Thursday, November 27, 2014

0 Menanti yang Pantas Ku Perjuangkan

Bismillahirrohmanirrohim…

Dengan izin Alloh, di sudut ruangan aku menuliskan ini untukmu, calon Imamku yang Alloh akan pilihkan untukku…

Alloh akan menyatukan kita di waktu yang tepat
Apa kabarmu hari ini? Masihkah engkau memperjuangkanku? Ataukah kau masih tersibukkan dengan aktivitasmu? Iya aktivitas mencari ilmu sebagai bekal untuk mendidikku dan anak-anak kita kelak. Aktivitas yang Inshaa Alloh selalu diridhoi Alloh sehingga bermanfaat bagimu, bagi orang lain disekitarmu.

Aku tak tahu dimana dirimu berada, yang aku tahu dimanapun itu, aku selalu yakin bahwa Alloh selalu menjagamu. Alhamdulillah, Maha Benar Alloh yang mencintaku begitu dahsyatnya.Aku diberikan kesempatan untuk menjadi lebih dewasa, aku ditempa disini agar menjadi wanita yang kuat dan lebih bijak dalam menyikapi berbagai hal di kehidupan ini, inilah cara Alloh menunjukkan jalan kebenaranNya. Maha Agung Alloh, Sang Penggenggam Jiwa, yang akan memberikan kesempatan bagi hamnaNya, sesuai dengan kehendakNya, jalan ini membawaku pada kesiapan untuk mendampingimu kelak, meskipun dalam perjalanan ini aku  banyak menghadapi berbagai hal, tapi aku rasa diri ini lebih baik. Semua atas hidayah yang Alloh berikan.

Impian untuk mengalahkan syaiton dan dedengkotnya adalah impian kita bersama, yang terkadang menghadapi sebangsa itu ada pengorbanan perasaan yang menyayat, Alloh menguji hatiku, bagian terapuh dalam diriku, namun aku bersyukur dengan datangnya perasaan itu, karena Alloh sebetulnya mengingatkanku agar senantiasa mencintaiNya. Sebenar-benar cinta adalah cinta padaNya, padaMu Ya Rabb… Karena dengan mencintaiMu, tak akan pernah ada rasa kecewa, dengan mengingatMu hati ini akan selalu tenang. Saat ada selainMu dihatiku, itu hanyalah godaan syaiton yang berupaya mencederai hatiku kembali. Hati ini milikMu ya Rabb, Engkau yang berkuasa atas perasaan ini, hak Engkau untuk memberikan ujian tepat dihati ini, namun ujian yang Kau berikan adalah cara agar aku bisa memperbaiki hati ini, sehingga kelak jika aku dipertemukan dengan calon imamku, ia akan merasa bangga memiliki aku.

Hai calon suamiku,

Masihkah kau bersyukur atas amanah yang sedang kau genggam saat ini?
Lagi-lagi aku meyakini bahwa Alloh menyayangimu dan Alloh tengah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh, yang dipersiapkan untukku. Yang kuharapkan darimu adalah kesalihan, yang bisa membimbingku menuju syurga Alloh. Jika pernikahan adalah syurga sebelum syurga, maka kembali pada Alloh adalah tempat paling indah yang sebetulnya kita tuju.

Aku masih haus akan ilmu, namun berbekal ilmu yang aku punya saat ini aku berharap dapat menjadi istri yang mendapat keridhoan Alloh. Aku membutuhkan sosokmu untuk terus menjadi partner taatku, begitupun sebaliknya. Aku ingin menemanimu disaat sekarang kau sedang menghadapi lingkungan yang seperti ini, iya sekarang kau sedang menghadapi lingkungan yang ini, aku ingin menetralisirkan lingkungan itu. Aku ingin keberadaanku disisimu bisa menjadi semangatmu kembali dalam perjuangan hidup ini, bukan tentang hidupmu lagi, melainkan hidup kita. Aku ingin mendampingimu untuk menjadi penggerak perubahan dalam lingkungan hidup kita. Ikhlasku ingin menemanimu dari titik nol, bahkan dari titik minus sekalipun, aku tak mengharapkanmu saat kamu sudah ada dalam posisi plus, kita bangun cinta karena Alloh. Harapku, dengan adanya kehadiranku akan semakin menambah kecintaanmu dan ketaatanmu pada Alloh, semakin cinta pada Rosululloh dan orang tuamu, begitupun sebaliknya. Dan dengan bersatunya kita akan semakin menjaga diri masing-masing.

Aku sadar, saat ini aku masih dalam asuhan ayah ibuku yang tak lain doaku adalah ingin menjadi anak yang solehah agar kelak menjadi tabungan keduanya di akhirat, bisa menjembatani mereka ke Syurga, aku sadar aku belum bisa memberikan segenap hal keduniaan bagi mereka, tapi dengan memilikimu aku ingin itu menjadi hadiah besar bagi mereka. Iya memilikimu yang setelah akad nikah nanti tanggung jawab dari ayahku akan dibebankan kepadamu dan kamu siap menemaniku untuk terus patuh kepada mereka.

Kelak saat aku menjadi istrimu, harapku menjadi pendamping yang solehah agar kelak di syurga bisa menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh, sehingga cinta kita bukan hanya di dunia, melainkan bisa sampai ke syurga, seperti hukum kekekalan energi.

Seperti kau ketahui, aku ini pencemburu berat, namun jika Alloh dan Rosululloh lebih kau cintai, aku akan sangat rela, aku harap begitu juga dirimu. Jika ilmu saat ini lebih kau cintai, aku rela karena itu adalah jalanmu berucap syukur pada Alloh, begitupun aku.

Aku berusaha menerapkan rumus kecocokan, saat aku merasa belum pantas untukmu, sebisa mungkin aku memantaskan diri dan terus untuk memperbaiki diri. Jika rumus kecocokan itu terdiri dari kesamaan, maka engkau menemuiku dalam keadaan yang sama/setara, kau mencintai Alloh begitu pula aku, kau mencintai Rosululloh, begitupun aku. Engkau memuliakan orang tua, aku juga sama. Ibarat dua sungai  yang bertemu dan menjadi sebuah sungai yang besar. Namun jika engkau menemuiku dalam rumus kecocokan keseimbangan, maka kita akan saling melengkapi. Disaat engkau hafal Al-Quran dan aku belum, ini cara Alloh mempertemukan kita dan tugasmu mendidikku agar bisa menghafalnya pula, saat engkau menguasai bidang eksak sementara aku menguasai bidang lain, maka inilah cara Alloh melengkapi ilmu kita agar anak-anak kita mempunyai banyak bidang ilmu. Cara Alloh akan menjadi sangat indah jika kita peka dan mensyukurinya. Rumus keseimbangan ini ibarat air panas yang bertemu dengan air dingin, akan menghasilkan air hangat, indah bukan? Alloh bukan mempertemukan kita pada jodoh yang ideal, melainkan pada yang tepat. Karena jodoh itu cerminan diri kita sendiri?

Calon suamiku,

Apabila hanya sebuah gubuk yang menjadi perahu pernikahan kita, bagiku itu bukan gubuk derita. Apabila sepetak kontrakan yang akan menjadi tempat tinggal kita di awal pernikahan nanti, bagiku itu akan menjadi indah karena disana akan menjadi tempat dakwah kita yang dihiasi cinta kasih, yang didalamnya selalu tersebut nama Alloh. Bukan pesta pernikahan mewah yang aku dambakan, melainkan dua puluh ayat Al-Quran yang telah diajarkan bisa berlanjut dalam markas dakwah kita, yang aku nantikan adalah Bada Shalat jum’at engkau menghadiahkanku surat itu sebagai mahar yang akan terus menjadi pengingatku untuk menjadi ahli syukur. Kita renda bersama impian kita menuju negri akhirat dalam ikatan suci ini, meski tak banyak yang kau miliki saat ini, tapi aku tau kau adalah lelaki yang bertanggung jawab, berbekal ilmu serta ketaatanmu dan bukankah kau mengetahui bahwa Alloh akan melapangkan semuanya jika niat kita betul-betul karena Alloh.

Aku harap semoga engkau segera dimampukan untuk menjemputku, menjemput bidadarimu yang kini tengah menantimu. Kini aku tengah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku . Aku sedang belajar menjadi yang terbaik, meski aku bukan umat terbaik setidaknya aku ingin menjadi yang terbaik disisimu kelak.

Apabila Alloh memberikan kesempatan pada kita untuk melahirkan generasi penerus dakwah, bantu aku bersama mendidiknya dengan harta yang halal dan ilmu yang bermanfaat, terutama menanamkan ketaatan pada Alloh Ta’ala.

Mengenal itu penting, tapi bisa dilakukan seumur hidup. Meski saat ini tak ada komunikasi antara kita, namun kita komunikasikan ini pada Alloh, biar melalui Alloh saja. Sekalipun aku belum betul-betul mengenalimu, tapi Alloh kan berikan kesempatan itu setelah pernikahan kita dimulai, kelak kita telah bersama maka disitulah kau akan memahami diriku, sama halnya denganku yang akan terus belajar memahamimu. Terimakasih atas pelajaran hidup yang diberikan, atas izin Alloh.
Maafkan aku menuliskan ini terlalu panjang, namun inilah sekilas harapanku, aku menantimu, biarlah Alloh yang menjadi saksi atas semua ini, karena Alloh Maha Menyaksikan. Untukmu yang entah sekarang berada dimana, semoga Alloh selalu menetapkan hatimu pada ketaatan, membuatmu selalu tawakal terhadap pilihan yang telah kau pilih. Kuasa Alloh sangat besar, mari kita bersama terus merayu Alloh. Banyak rintangan yang ada berarti Alloh terus menguji keseriusan kita, seberapa besar niat kita. Semoga kita diberikan kesempatan merasakan syurga sebelum syurga dalam kehidupan yang berlimit ini. Aamiin. Jadi, sendiri atau bersama?

Jika harapanku ini tak menjadi kenyataan, jika Alloh memanggilku dalam waktu dekat, izinkan perasaaan ini ku bawa sampai disana, bila kita tak lagi bertemu di dunia, siapa tau di Syurga.

Dari aku yang menantimu, yang menantikan #sakinahBersamamu

0 comments:

Post a Comment

Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates