh pengunjung yang setiap harinya bertambah, Maka Pak Asep mempunyai inisiatip (Pakai “P”, bukan “F”) untuk membersihkan halaman rumah dan diperlebar sedikit demi sedikit. Kotak uangpun dibuat demi membantu pengelola dalam perawatan serta kebersihan.

Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
Asal mula nama “Tebing Keraton”
Terdiri dari 2 kata yaitu Tebing yang dalam bahasa sunda adalah Gawir. Tebing sendiri adalah jurang, atau sebuah formasi bebatuan yang menjulang secara certikal. Sementara Keraton adalah sebuah kemewahan, ya disini dimaksudkan sebagai kemewahan alam, kemegahan alam, dan keindahan alam yang dapat dinikmati bersama, bukan keraton yang identik dengan gedung mewah atau istana megah. Atuh kenapa namanya bukan “gawir keraton” agar terlihat sunda banget. Hihii... lucu juga ya, tapi kurang menjual dan esensinya kurang kena, apalagi kalau namanya “Tebing Anjarsari”, semakin tidak menjual dan tidak menarik, hahaha.

Sejak dulu tebing ini memang sudah ada, namun namanya adalah “Cadas Jontor” yang artinya cadas yang menonjol kedepan dan mempunyai ketinggian yang berbeda diantara cadas-cadas lainnya. Sahabat tau kan jontor itu apa? Misalnya kita jatuh tersungkur (baca: tikusruk), wajah kita menghadap lantai dan bibir medadak monyong, nah itulah pemahaman jontor pada umumnya.
Oya, sekedar mengingatkan ya kalau sahabat mau berfoto disana harus hati-hati karena disisi kanan kiri dan depan tidak ada pengaman alias batas pagar. Jadi kalau kurang hati-hati ya resikonya jatuh ke bawah (meskipun ada asuransi bukan berarti kita menggadaikan uang asuransi dengan menjatuhkan diri ke bawah, da ngga lucu atuh) mending kalau dibawah ada jaring-jaring penangkap mah gapapa mau jatuh juga kan aman, hihi(emangnya lagi outbond). Saya aja merinding melihat anak-anak muda yang berfoto di atas ujung batu yang kalau kurang hati-hati resikonya terjun melayang kebawah. Ihh serem. Apalagi banyak yang selfie yang kadang kurang memperhatikan kondisi, saking asiknya selfie mundur sedikit tau-tau kepeleset ehh wasalam. Jangan berdesak-desakan juga ya, karena spot utama untuk berfotonya kecil dan hanya dapat menampung beberapa orang, jadi giliran saja, jangan memaksakan. Bagi yang sudah foto, jangan lama-lama juga, beri kesempatan kepada yang lain.

Pepohonan yang berbaris indah
Namanya tebing, maka fasilitas seadanya. Bawa minum ya, gunakan pakaian yang memudahkan kita jalan kaki dan alas kaki yang cocok. Karena beberapa meter dari parkiran menuju lokasi kita diharuskan untuk jalan. Jika lelah melanda, sahabat bisa duduk cantik dan duduk santai di kursi-kursi kayu atau batu yang tersedia.

ahhh indahnya
Lokasi foto yang tak terlalu luas
Mari kita nikmati, jaga dan perhatikan kondisi lingkungan, jadilah pengunjung yang tertib aturan jangan sampai merugikan. Saran saya, datang kesana jangan hanya mengobati rasa penasaran, apalagi hanya untuk berfoto, namun nikmati kesendirian, kesejukan serta kebesaran yang telah Alloh berikan kepada kita, sebagai media untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang diberikan. Suara binatang-binatang hutan yang menenangkan kondisi kita, dapat memberikan sensasi lebih untuk menikmati dan bermeditasi, hehehe.


Pemandangan ke bawah, sungguh tertata
*Note: Bagi sahabat perempuan, bawa kendaraan hati-hati ya, disarankan untuk bawa motor dan pokonya hati-hati deh

Iya da akumah apa atuh, hanya bisa menyaksikan mesranya pasangan ini

Friday, October 3, 2014

0 Obat itu bernama Ikhlas

Sahabat, pernah merasakan sakit hati kan? Iya pasti pernah, jangan sedih ya, harusnya kita bersyukur kalau merasakan sakit hati. Tandanya kita masih punya hati! Coba kalau kita tak punya hati, kekacauan terjadi dimana-mana.

Mau nangis, lepas dulu kacamatanya ya :D
Sakit hati memang lazim dan bukan hal yang aneh bagi kehidupan manusia, saya sendiri contohnya. Sering saya merasakan sakit hati (dulu apalagi di zaman jahiliyah, hehhe), sebetulnya yang buat sakit ya diri kita sendiri. Saat kita sakit hati, rasanya seperti orang yang paling sedih di dunia, rasanya orang lain tak ada yang merasakan hal seperti ini, rasa-rasanya kita….. uhhhh di dramatisir sekali seperti drama korea. Nangis sejadi-jadinya, sampai-sampai bantal basah akibat air mata yang tak diinginkan keluar, namun ya keluar. Mengurung diri dikamar, menyendiri dan ahhh… pokonya bisa kita lihat di sinetron deh kronologisnya seperti itu, persis.

Padahal kalau kita sadari sahabat, sedihnya kita belum ada apa-apanya dibandingkan yang lain. Orang lain saja yang punya banyak kesedihan jauh melebihi apa yang kita rasakan, ga lebay begitu. Harusnya kita bersyukur, ambil hikmah dari setiap kesakitan yang dirasa. Tandanya Alloh sayang, anggap saja itu adalah bentuk perhatian Alloh kepada kita.

Rasa sakit hati itu sebagian besar biasanya diakibatkan oleh pengharapan yang tak sesuai kenyataan. Betul tidak? Hehehe. Kalau salah ya dimaafkan ya, nebak-nebak berdasarkan yang dialami soalnya. Saat kita mempunyai suatu harapan besar, mempunyai angan-angan jauh kedepan namun Alloh belum memberikan jalan, eh ujung-ujungnya sakit, iya sakit hati.

Kalu kita tidak bisa menguasai emosi, iya hasilnya galau berkepanjangan, namun jika diri ini sudah pandai mengendalikan emosi, Inshaa Alloh hal itu tidak akan terjadi. Yang ada, kita akan mudah mengambil segala hikmah dari apa yang telah terjadi. Satu sisi kita berfikir, dengan rasa sakit ini Alloh telah memberikan kesempatan kepada kita untuk introspeksi diri, berkaca diri, apakah apa yang kita harapkan sudah pantas kita dapatkan? Ataukah harus ada usaha yang lebih giat lagi yang ingin Alloh lihat, seberapa serius kita untuk menggapainya?

Baru segini saja kita sudah menyerah, yasudah wasalam deh. Jangan harap mendapatkan kebahagiaan yang besar kalau usahanya tidak mau besar pula. Dengan rasa sakit kita akan ditempa untuk kuat, setelah kuat kita akan naik kelas dan kalu naik kelas ya nanti kan bertemu lagi dengan ujian, ya inilah kehidupan, pilihannya ada ditangan kita. Mau terus mandek atau mau terus naik kelas dengan menghadapi ujian?

Oya, kalau sakit itu harus ada obatnya kan? Lalu apa obat sakit hati? Tidak perlu pergi ke dokter dengan menghabiskan banyak biaya, cukup yang bisa mengobatinya adalah diri sendiri. Pengalaman mengajarkan saya untuk mengobati dengan rasa “ikhlas”. Serahkan semuaNya pada yang Maha Kuasa, kita berusaha sebaik mungkin, menikmati proses demi proses namun Alloh lah yang paling berhak menentukan. Jangan sesekali memaksakan, hehehe, terkadang dibilang “tidak apa-apa memaksakan asal Alloh mengizinkan” ya tetap saja, baiknya memasrahkan tanpa memaksakan, agar hati ini selalu bisa menerima apa yang telah digariskan.

Penerapan ilmu ikhlas memang sulit apabila kita menanamkan mindsetnya sulit. Namun mengingat pentingnya dan memang harus terbiasa diterapkan, itu akan menjadi suatu keharusan bagi kita. Sugestikan aja, “bisa ikhlas, bisa, bisa, ikhlas, ikhlas” lama-lama juga ikhlas deh. Bukan berarti juga jika kita ikhlas, yasudah hanya pasrah begitu saja. Tapi jadikan ikhlas suatu kekuatan besar yang akan membuat kita mampu berusaha mendapatkan yang lebih baik, tentunya disaat yang tepat, hehehehe. Kalau Alloh belum mengabulkan keinginan kita, berarti tandanya kita telah dipersiapkan kenyataan yang lebih baik lagi, bahkan diluar dugaan kita. Husnudzon saja ya, karena Alloh mengikuti prasangka hambaNya. Jadi berharap sama Alloh saja, didukung dengan doa beserta action kita juga. Bisa bisa bisa….i’ll wait for tomorrow


“Bukan ikhlas namanya jika masih merasakan sakit”

0 Oh, ilmu......

Mempelajari suatu ilmu karena Alloh itu cermin ketaatan. Mencarinya adalah jihad. Mengkajinya adalah tasbih. Mengajarkannya adalah sedekah dan membelanjakannya untuk keluarga adalah taqarrub. Ilmu adalah pendamping saat sendirian dan teman karib saat menyepi. (Mu’adz bin Jabal).

Kita kaji satu persatu yu sahabat, tapi berdasarkan pandangan saya ya, jadi “mohon dimaklum” hehehe.
Yang harus diperhatikan dalam mencari ilmu
Mempelajari suatu ilmu karena Alloh itu cermin ketaatan, kalimat ini betul-betul membukakan pemahaman saya. Cermin ketaatan bisa digapai dengan mempelajari suatu ilmu, iya mempelajarinya bukan hanya menjadikan kita pandai, namun menjadikan kita taat. Itu pahalanya besar, ibarat kita mempunyai kesenangan terhadap suatu ilmu ya ini semakin menjadikan kita taat. Sudah mah suka, ditambah taat. Udah deh mantep banget kan. Ditambah lagi kita akan memperoleh jaminan kemenangan, hayu dibuka Al Ahzab 71: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Dan barang siapa menaati Alloh dan RosulNya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.”

Mencarinya adalah jihad. Jihad bukan berarti dan bukan melulu kita harus ikut berperang. Alloh begitu memudahkan hambaNya dalam beribadah. Semakin kita banyak mencari ilmu, semakin banyak pula jihad yang kita laksanakan. Tahu kan pahala berjihad itu besar? Ya semakin banyak pula pundi-pundi pahala yang kita kumpul. Mashaa Alloh.

Mengkajinya adalah tasbih. Dalam pandangan saya, mengkaji itu berarti mencari tahu, memperdalam dan kepo deh terhadap ilmu itu. Bertasbih kan ibadah, bertasbih itu bergerak dalam ketaatan, jika kita terus mengkaji ilmu, jadi ibadah kita semakin banyak. Tuh kan, kurang apalagi coba?

Mengajarkannya adalah sedekah, sedekah itu banyak caranya. Tidak ada kerugian jika kita mengajarkan ilmu yang kita punya. Ilmu yang bermanfaat kan termasuk salah satu pahala yang tidak akan terputus. Dengan kita mengajarkan ilmu, semoga kita sedang berinvestasi untuk akhirat. Ilmu kalau tidak dibagi kepada orang lain, mau diapakan? Apabila kita mengajarkan suatu ilmu, tanpa kita sadari itu adalah proses kita untuk mengingatnya. Kalu kita ingat, semakin terekam dalam otak, semakin mantap juga kan ilmu yang kita miliki.

Membelanjakannya untuk keluarga adalah taqarrub. Taqarrub itu mendekatkan diri kepada Alloh, semoga aktivitas ini bisa terus menjadikan kita dekat dengan Sang Maha. Duh begitu bahagianya orang yang selalu dekat dengan Alloh, kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun.
Dan yang saya rasakan memang betul, ilmu adalah pendamping saat sendirian. Dengan ilmu yang kita miliki, kesendirian akan kita manfaatkan dengan hal-hal berguna sesuai dengan ilmu yang kita punya. Jadi sendirinya kita kan tidak akan sia-sia dan tidak akan dimanfaatkan oleh setan, akan menjadi sendiri yang berkah, hehehe.

Ilmu itu teman karib saat menyepi. Menyepi bukan berarti kita tidak memiliki siapapun, Ada Alloh yang setiap saat bersama kita. Ilmu menemani kita disaat sepi, coba bayangkan kenikmatan menyepi dengan ilmu yang luas akan menghasilkan hal-hal yang besar. Biasanya inspirasi akan datang saat kita menyepi, nah ilmu itu sebagai referensi yang menumbuhkan ide. Ide yang besar didasari atas luasnya ilmu.

Ya Alloh, begitu lamanya hambaMu ini menyia-nyiakan ilmu. Padahal dari ilmu itu ladang pahalanya begitu luas, luas seluas-luasnya. Betapa cepatnya waktu bergulir, mengapa tak digunakan sebaik mungkin, padahal ia adalah kesempatan untuk persiapan menuju perjalanan yang jauh dan kekal. Ampuni kami ya Rabb…….

Duhhh… makin jatuh cinta deh saya sama ilmu, ditambah dengan manfaat yang begitu banyak. Bukan hanya untuk dunia, melainkan untuk bekal akhirat. Ilmu tidak hanya bisa kita jumpai didalam lingkungan sekolah, namun kepekaan kita dalam membaca situasilah akan semakin menambah ilmu. Lingkungan menjadi sumber ilmu yang besar, manfaatkan ya sahabat. Oya, Lelahnya kita mencari ilmu akan Alloh balas, semoga setiap langkah kita dalam mencarinya selalu mendapat keberkahan.

Sahabat, semoga Alloh memudahkan kita dalam menuntut ilmu disebabkan oleh adab yang mulia (tidak akan menjadikan kita sombong). Sebagaimana Alloh dulu memudahkan para ulama kita dalam mempelajari segala macam ilmu sehingga peradaban Islam menjadi peradaban ilmu yang paling maju di dunia. Semoga kita semua bisa meluruskan niat,mensucikan hati dari ria dan dari segala maksiat, tawadhu dan betul-betul mengharap ridho Alloh, agar segala perjalanan kita selalu ditempuh dengan kemudahan dan kelancaran. Amiin.


Mari belajar,,,,, mencari sesuatu apa adanya, akurat dan objektif,ohhhh ILMU.

Thursday, October 2, 2014

0 Iri-lah pada tempatnya

Sahabat, kita sadari secara jelas yah bahwa iblis itu selalu menggoda manusia dengan berbagai cara, salah satunya dengan mempengaruhi manusia agar mempunyai sifat iri. Rasa itu betul-betul bisa membutakan setiap orang yang merasakannya. Bisa merubah suatu keadaan dan bisa merubah semuanya, duh, jangan sampai kita tergolong orang-orang yang demikian. Dampaknya itu besar loh. Jangan sampai juga kita iri terhadap orang yang bersikap professional. Dijelaskan dalam Alquran Surat Al-Isra ayat 84: Katakanlah (Muhammad), “setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.

Duh apalagi kalau irinya gara-gara begini :D
Mashaa Alloh, sudah dijelaskan begitu rinci dalam ayat tersebut. Manusia masing-masing sudah punya keahliannya. Sudah diberikan yang terbaik oleh Sang Pencipta, sesuai porsinya, pokonya takarannya sudah tepat deh. Lalu kenapa harus iri?

Dalam salah satu hadits dijelaskan bahwa: Tidak ada iri hati kecuali dalam 2 perkara (yaitu) orang yang diberikan harta oleh Alloh lalu ia belanjakan untuk tujuan yang benar dan orang yang dikaruniai ilmu dan kebijaksanaan lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya (HR. Bukhari).

Hmmm… Nah kan kalau irinya karena hal diatas ya boleh, dengan catatan sebagai bahan motivasi untuk kita agar bisa berbuat hal baik juga. Namun kalau iri karena hal lain, ya itu hanya akan menjadikan penyakit hati. Penyakit hati yang betul-betul melekat dan menyiksa diri sendiri. Melihat orang lain senang, kita yang repot, ujung-ujungnya jadi benci eh kefikiran dan malah jatuh sakit. Siapa yang rugi? Kita sendiri kan??? Melihat orang lain sukses karena prestasinya, ini malah……………… duh udah ah. Hihiiiiihiii…. Perasaan iri berbahaya karena bisa  melahirkan kebencian, kebencian akan menyebabkan hidup tidak pernah tenang. Kalau hidup tidak tenang, bagaimana mau menikmatinya? Bagaimana mau khusyu dalam beribadah?

Kalau pepatah bilang, "Rumput tetangga tampak lebih hijau", ini erat kaitannya dengan hidup itu penuh dengan perbandingan. Segala sesuatu bisa kita bandingkan, apapun itu. tapi wajar juga ya tanpa membandingkan kita tidak akan tahu sudah dimana posisi pencapaian kita selama ini. Tapi lagi-lagi ingat, bandingkan bukan harus jadi iri yah.

Ini sebagai nasihat diri, semoga bisa dipetik manfaatnya juga ya sahabat. Hindari iri hati, cukup dengan bersyukur akan mengalahkan penyakit itu. Bersyukur dari hal yang kecil, bersyukur kita masih bisa diberikan kesempatan bernafas hingga detik ini, karena hal yang kecil akan menghasilkan hal yang besar. Banyakin syukurnya, fokus terhadap apa yang kita miliki. Alhamdulillah…. Nikmat Alloh luar biasa.

Wednesday, October 1, 2014

0 Do your best!

Dalam menjalani sesuatu, lakukanlah yang terbaik. Rosul saja selalu melakukan yang terbaik dalam setiap peran yang Beliau emban, penuh dedikasi dan totalitas. Apa alasan kita untuk tidak berbuat hal demikian? Terkadang kita berfikir, ah sudahlah yang penting dijalani. Sebetulnya proseslah yang bisa memberikan dampak yang betul-betul besar terhadap apa yang kita lakukan. Ada satu hal yang menghasilkan output yang sama namun dengan proses yang berbeda.

Terapkan prinsip ini
Menikmati proses situ indah loh sahabat, terkadang kita rasakan berat namun jika sudah terbiasa menikmatinya akan menjadi kesenangan tersendiri. Yu kita bahas mengenai kebiasaan. Kebiasaan terbagi 2, yaitu baik dan buruk. Mana yang kita pilih? Jelas pilih yang baik ya. Hehehe

Namun berdasarkan pengalaman, merubah kebiasaan buruk menjadi baik itu butuh proses yang panjang. Segala sesuatu diawal itu memang berat, namun jengjreeeng kalau tahap awal sudah dilalui Inshaa Alloh kedepannya mudah. Kebiasaan itu identik dengan perbuatan yang diulang-ulang dan perbuatan yang diulang-ulang selama beberapa waktu akan memberikan pengaruh yang mantap pada jiwa. Kalau jiwanya sudah mantap, ya enak toh nanti hasilnya


Kebiasaan terbaik akan menjadikan kita ahli dan bermanfaat dalam suatu bidang. Wiihhh betapa senangnya jika kita bisa bermanfaat untuk orang lain. Jadi kesimpulannya adalah biasakanlah diri kita melakukan hal yang terbaik. Simple hehehe….

0 Kesederhanaan

Sederhana itu…….

Tergantung persepsi setiap orang ya, ada yang menilai ini itu segala macam… ya itulah hak berkomentar. Rosul mengajarkan umatnya untuk menjadi sederhana. Ingat loh, sederhana tidak akan menurunkan harga diri kita. Di zaman super modern saat ini memang kebanyakan orang menilai orang lain dari segi penampilan, apa yang dipakai.  Namun hal ini bukan berarti menuntut kita untuk berlaku berlebihan. Alloh tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan.

Daun yang sederhana ini terlihat indah
Keberkahan ada dalam kesederhanaan. Kalau hidup kita sederhana, Inshaa Alloh selalu dinaungi dengan keberkahan yang Alloh berikan. Kalau hidup sudah berkah, kan kita jadi tenang. Ketenangan itu menjauh dari segala kemewahan, bermewah-mewah dalam urusan dunia akan menyiksa diri sendiri. Apalagi kemewahan yang semata-mata mengharapkan penilaian manusia, duh Gusti.
Sahabat, kenikmatan itu hadir bila tidak ada keterpaksaan, nah kalau kita ingin bermewah-mewah karena terpaksa oleh lingkungan, ya sulit mendapatkan kenikmatan. Sementara kalau hidup tidak nikmat, ya apalah artinya. Kebahagiaan mendekati orang-orang yang tampil apa adanya, bukan yang memaksakan diri demi gengsi.

Muslimah jika tampil sederhana itu anggun.

Keanggunan akan dimantapkan jika dilengkapi dengan perilaku yang santun, ya Alloh semoga kami bisa betul-betul menjadi muslimah seutuhnya. Muslimah yang menjadi bidadari terpingit untuk lelaki soleh. Amiin……

0 Cintaku pada impianku

Yah, judulnya mainstream sekali ya.
Cinta lagi cinta lagi hihiii…. Tapi cinta yang kali ini akan saya bahas bukan cinta yang biasa. Yuk simak.



Cinta adalah cinta… Bukti terbaik cinta adalah kesetiaan. Kalau kita cinta terhadap sesuatu, ya konsekwensinya harus setia. Makhluk cinta kepada Sang Pencipta, ya bukti cintanya itu setia dengan  beribadah. Menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Bukti cinta kita pada Rosul diterapkan dengan kita menjalani kehidupan sesuai yang telah diajarkannya, melakukan segala perbuatan yang dilakukannya. Bukti cinta kita pada orang tua ya dengan mematuhi apa yang dikatakannya selama itu sesuai dengan syariat. Lalu?

Saya cinta terhadap impian saya, makanya saya setia pada impian. Impian yang sudah saya lukiskan, yang sedang saya perjuangkan. Impian yang selalu mengharap ridhoNya, mengharap ridho orang tua, karena impian ini bukan semata-mata untuk kelangsungan hidup di dunia, melainkan erat kaitannya dengan akhirat.

Iya saya seorang pemimpi, namun saya berusaha menjadi pemimpi yang profesional. Sahabat tahu kan konsekwensi profesional itu bagaimana? Iya, ya harus dicapai, hehehe. Bukan berarti ambisius juga yah dalam menggapai sesuatu. Biasanya kalau terlalu ambisius akan sulit menerima kenyataan yang tak sesuai dengan harapan.

Harus menerapkan prinsip sabar dalam ikhtiar. Kita berusaha, Alloh yang akan menentukan. Jangan berhenti bermimpi, mimpi akan memotivasi kita. Bermimpilah…….

0 Oktober, aku memulainya

Bismillahirrohmaanirrohiim…

Sekian lama saya tidak menulis di blog ini, rasanya teramat rindu. Iya rindu! Entah kenapa rutinitas ini belum betul-betul bisa saya jalankan, tapi semoga kedepannya bisa menjadi suatu keharusan bagi saya. Niat sudah ada, namun action nya yang masih setengah-setengah. Semoga di awal oktober ini bisa memperkuat niatan saya ya. Menulis memang bukan hobby saya, tapi terkadang apa yang saya pikirkan, apa yang saya lihat, apa yang saya baca ya harus saya tulis agar tetap diingat. Maka dengan harapan sebagai pengingat bagi saya pribadi, berharap juga bisa bermanfaat untuk orang lain yang membacanya.

Data bermanfaat sebagai peninggalan yang baik
Zaman sekarang, pada hakikatnya manusia mati bukan hanya meninggalkan nama, namun juga meninggalkan data. Jika kelak saya tiada, saya bisa meninggalkan data yang bermanfaat dan juga jika saya diberikan kesempatan umur panjang, kelak bisa mempunyai keturunan, berharap anak-anak saya dapat membaca apa yang telah saya tulis, meskipun bukan sebuah buku, hanya kumpulan artikel namun siapa tau bisa membuatnya mengahapus rindu saat saya tiada J

Media ini sebetulnya bisa dikatakan sebagai tempat curahan hati yang telah saya pilah. Karena tempat mencurahkan hati yang paling aman dan nyaman hanyalah Sang Pencipta. Apapun bisa kita sampaikan tanpa Dia lelah mendengarkan, beda halnya dengan manusia yang terkadang punya rasa bosan mendengarkan cerita. Terjaga rahasia kita, apapun yang kita sampaikan bukan hanya didengarkan, namun diberikan solusi serta apa yang diminta ya dikabulkan. Kalau tidak dikabulkan secara langsung, ya di kredit dulu alias dikabulkannya secara bertahap. Kalau tidak dikabulkan apa yang kita minta, ya akan digantikan dengan yang lebih baik dari apa yang kita harap dan duga. Kadang kan manusia jika meminta sesuatu hanya terfokus pada apa yang diinginkan, lupa dengan hal lain yang bahkan jauh lebih baik. Duh kurang apa coba? Alloh luar biasa, Mahabaik. Menceritakan sesuatu setelah kepada yang Kuasa, ya ke orang tua deh. Jangan malu dan ragu, perbaiki kedekatan kita dengan mereka, pengalaman saya mengajarkan harus seperti itu, hehe, agar kita bisa total menceritakan apa yang sedang kita hadapi. Dengan senangnya orang tua akan memberikan jalan keluar, karena merekalah yang mengenal kita sejak dalam kandungan, setelah lahir, dari kecil hingga saat ini, mereka lebih memahami karakter kita, jangan egois dengan mengedepankan ego kita, sulit menerima nasehat dan hanya mengikuti keinginan diri sendiri, duh maaf ya orang tuaku. Tak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya, jadi setiap perkataannya Insha Alloh demi kebaikan anak-anaknya. Sesibuk apapun orang tua, pasti akan mendengarkan apa yang anaknya ingin sampaikan, beda kalau kita cerita sama yang lain yang punya kesibukan masing-masing. Hmmm….

Entahlah sahabat, artikel ini pembahasannya mengenai apa. Ini yang sedang saya fikirkan, saya juga bingung beri judul apa. Semoga manfaat ya, artikel selanjutnya silahkan disimak.

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates