Monday, January 5, 2015

0 Rumahku Sekolahku

Istilah rumahku syurgaku sudah sering kita dengar ya, kalau rumahku sekolahku? Nah kali ini saya akan berbagi pengalaman mengenai penerapan sekolah di rumah, siapa yang jadi muridnya? Saya. Siapa yang jadi mentornya? Saya. Siapa pembuat kurikulumnya? Saya. Saya sebagai instrumennya, kalau kata gaulmah dari saya, untuk saya dan oleh saya. Saya memutuskan untuk mencoba metode seperti ini awalnya untuk memanfaatkan waktu luang daripada digunakan tidak karuan lebih baik saya gunakan untuk hal yang bermanfaat dan kebetulan saya membutuhkannya juga. Programnya berjalan 2 minggu dimulai tanggal 22 Desember 2014-3 Januari 2014, kalau dilihat dari tahunnya si kegiatan belajar ini berjalan satu tahun, karena kan dari 2014-2015 hehehe (ga lucu).

Situasi belajar asyik di kamar
Baiklah dimulai dengan hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan homeschooling ala Riska Anjarsari ini, sbb:

Pertama, persiapkan bahan ajar , silabus dan rencana kegiatan pokok yang akan dilaksanakn selama pembelajaran. Bahan ajar ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Misal dalam waktu dua minggu sudah menetapkan tujuan utama yang ingin dicapai, nah dari tujuan itulah kita bisa menentukan materi apa saja yang cocok dan mendukung dalam terpenuhinya tujuan. Materinya sendiri bisa didapat dari buku, internet dll. Ceritanya saya buat kurikulum sendiri, ada program harian yang harus ditempuh. Apabila dalam hari itu kita bisa menyelesaikan sebelum jam belajar habis, bisa melanjutkan materi selanjutnya untuk besok.

Kedua, buat jadwal belajar. Jadwal belajar ini saya buat menyesuaikan dengan kegiatan di rumah, agar nantinya tidak menggannguaktivitas lain. Dalam sehari, saya menargetkan 5 jam untuk fokus belajar (biasanya di sekolah adalah 8 jam), saya tidak terlalu memperhatikan kuantitas melainkan lebih kepada kualitas. Karena akan menjadi hal yang sia-sia apabila banyak jam yang saya targetkan namun kualitasnya kurang (karena terlalu lama), nanti cepat bosan dan rasanya ingin cepat untuk istirahat. Ini jadwal yang saya gunakan:
  • 05.00-06.00 : Belajar pagi dimaksudkan agar ilmu yang didapat cepat menyerap ke otak, karena jam-jam ini masih fresh dan masih semangat karena lepas ibadah subuh. Jam ini cocok untuk menghafal
  • 06.00-09.00 : Ini jam-jam dimana saya harus melakukan banyak aktivitas, misal membantu pekerjaan orang tua, mandi, dhuha, banyak hal lain yang bisa dimanfaatkan dalam 3 jam di pagi ini
  • 09.00-11.00 : Setelah rampung menyelesaikan tugas-tugas, maka kembali lagi untuk belajar. Biasanya lebih bahas untuk memahami materi yang sudah dihafal. Lebih dipertajam lagi apa yang sudah didapat di pagi hari tadi
  • 11.00-13.00 : ISHOMA (bahasanya udah kaya lagi kemping ya) Bisa untuk tidur beberapa menit bada dhuhur, lumayan menghilangkan penat
  • 13.00-14.30 : Ini adalah jam genting dimana jam kenyang setelah makan dan ngantuk karena efek cuaca, hehe, tapi tetap ya harus melanjutkan belajar yang biasanya diisi dengan latihan-latihan dari materi yang didapat sebelum dzuhur
  • 14.30-16.00 : ISHOMA, digunakan juga untuk nyapu rumah, dll.
  • 16.00-16.30 : Reiview materi yang sudah dipelajari di hari ini, agar tidak lupa, waktunya hanya setengah jam karena hanya mengulang dan membaca lagi hasil pembelajaran yang didapat
  • 16.30-19.30 : ISHOMA, jam dimana berkumpul dengan keluarga sebelum maghrib
  • 19.30-21.00 : Biasanya saya gunakan untuk berselancar di dunia maya, membaca dan menulis apa yang bisa saya tulis, khususnya ngurus blog ini ni sebagai teman setia saya
  • 21-00-Selesai : Saatnya istirahat…….

Nah, diatas adalah gambaran jadwal belajar saya. Saya sudah terbiasa membuat distribution of time seperti itu karena sudah enam tahun belajar tour planning di sekolah yang mengharuskan membuat perencanaan waktu yang detail dalam setiap aktivitas, jadi terbawa kedalam kehidupan sehari-hari deh. Hal ini bermanfaat sekali untuk saya pribadi karena lebih bisa mengelola waktu dengan baik, jadi jangan sampai ada waktu yang terbuang sedikitpun oleh hal-hal yang tidak bermanfaat, karena sudah punya patokannya, membuat diri saya lebih disiplin (masih berproses semoga istiqomah).

Jadwal belajar yang menempel seperti di kelas
Sebetulnya untuk program belajar di rumah tidak usah saklek seperti jadwal diatas, karena ada saja hal-hal yang tidak terduga misal ada saudara atau teman yang berkunjung di saat jam pelajaran, ada hal yang harus di diskusikan dengan orang tua, saya harus ngasuh anaknya saudara seharian, tiba-tiba hujan besar dan saya harus angkat jemuran keluar rumah, pokoknya setiap hari ada saja hal-hal yang datang di jam belajar. Hal ini tidak menjadi masalah karena prinsip saya bisa mengganti waktunya di jam lain atau di hari lain asal targetnya tercapai. Istilahnya skip class gitu, asal bukan madol alias bolos yah. Hehe.

Ketiga, siapkan perlengkapan belajar mengajar. Saya membuat papan tulis ala kadarnya yang dibuat dari kertas manila di tumpuk menggunakan lakban agar bisa dihapus. Penghapus papan tulisnya saya jahit sendiri dari sisa kain yang tak terpakai (skill yang dimiliki saat sekolah dasar yang pernah diberikan tugas membuat hapusan untuk papan tulis yang masih menggunakan kapur), buku-buku dan yang lainnya disesuaikan dengan kebutuhan ya. Manfaatkan saja barang-barang yang ada, membuat kita jadi kreatif.

Papan tulis sederhana
Asyiknya sekolah di rumah adalah kita bisa belajar kapanpun, dimanapun sebetulnya tidak usah di kamar, di luar rumah juga bisa, kapanpun karena tidak harus pada jam belajar saja melainkan bisa dilakukan pada saat mau tidur, sedang makan dan kapanpun deh fleksibel.

Hal penting yang harus dimiliki adalah komitmen dan tanggung jawab, karena kita sebagai instrumennya maka dalam diri sudah otomatis ter setting untuk berkomitmen menyelesaikan dan menggapai tujuan yang ditetapkan, bagaimanapun caranya, asal ilmunya nyampe.

Berantakan deh belum diberesin
Semoga informasi diatas bisa memberikan manfaat ya dan kelak apabila kita sudah menjadi orang tua, bebaskan anak kita untuk memilih sekolahnya, sekalipun mereka nantinya menginginkan sekolah dirumah jadi kita sebagai orang tua (khususnya ibu) harus siap untuk menjadi guru, maka perlunya pendidikan tinggi bagi kita karena kita akan menjadi pendidik bagi masa depan bangsa. Bukan hanya ilmu yang berhubungan dengan akademik, melainkan ilmu agamapun sangat penting dimiliki, kombinasikan keduanya agar bisa menjadi guru terbaik bagi anak-anak kita kelak, jangan sampai sekolah menjadi belenggu kita, dibuat asyik dan menarik, salah satu manfaatnya belajar di rumah adalah bisa lebih fokus dang lebih mengasah bakat sang anak.


Harapannya suatu saat saya bisa menulis lagi keberhasilan mendidik anak melalui belajar di rumah ya J

0 comments:

Post a Comment

Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates