Bismillahirrohmaanirrohiim…
Lima bulan sudah terhitung dari postingan terakhir di blog.
Kemana saja saya selama ini? Apa yang telah diperbuat? Berapa banyak manfaat
yang sudah dilakukan? Pelajaran apa yang didapat? Berapa banyak kesalahan yang
sudah terjadi? Jawaban atas pertanyaan diatas akan dibuat dalam sebuah cerita
yang kedepannya akan menjadi catatan pengingat bagi diri ini yang sering lupa.
Cerita ini diawali dengan dua social media yang saya gunakan dalam mengisi waktu luang. Isinya menggambarkan kebahagiaan dan kesuksesan orang lain serta opini-opini mereka dalam menanggapi suatu hal. Disini saya menyimpulkan bahwa, kemungkinan orang diluar sana menilai hidup saya sekarang sukses, bisa tinggal di luar negeri dengan waktu yang cukup lama, bisa merasakan kehidupan sebagai seorang muslim ditengah non-muslim, dan lain-lain. Begitupun saya, melihat kehidupan teman-teman yang lain seolah ringan dan penuh kenikmatan. Padahal mereka tidak tahu apa yang sudah mewarnai hidup saya disini, hehehe. Lagi-lagi, itulah hidup, itulah manusia!
Disini saya akan memberikan gambaran mengenai beberapa
cerita yang sudah terjadi di bulan Agustus&September. Saya kehilangan uang
sekitar $1.600 karena ketidaktelitian memilih tempat kerja. Uang yang
seharusnya saya dapat hasil kerja keras selama 13 hari entah kemana, employer saya tidak memberikan hak itu,
ia malah kabur, memblokir nomor telepon saya dan sekarang entah dimana. Awalnya
saya sangat kecewa dan terus menangis setiap ingat hal ini, mengadu pada Alloh,
“Mengapa ini semua terjadi disaat saya membutuhkannya?” Sebagai warga asing
disini, hal yang sudah saya lakukan adalah melapor pada imigrasi namun mereka
tidak memberikan respon yang baik, lalu saya melapor dua kali pada Polisi
dengan kantor yang berbeda, tapi keduanya tidak menanggapi masalah ini. Mereka mengatakan
bahwa persoalan ini bukan wewenangnya, saya disarankan menghubungi dua kantor
lain yang berbeda. Kesalahan saya disini memang tidak mengetahui jelas
perusahaan tempat saya bekerja dan tidak ada kontrak yang ditandatangani,
karena ini pekerjaan casual, jadi mau
tidak mau saya harus akhiri kasus ini dengan keikhlasan. Dalam benak saya, kehilangan
uang 16juta (yang sebetulnya bisa digunakan sebagai biaya hidup selama satu
bulan, atau bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat) sungguh
menyesakkan dada. Dikala diam, saya terus menangis, mengapa tidak? Saya sakit
hati karena hasil keringat saya yang dilakukan dengan menempuh perjalanan pagi
hingga matahari terbenam sia-sia begitu saja, tenaga dan waktu yang sudah saya
keluarkan tidak memberikan hasil. Lelah yang dirasa saat harus berlari mengejar
kereta tidak dihargai. Tapi apa yang bisa saya lakukan sekarang? Mengikhlaskan.
Iya, sudah berkali-kali saya mebahas ilmu ikhlas didalam blog ini, kenapa?
Karena saya sering kehilangan. Padahal, apa sih
makna kehilangan itu sendiri? Saya mengoreksi diri dan hati ini, sebetulnya
apa pantas saya bilang ini kehilangan? Tidak, tidak sama sekali! Apa yang
hilang padahal itu bukan milik kita, semua milik Alloh! Uang sekecil itu dimata
Alloh bukan apa-apa, Alloh sang pemilik bumi dan alam raya ini. Semua milik
Alloh. Hei Riska, sadar!!! Alloh memberikan pelajaran ini untuk terus melatih
ilmu ikhlas. Belum tentu saya bisa bersedekah sebanyak ini, anggaplah sebagai
sedekah yang harus dibayar, anggap waktu dan tenaga yang berlalu sebagai nilai
ibadah, jadikan syukur yang harus dibayar atas nikmat lain yang telah Alloh
berikan. Saya juga terus melatih ilmu berbaik sangka pada Alloh, bisa jadi Alloh hanya mengambil sebagian dari uang
saya, padahal seharusnya ada kecelakaan yang harus saya alami. Bisa jadi ada
penyakit yang harus saya derita, tapi karena kasih sayang Alloh, Ia hanya
mengambil nominal uang. Semua sudah terencana dengan baik, saya bersyukur masih
diberikan kesehatan, kenikmatan hidup, juga kenikmatan beribadah, itu yang
seharusnya diperhatikan.
Dua minggu lalu, saya kehilangan helmet yang biasanya
disimpan dan dikunci bersamaan dengan sepeda di stasiun. Harganya memang tak
seberapa, tapi saya tidak bisa menggunakan sepeda tanpa helmet, dikarenakan untuk
mematuhi aturan. Saya fikir, mungkin ada orang yang lebih membutuhkannya, jadi
mau-tidak mau ia harus mengambilnya dengan cara menggunting. Dan ternyata? Hari
minggu kemarin, lengkap sudah sepeda saya juga hilang, hehehe. Saya biasa
meninggalkan sepeda di stasiun setiap sore pulang kerja dan “menginapkannya”
dan besok pagi saya gunakan untuk berangkat ke tempat kerja. Sesaat ditangga
stasiun, biasanya sepeda saya terparkir dan terkunci, tiba-tiba hanya
menyisakan rantai kunci yang terputus. Apa respon saya pada saat itu? Hanya
senyum dan tertawa kecil. Saya berfikir mungkin semalam ada orang pulang mabuk
dan butuh kendaraan untuk ke rumah, makanya ia merusak rantai kunci dan membawa
sepedanya pulang. Akhirnya, kembali jalan kaki menempuh 4,5KM pulang pergi dari
rumah ke tempat kerja, hehehe. Karena sebelumnya sudah banyak dilatih untuk
ikhlas, maka kedepannya semoga tetap dikuatkan menghadapi segala kemungkinan
yang akan terjadi.
Bagi saya, kehilangan itu bagian dari kenikmatan, kenikmatan
bagi hati yang menikmati dan mengikhlaskan. Lagipula, kehilangan itu merupakan
sebuah proses mendapatkan dan menemukan. Saya meyakini Alloh tidak pernah
tidur, akan ada banyak hal yang saya dapatkan dan temukan yang lebih besar
nilainya. Jauh lebih baik kita kehilangan apa yang dimiliki daripada kita
kehilangan keimanan kepada Alloh, juga kehilangan kasih sayang dan ridho-Nya.
Hilang + Ikhlas = Kembali |
Salam,
Sydney, 15 November 2016.
(Menulis dengan diiringi flu berat)