Sunday, April 3, 2016

0 Nikmat Mana Lagi?

Pagi ini diselimuti dengan awan yang pekat, tak sedikitpun matahari terlihat memancarkan cahaya seperti biasanya, ditambah dengan udara dingin seperti di Puncak, iya ini di Melbourne, yang kata orang cuacanya cukup ekstrim. Mengapa dibilang demikian? Karena bisa berubah secepat kilat, juga bisa berganti dari panas mendadak menjadi amat sangat dingin. Minggu lalu, tepat jam 18.30 saya tiba di Southern Cross Station dengan membawa perabotan banyak layaknya orang pindahan. Ya memang ini pindahan dari kampung ke kota. Perjalanan yang cukup menyita waktu yang dimulai dari jam 9 pagi diakhiri di sore hari dengn dua moda transportasi. Betul-betul saya merasa jadi orang udik (baca: kampung) memang tak bisa dipungkiri, saya orang dari kampung beneran. Hahaha. Setibanya di stasiun, saya melihat orang-orang di sekitar dengan style ala kota, berlalu-lalang mengenakan coat dan boots, namun konteksnya disini bukan untuk gaya-gayaan, tapi kenyataannya memang udara amat saat dingin. Percaya atau tidak, saya hanya mengenakan sandal jepit adidas KW yang dibawa dari Indonesia dengan harga Rp7.500,- lengkap dengan kaos kaki warna kulit dan kaos panjang serta celana kolor longgar. Awalnya memang rada minder, ini sudah sampai di kota yah? Cari platform ke tempat tujuan saja rasanya bingung, karena sedikit berbeda dengan train yang ada di Sydney, yang membuat semakin bingung karena tidak mempunyai paket internet dan tidak mempersiapkan informasi yang matang sebelum berangkat, jadi jurus yang bisa digunakan adalah bertanya pada setiap orang yang kelihatannya bersedia untuk diberi petanyaan.

Wear Local, Think Global, sendal jepit Rp.7.500
Percaya tidak? Tiba di Melbourne saya belum mendapatkan akomodasi dan hari sudah mulai gelap, beruntung ada teman kursus di Faster English, Pare yang sudah setahun disini. Menjemput di stasiun dan juga membantu mencarikan informasi mengenai akomodasi. Alhamdulillah, ada rumah yang bisa digunakan untuk satu minggu kedepan, tepat jam 23.00 masuk ke rumah tanpa tahu harga per week nya berapa dan siapa pemiliknya, wkwkwkw. Satu malam berlalu, siangnya saya mulai pergi mencari sepatu diskon, agar kemana-mana tidak lagi menggunakan sandal jepit, karena udara yang amat sangat dingin. Kaget? Iya, Minggu malam mencapai 7o dan luar biasa. Padahal ini masih musim autumn, sudah terbayang apalagi masuk winter.

Setelah 2hari tinggal di rumah ini, saya baru tahu siapa pemiliknya dan berapa yang harus dibayar, tak disangka yang punya rumah ini berasal dari tetangga kota dimana saya berasal, yaitu Cirebon. Alhamdulillah, Alloh memudahkan setiap langkah ini, bersyukur bisa berkumpul kembali dengan orang-orang Indonesia jadi bisa merasakan kembali lezatnya masakan nusantara. Lagi-lagi sangat bersyukur karena banyak sekali orang-orang baik di sekelililng saya dan salah satu hal yang juga membuat rindu saya terobati adalah bertemunya dengan pohon cabai. Iya, cabai dan pedas adalah hal yang saya rindukan keberadaannya. Sulit mencari cabai segar disini, sekalinya ada itupun harganya mahal. Ternyata dibelakang rumah terdapat tiga pohon cabai yang sangat menggoda, alhasil otak ini berputar pesat membayangkan masakan apa yang sekiranya enak untuk dimakan dengan kombinasi super pedas. Padahal Bapak mewanti-wanti agar saya bisa menghindari pedas, tapi apadaya godaannya begitu menggiurkan, hehehe. Akhirnya pilihan jatuh pada ayam cabai merah yang dimasak 1kg untuk beberapa hari kedepan.

Tinggal petik sesuka hati, sebanyak apapun
Panen hari pertama
Sekila Ayam
Ini hasilnya, selamat makan
Nikmat mana lagi yang kau dustakan saat bisa makan tempe? Lalapan dan sambal uleg buatan sendiri? Bagi saya dulu saat menyandang status pelajar di Jakarta, makan tempe adalah kegiatan sehari-hari disaat sebagian uang harus dialokasikan untuk hal lain, namun disini makan tempe adalah keistimewaan tersendiri karena tidak mudah didapat dan harganya lebih mahal dari daging L Masakan favourite saya adalah gejrug tempe. Namanya juga orang sunda, tempe ditumbuk dengan cabai dan bawang lalu diberi garam saja sudah mewakili cita rasa yang cetar membahana, ditambah dengan lalapan dan sambelnya. Gara-gara cabai, setip hari selama seminggu saya makan pedas dan perut mulai tidak stabil.

Di Aussie nemu cobek, jadinya terong dicabein :D
Dari hal kecil seperti cabai saja sudah membuat saya banyak bersyukur pada Alloh, banyak sekali nikmat-nikmat yang diberikan yang kadang tanpa kita sadari. Biasanya, kita hanya terfokus pada nikmat besar yang terdapat dalam hasil, misalnya mendapatkan uang yang banyak, mendapatkan hal yang kita ingin, dll, namun lebih dari itu, banyak kenikmatan-kenikmatan kecil yang seolah luput dari kesadaran kita. Padahal, perintilan nikmat itu malah yang menumpuk menjadi banyak dan akhirnya mendorong  pada hasil yang didapat.

Ya Rabb...
Terimakasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan,
Nikmat iman, nikmat Islam,
Nikmat kesehatan, Nikmat keselamatan,
Nikmat keluarga yang utuh, orang tua yang begitu menyayangi
Nikmat orang-orang sekitar yang telah Engkau pilihkan,
Nikmat berupa sahabat-sahabat yang baik,
Nikmat rezeki yang berlimpah,
Nikmat pengetahuan yang luas,
Nikmat kehidupan ini,
Jadikanlah kami orang yang selalu bersyukur, terhindar dari kufur nikmat dan berkahilah hidup kami,
Jangan sampai semua yang telah Engkau berikan melalaikan kami, jadikanlah semuanya sebagai jalan untuk mempermudah kami dalam beribadah…
Dan, kembalikanlah kami kehadapanMu dalam keadaan khusnul khotimah

Aamiin…..

0 comments:

Post a Comment

Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates