Friday, February 12, 2016

2 Ngaji di Lakemba

Hari ini tepat hari jumat yang indah, menulis sebuah artikel bada subuh di sudut kamar, menyendiri merindukanMu…

Masjid Ali bin Abi Taleb Lakemba
Alhamdulillah, sudah tiga minggu saya tinggal di daerah Lakemba yang merupakan kawasan muslim terbesar di NSW. Banyak hal yang didapat, bukan hanya pelajaran penting bagaimana hidup di Negara minoritas muslim, namun pelajaran hidup baik segi dunia dan akhirat banyak saya dapatkan dalam waktu yang singkat ini sehingga pada akhirnya, saya betul-betul bersyukur terlahir sebagai seorang muslim. Iya, islam menyatukan kami yang tadinya tidak saling mengenal namun akhirnya saling menyayangi.

Satu minggu pertama saya tinggal bersama keluarga non-Muslim tinggal di suburb 80KM dari Sydney, mereka sangat baik dan begitu menghormati satu sama lain. Kami banyak berdiskusi mengenai islam dan berbagai bentuk ibadah dalam islam, termasuk menutup aurat. Ada pertanyaan yang begitu menggelitik, yakni: “Kenapa kamu harus pakai kerudung? Yang bisa lihat rambut kamu hanya wanita, suamimu dan keluargamu? Kasian dong laki-laki lain tidak bisa melihat aslinya kamu seperti apa? Seolah-olah kamu berpura-pura di depan mereka, wah sayang banget!” Kurang lebih bentuk pertanyaannya seperti itu. Dan apa yang saya jawab? Silahkan tebak :D

Kembali pada Lakemba, pertama kali saya tiba di daerah ini membuat hati merasa sedang ada di kampung Arab, banyak laki-laki berjubah putih dengan janggut panjang dan wanita bergamis hitam, adapula yang memakai cadar. Saya sendiri malu karena pada saat itu tengah mengenakan baju panjang dan celana. Banyak pula yang menjual daging halal dan makanan-makanan halal lainnya, ditambah lagi dengan adanya halal market yang banyak menjual produk-produk Indonesia seperti ikan asin, sambal, kerupuk, bumbu masak dan masih banyak lagi, ini semua seolah menjadi surga dunia yang bisa memanjakan lidah saya karena setiap hari seolah berada di rumah dengan makan makanan rumah.

Di Lakemba, saya tinggal di sebuah unit share room dengan seorang Ibu berusia 60tahun tanpa suami, namun masih sangat sehat dan masih bekerja, Sosok Ibu disini membuat rindu terobati pada Mamah di rumah. Setiap pagi, Ibu bangun untuk melaksanakan sholat malam dan memutarkan Murrotal hingga jam enam pagi, setelah maghrib, disibukkan dengan mengaji hingga menjelang waktu Isha, ditambah lagi dengan puasa senin&kamis yang ia lakoni, Keadaan ini betul-betul seperti di rumah, Bapak mengajarkan untuk mengaji setelah subuh dan setelah maghrib, lagi-lagi saya merasa berada di rumah.

Unit yang saya tempati
Pengalaman pertama saya mengikuti pengajian hari minggu bersama Ibu-ibu(yang usianya hampir diatas 50 tahun semua) di rumah seorang yang berasal dari pakistan, setiba dirumahnya, bentuk pengajiannya di kotak-kotakan berdasarkan bahasa, ada Bahasa Arab, Inggris, Lebanon, Pakistan, Indonesia dll. Karena saya bersama Ibu, dianjurkan untuk mengikuti pengajian di kamar Bahasa Indonesia dan berlangsung sekitar 1,5 jam dimulai pada jam 10.30-12.00. Didalamnya membahas hadits, sejarah islam serta disimpulkan pada six point yang membahas mengenai tauhid. Setelah bubar pengajian, saya jadi senyum-senyum sendiri, merasa malu dan bergumam dalam hati (padahal di belakang rumah, setiap hari senin pagi ada pengajian dan keseluruhannya didominasi oleh ibu seumuran nenek saya, tapi saya belum pernah mengikutinya). Semoga dengan pengalaman tinggal disini, akan terus bisa membuat saya belajar memperbaiki diri dan ibadah, baik pada sesama manusia maupun pada Sang Maha Pencipta. Karena hidup bukan hanya untuk sekarang di dunia, melainkan di akhirat yang Maha Kekal.

Acara TV nya pun SCTV
Salah satu jatah makanan yang saya dapat
Pelajaran penting lainnya yaitu mengenai ukhuwah, cukup banyak warga Indonesia disini. Setiap libur sabtu dan minggu, selalu ada tamu datang berkunjung ke rumah Ibu, baik untuk bercerita satu sama lain atau hanya “say hi”, yang datang pun silih berganti. Dalam sehari bisa ada 5 orang tamu dengan waktu yang berbeda. Salah satu yang saya sukai yaitu apabila sudah ada yang mengirim makanan khas Indonesia, ya meskipun hanya dalam box kecil tapi disini selalu berbagi, misalnya ada seorang Ibu yang sudah merebus ubi dan singkong, mereka mampir kerumah untuk memberikan box kecil yang sudah dinamai, saya tentunya dapat jatah hehehe. Ada juga yang memberikan nasi kotak, nasi kuning dll. Indahnya persaudaraan disini. Indahnya islam menyatukan kami semua.

Oya, di daerah Lakemba terdapat masjid besar dan ternyata lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal saya, hanya berjalan sekitar 7menit berjalan kaki. Pertama saya sholat disana pada waktu maghrib dan bingung dimana lokasi untuk jamaah wanita, karena hampir semuanya laki-laki dan tadinya saya mengurungkan niat karena tidak melihat wanita sama sekali. Akhirnya ditunjukan arah untuk tempat sholat wanita dan Alhamdulillah di lantai dua sudah ada sekitar sepuluh jamaah. Bacaan sholat yang begitu merdu seolah seperti di Makkah dan begitu menyejukkan hati, hal ini lagi-lagi membuat takjub takjub karena masjid tersebut penuh oleh jamaah laki-laki.

Masjid tampak dari sebrang jalan
Refugees Welcome Here
Keindahan kehidupan muslim disini membuat saya merasa sangat betah, namun saya masih harus melanjutkan safar lagi ke tempat lain. Dan cerita lainnya menunggu saya dengan hikmah yang berbeda. Semoga dimanapun saya berada nantinya, bisa terus mendekatkan diri pada Alloh dan selalu ada dalam lindunganNya.

Note: Maaf bagi teman-teman, saya jarang membuka social media jadi tidak bisa secara intens berkomunikasi dengan kalian.

2 comments:

Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates