Hari ini tepat hari jumat yang indah, menulis sebuah artikel
bada subuh di sudut kamar, menyendiri merindukanMu…
Masjid Ali bin Abi Taleb Lakemba |
Alhamdulillah, sudah tiga minggu saya tinggal di daerah
Lakemba yang merupakan kawasan muslim terbesar di NSW. Banyak hal yang didapat,
bukan hanya pelajaran penting bagaimana hidup di Negara minoritas muslim, namun
pelajaran hidup baik segi dunia dan akhirat banyak saya dapatkan dalam waktu
yang singkat ini sehingga pada akhirnya, saya betul-betul bersyukur terlahir
sebagai seorang muslim. Iya, islam menyatukan kami yang tadinya tidak saling
mengenal namun akhirnya saling menyayangi.
Satu minggu pertama saya tinggal bersama keluarga non-Muslim tinggal di suburb
80KM dari Sydney, mereka sangat baik dan begitu menghormati satu sama lain.
Kami banyak berdiskusi mengenai islam dan berbagai bentuk ibadah dalam islam,
termasuk menutup aurat. Ada pertanyaan yang begitu menggelitik, yakni: “Kenapa
kamu harus pakai kerudung? Yang bisa lihat rambut kamu hanya wanita, suamimu
dan keluargamu? Kasian dong laki-laki lain tidak bisa melihat aslinya kamu
seperti apa? Seolah-olah kamu berpura-pura di depan mereka, wah sayang banget!”
Kurang lebih bentuk pertanyaannya seperti itu. Dan apa yang saya jawab?
Silahkan tebak :D
Kembali pada Lakemba, pertama kali saya tiba di daerah ini
membuat hati merasa sedang ada di kampung Arab, banyak laki-laki berjubah putih
dengan janggut panjang dan wanita bergamis hitam, adapula yang memakai cadar.
Saya sendiri malu karena pada saat itu tengah mengenakan baju panjang dan
celana. Banyak pula yang menjual daging halal dan makanan-makanan halal lainnya,
ditambah lagi dengan adanya halal market
yang banyak menjual produk-produk Indonesia seperti ikan asin, sambal, kerupuk,
bumbu masak dan masih banyak lagi, ini semua seolah menjadi surga dunia yang
bisa memanjakan lidah saya karena setiap hari seolah berada di rumah dengan
makan makanan rumah.
Di Lakemba, saya tinggal di sebuah unit share room dengan seorang Ibu berusia 60tahun tanpa suami, namun
masih sangat sehat dan masih bekerja, Sosok Ibu disini membuat rindu terobati
pada Mamah di rumah. Setiap pagi, Ibu bangun untuk melaksanakan sholat malam
dan memutarkan Murrotal hingga jam enam pagi, setelah maghrib, disibukkan
dengan mengaji hingga menjelang waktu Isha, ditambah lagi dengan puasa
senin&kamis yang ia lakoni, Keadaan ini betul-betul seperti di rumah, Bapak
mengajarkan untuk mengaji setelah subuh dan setelah maghrib, lagi-lagi saya
merasa berada di rumah.
Unit yang saya tempati |
Pengalaman pertama saya mengikuti pengajian hari minggu
bersama Ibu-ibu(yang usianya hampir diatas 50 tahun semua) di rumah seorang
yang berasal dari pakistan, setiba dirumahnya, bentuk pengajiannya di kotak-kotakan
berdasarkan bahasa, ada Bahasa Arab, Inggris, Lebanon, Pakistan, Indonesia dll.
Karena saya bersama Ibu, dianjurkan untuk mengikuti pengajian di kamar Bahasa
Indonesia dan berlangsung sekitar 1,5 jam dimulai pada jam 10.30-12.00. Didalamnya
membahas hadits, sejarah islam serta disimpulkan pada six point yang membahas mengenai tauhid. Setelah bubar pengajian,
saya jadi senyum-senyum sendiri, merasa malu dan bergumam dalam hati (padahal
di belakang rumah, setiap hari senin pagi ada pengajian dan keseluruhannya didominasi
oleh ibu seumuran nenek saya, tapi saya belum pernah mengikutinya). Semoga
dengan pengalaman tinggal disini, akan terus bisa membuat saya belajar
memperbaiki diri dan ibadah, baik pada sesama manusia maupun pada Sang Maha
Pencipta. Karena hidup bukan hanya untuk sekarang di dunia, melainkan di
akhirat yang Maha Kekal.
Acara TV nya pun SCTV |
Salah satu jatah makanan yang saya dapat |
Pelajaran penting lainnya yaitu mengenai ukhuwah, cukup
banyak warga Indonesia disini. Setiap libur sabtu dan minggu, selalu ada tamu datang
berkunjung ke rumah Ibu, baik untuk bercerita satu sama lain atau hanya “say hi”, yang datang pun silih
berganti. Dalam sehari bisa ada 5 orang tamu dengan waktu yang berbeda. Salah
satu yang saya sukai yaitu apabila sudah ada yang mengirim makanan khas
Indonesia, ya meskipun hanya dalam box kecil tapi disini selalu berbagi,
misalnya ada seorang Ibu yang sudah merebus ubi dan singkong, mereka mampir
kerumah untuk memberikan box kecil
yang sudah dinamai, saya tentunya dapat jatah hehehe. Ada juga yang memberikan
nasi kotak, nasi kuning dll. Indahnya persaudaraan disini. Indahnya islam
menyatukan kami semua.
Oya, di daerah Lakemba terdapat masjid besar dan ternyata
lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal saya, hanya berjalan sekitar 7menit
berjalan kaki. Pertama saya sholat disana pada waktu maghrib dan bingung dimana
lokasi untuk jamaah wanita, karena hampir semuanya laki-laki dan tadinya saya
mengurungkan niat karena tidak melihat wanita sama sekali. Akhirnya ditunjukan
arah untuk tempat sholat wanita dan Alhamdulillah di lantai dua sudah ada
sekitar sepuluh jamaah. Bacaan sholat yang begitu merdu seolah seperti di
Makkah dan begitu menyejukkan hati, hal ini lagi-lagi membuat takjub takjub
karena masjid tersebut penuh oleh jamaah laki-laki.
Masjid tampak dari sebrang jalan |
Refugees Welcome Here |
Keindahan kehidupan muslim disini membuat saya merasa sangat
betah, namun saya masih harus melanjutkan safar
lagi ke tempat lain. Dan cerita lainnya menunggu saya dengan hikmah yang
berbeda. Semoga dimanapun saya berada nantinya, bisa terus mendekatkan diri pada
Alloh dan selalu ada dalam lindunganNya.
Note: Maaf bagi
teman-teman, saya jarang membuka social media jadi tidak bisa secara intens
berkomunikasi dengan kalian.
Keren...pengen siii kesanaaa...:'(
ReplyDeleteOne day, Inshaa Alloh :D
Delete