Alhamdulillah, akhirnya mengawali tulisan di tahun 2016,
meskipun sudah telat tapi tidak ada salahnya artikel ini saya buat untuk
menambah informasi bagi teman-teman semua mengenai kegagalan dalam seleksi LPDP. Tepat
pada tanggal 10 Desember saya menerima email pengumuman ketidaklulusan, yang
sebelumnya tanggal ini saya nantikan hampir satu bulan.
Email dari LPDP |
Berita mengenai email yang sudah dikirim aya dapatkan dari group Whatsapp yang saya
buat dengan sepuluh orang teman yang tergabung pada LGD di UNJ, Ahamdulillah
hingga saat ini masih berkomunikasi dengan mereka. Diantara ke-sepuluh orang
tersebut hanya saya yang tidak lulus. Teman-teman saya semuanya luar biasa,
banyak pelajaran yang bias saya ambil dari para senior. Sudah masuk seleksi
substansi saja saya sudah banyak bersyukur, karena bisa menjadi satu dari
seribuan orang yang lolos pada periode tersebut.
LPDP adalah harapan saya untuk bisa melanjutkan kuliah ke
luar negeri, namun berhubung Universitas yang saya tuju tidak termasuk dalam
daftar, jadi akhirnya saya banting stir ke
jurusan Young Professional MBA ITB. Memang dari awal saya “niat tidak niat”
mendaftar karena IELTS mentok di angka 6 yang mengharuskan saya daftar dalam
negeri namun keinginan kuliah tetap di luar negeri. Sekitar dua bulan saya menyiapkan persyaratan serta mempelajari bidang
ekonomi dan bisnis sebagai bekal wawancara dan untuk menambah wawasan pada
essay yang saya buat. Saya ucapkan terimakasih banyak juga pada rekan baik saya
yang bersedia mengoreksi kata demi kata yang terdapat pada essay, memberikan
banyak masukan untuk semua persyaratan serta memberikan simulasi dan gambaran
untuk seleksi substansi.
Hari demi hari saya persiapkan dengan baik hingga pada awal
November, tepatnya tanggal 9 saya mendapatkan jadwal seleksi selanjutnya. Kesan
pertama bertemu dengan peserta seleksi adalah “WoW bingits”, saya seolah
seperti butiran pasir diantara mutiara. Teman-teman saya hampir semuanya senior
dengan segudang prestasi dan pengalaman, sementara saya hanya fresh graduate dengan minim pengalaman
dan prestasi ditambah dengan Bahasa Inggris yang pas-pasan, juga bukan lulusan dari Universitas Negeri yang mencoba
mengadu nasib dalam LPDP, berbekal semangat membara dan kepercayaan diri
yang ditanamkan dari awal akhirnya bisa membaur dengan mereka. Satu hari saya
habiskan di UNJ dan benar-benar membuka wawasan terhadap negeri.
Pada akhirnya, kebersamaan saya bersama orang-orang hebat
belum bisa dilanjutkan pada tahap berikutnya karena kegagalan seleksi ini.
Namun, pengalaman luar biasa indah ini mengajarkan saya untuk bisa berlapang
dada serta mengukur diri, meskipun respon saya saat membaca email langsung
menangis, namun adik saya ada disamping saya dan memberikan pelukan, lalu
bilang, “Teteh ga boleh nangis, kan tahun depan masih bisa daftar. Waktu teteh
masih banyak, teteh masih banyak kesempatan.” Saya kaget dengan kalimat yang
terucap dari anak laki-laki yang masih duduk di bangku kelas satu SMP itu. Iya, saat itu saya masih 21 tahun, masih banyak waktu untuk terus belajar.
Hari demi hari saya melihat group Whatsapp yang penuh dengan
percakapan teman-teman membahas mengenai PK membuat saya sedikit iri, namun
Alhamdulillah waktu berjalan menjadi obat terbaik dan lapang dada menerima
semua ketentuan Alloh adalah solusi, Alhamdulillah Alloh selalu menguatkan hati
ini. Beberapa hari kemudian saya mendapatkan berita bahwa di 2016, awardee
Program Dalam Negeri sudah tidak bisa pindah ke Luar Negeri dan saya bersyukur
karena jikapun saya diterima di LPDP, rencana saya dari ITB pindah ke
University of Surrey tidak akan berjalan. Memang ini skenario terbaik yang
Alloh berikan, saya diberikan kesempatan untuk menambah banyak pengalaman agar
pola fikir ini bisa lebih dewasa, tidak seperti fresh graduate pada umumnya.
Note: Perkiraan
kegagalan saya ada pada wawancara yang ditanyakan mengenai pengalaman saya yang
masih minim serta jurusan yang saya ambil dari pariwisata ke ekonomi.
Jurusan pariwisata tidak ada dalam daftar pilihan, mau tidak mau harus dilanjutkan di luar negeri karena saya lulusan DIV yang tidak bisa lanjut ke jurusan Kajian Pariwisata UGM, Ekowisata IPB, satu-satunya jalan ada di Kepariwisataan ITB namun akreditasnya masih B karena jurusan baru.
Doakan saya ya teman-teman, agar bisa improve IELTS dan mendaftar pada kesempatan terakhir, semoga Alloh ridho....
0 comments:
Post a Comment
Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)