Minat setiap orang tentunya berbeda;beda, termasuk dalam hal
mencari tempat tinggal. Bagi saya pribadi, hidup di kota bsar adalah salah satu
hal yang membosankan karena kehidupannya terlalu memudahkan kita mendapatkan
apa yang diinginkan, tantangannya kurang terasa dan terkadang gemerlapnya hidup
di kota besar bisa melenakan kita, termasuk tinggal di Sydney yang bisa
dikatakan kota serba ada. Meninggalkan kota adalah salah satu pilihan tepat
bagi saya untuk mendapatkan pengalaman baru, tepat pada hari sabtu, tanggal 13
Februari saya menuju kota Griffith NSW, kota kecil yang berada di tengah Sydney
dan Melbourne dan penuh dengan ladang pertanian dan juga salah satu kota
terbesar penghasil anggur untuk diproduksi menjadi wine. Perjalanan yang ditempuh kurang lebih 8,5 jam dari central station, Sydney dengan menggunakan kereta. Saya berangkat dari rumah bada
subuh, mengejar kereta sebelum jam 6 pagi, dengan perbekalan makan yang cukup
untuk di perjalanan juga dengan segambreng barang-barang yang dibawa(termasuk rice cooker, selimut dan barang
pertempuran lainnya) betul-betul membuat saya berkeringat di pagi hari buta.
Bayangkan saja, saya membawa satu koper, ransel dan dua jinjingan tangan besar.
Pemandangan yang diambil dari kereta |
Wajah kelelahan membawa banyak barang hehe |
Banyak bangku kosong |
Setibanya di Griffith, yang saya rasakan adalah temperature
yang ekstrim. Hal ini membuat saya sedikit ragu apakah akan betah tinggal
disini atau tidak, karena jam 3 sore, panasnya sedang di angka 390C.
WOW……..dan ternyata ini belum seberapa, ada juga masanya mencapai 440C.
Hahaha. Kesan selanjutnya yang didapat adalah tidak terlihatnya orang yang
mengenakan kerudung dan betuk-betul seperti kota mati, di pusat kotanya saja
jalanan begitu sepi. Inilah yang saya cari, ketenangan menikmati hidup dan
terhindar dari kebisiningan. Akomodasi yang saya dapat disini berupa Guest
House yang ada di pinggiran kota, lumayan lah jaraknya tidak terlalu jauh untuk
membeli persediaan makanan.
Bagaimana mencari makanan halal?
Berbanding terbalik dengan tinggal di Lakemba yang sangat
mudah mendapatkan bahan makanan halal dan masakan Indonesia yang sudah jadi.
Disini saya tidak menemukan butcher
halal yang lengkap. Pertama tiba di Griffith, saya membeli kebab dengan harga
$10 yang merupakan salah satu makanan halal, berhubung saya tidak terlalu suka kebab,
jadi ya dipaksa saja makan, asal perut terisi. Dan pada saat pusat
perbelanjaanpun, daging halal amat susah dicari, hanya ada satu brand dari produknya Baiada
Poultry(Pabrik ayam), yang sangat membantu saya memenuhi protein untuk hidup
disini, produknya adalah Steaggles Chicken. Memang produknya sangat terbatas
apabila kita temukan di tempat belanja, namun mereka menyediakan outlet sendiri
yang lokasinya berdekatan dengan Baiada itu sendiri. Disinilah keimanan kita
diuji untuk teliti memilih makanan dan juga menahan diri agar tidak sembarangan
membeli makanan. Saya selalu ingat pesan Bapak agar terus masak sendiri, tidak
membeli makanan diluar yang belum dijalamin kehalalannya. Bapak selalu
mengingatkan, apa yang kita makan akan mengalir di tubuh ini, merpengaruh pada
fikiran dan akyivitas kita kedepannya. Maka saya harus survive dengan tidak adanya Bakso, mie ayam dll. Hahahaha. Oya saya
juga tinggal di Guest House yang mengaharuskan kita share kitchen dan toilet,
tentunya perabotan masak harus saya beli sendiri karena saya menemukan banyak
yang memasak pork, jadi saya
menghindari menggunakan panic yang ada disana, sekalipun harus membayar $1
untuk menyalakan kompor per 30 menit masak.
Apa yang dilakukan di Griffith?
Saya disini bekerja sebagai nursery, kerja di alam terbuka
yang setiap harinya bisa menyaksikan matahari terbit dan sejuknya udara,
ditambah dengan suara yang diciptakan alam membuat rasa lelah bekerja terkadang
hilang dengan sendirinya. Betul-betul nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
Setiap bekerja, seolah saya sedang berada di sekolah alam. Hampir setiap hari
saya berimajinasi mengenai sekolah alam impian saya seperti ini, mempunyai
hamparan tanah yang luas dan membebaskan binatang wara-wiri di sekeliling saya. Artikel selanjutnya Inshaa Alloh akan
saya buat khusus untuk membahas pekerjaan ini, ditunggu saja ya.
Apa transportasi umumnya?
Disini saya belum pernah melihat bis kecuali bis sekolah dan
bis untuk perjalanan jauh, transportasi umum yang bisa ditemukan hanya taxi.
Saya pribadi, jarang keluar rumah karena aktivitas sehari-hari yaitu bekerja
dan di sela-sela liburan, digunakan untuk belanja kebutuhan makanan dengan
berjalan kaki. Lagi-lagi disini adalah kota kecil yang sunyi sepi, jadi wajar
kondisinya seperti ini. Kebanyakan orang mempunyai mobil pribadi yang harganya
memang terjangkau, banyak mobil dengan harga $1000, kalo kasarnya mah seminggu
kerja juga udah bisa kebeli mobil. Namun perlu diperhatikan bahwa terkadang
harga mobilnya memang terjangkau, namun untuk pembayaran registrasinya yang
mahal.
Bagaimana kehidupan muslim disana?
Saya sama sekali tidak menemukan orang Indonesia lagi di
tempat kerja, sebagian besar dari mereka adalah backpackers dari Eropa yang mengejar second year visa, entahlah pada kemana ya orang Indonesia-nya, tapi
Alhamdulillah banyak orang Malaysia disini. Sebagai sesama orang melayu dan sesama
muslim, kita saling mendukung dan membantu. Ada dua orang perempuan muslim dari
Malaysia yang menjadi teman saya disini. Minggu lalu, mereka mengundang untuk
acara Barbeque dengan memotong 2 kambing, ayam dan udang. Oya, harga kambing
disini sangat murah, hanya $50/ekor. Lagi-lagi yang saya dapatkan adalah,
indahnya menjadi seorang muslim yang bisa terus berbagi dan bersatu, sekalipun
sangat minoritas dan masjid hanya tersedia untuk laki-laki, tetap saja saya masih
bisa melaksanakan ibadah dengan tenang. Alhamdulillah. Jadwal sholat disini
cukup berbeda dengan tempat tinggal sebelumnya. Subuh dimulai sekitar 5.30am,
Dzuhur sekitar 1.30pm, Ashar 5pm, Maghrib 8.pm dan Insha 9.30pm yang tentunya
setiap hari berubah hehehe. Alhamdulillah tetangga saya meskipun banyak non-musli tapi mereka begitu menghargai dan baik, sudah beberapa kali diberi jeruk satu kresek karena pekerjaan mereka sebagai pemetik jeruk, ada juga yang memberikan microwave karena Bapak tersebut bekerja di furnish, hal ini memudahkan saya agar tidak bulak-balik ke dapur. Apa alasan yang mendasari mereka baik kepada saya? Apa karena melihat wajah saya yang patut dikasihani? Hehehe...Oh tidak, Tapi Alloh yang telah menghadirkan mereka disekitar saya. Alhamdulillah.
Selfie deh sama microwavenya |
Temperature yang cukup ekstrim
Setiap harinya kita diperlukan untuk membuka perkiraan cuaca
dan temperature di internet, agar bisa menyiapkan diri dalam beraktivitas.
Terkadang pagi hari amat sangat dingin, siang hari tiba-tiba panasnya luar biasa.
Pernah saya bekerja di 440C dan malamnya tiba-tiba sangat dingin.
Kondisi tubuh kita harus betul-betul dijaga dengan asupan makanan yang bergizi
dan vitamin yang cukup ditambah dengan istirahat yang sesuai.
Sebetulnya masih banyak lagi yang ingin diceritakan, sudah
dua minggu saya tinggal disini. Artikel selanjutnya masih menanti dengan cerita
lainnya, terimakasih sudah menyempatkan membaca, semoga Alloh selalu melindungi
dimanapun kita berada.
Minggu pagi bada subuh…