Hari-hari yang cukup menyita waktu saat memutuskan diri
untuk mendaftar Beasiswa LPDP, tulisan kali ini bukan untuk membahas mengenai
beasiswanya namun lebih memberikan informasi mengenai pembuatan Surat
Keterangan Bebas TB dan Surat Keterangan Bebas Narkoba dari rumah sakit
pemerintah yang merupakan salah satu persyaratan baru dalam LPDP. Berdasarkan
pengalaman pribadi yang sedikit bingung untuk membuat dua surat sakti ini,
serta minimnya informasi yang ada di internet menyebabkan saya berinisiatif
membahasnya.
Penampakan kedua surat sakti |
Baiklah tanpa banyak basa-basi, yang pertama harus
diperhatikan adalah menentukan Rumah Sakit mana yang akan dituju dan pastikan
kondisi kita memang sedang fit, ga lucu kan kita berencana minta surat
keterangan sehat tapi kondisi badannya sendiri sedang sakit. Kedua surat ini
bisa langsung dibuat dalam waktu yang bersamaan (maksudnya dihari yang sama),
kebetulan saya membuatnya di RSUD 45 Kuningan, Jawa Barat. Hal pertama yang
membuat saya kaget adalah saat melihat bangunan rumah sakit yang sudah berubah
berapa ratus derajat, karena terakhir saya kesini entah tahun berapa dan memang
penataan ruangannya sudah lebih baik lagi sehingga bingung mencari lokasi
registrasinya. Yang menjadi kunci utama dalam pembuatan surat ini adalah
mendatangi meja registrasi yang sudah dipenuhi banyak pasien, karena saya
pasien normal (bukan pengguna BPJS) maka meja antreanpun tidak begitu panjang.
Saat ditanya mau ke poli mana, jawab saja mau membuat dua surat tersebut dan akhirnya
diarahkan pada poli paru untuk surat bebas TB dan ke Lab untuk surat bebas
narkoba.
Surat Keterangan Bebas TB
Di poli ini kita akan dipertemukan dengan banyak pasien yang
sudah berusia senja(lah ko senja). Sepagi apa saya datang ke rumah sakit, tetap
saja ada yang lebih pagi dari saya yang tiba di sekitar jam 8 kurang. Lumayan
lah karena sudah terbiasa menunggu, akhirnya saya menikmati aktivitas sambil
memperhatikan orang-orang sekitar. Dan akhirnya nama saya dipanggil untuk masuk
ruangan dan saya sudah pegang KIR dokternya dengan diisi sendiri(males banget
si petugasnya sampe harus pasien yang isi), lalu di periksa darah serta berat
badan(anggap saja timbangan rumah sakit sedang rusak, karena 4hari lalu saya
timbang di apotek BB saya 45, tapi timbangan rumah sakit menunjukan di angka
48), dan diarahkan untuk kebagian rontgen dan Lab.
Apa yang dilakukan di ruang Rontgen?
Setelah mendapat surat rujukan dan harus membayar di kasir,
datanglah saya ke bagian rontgen untuk foto cantik. Prosenya tidak lama, tapi antrenya
yang lumayan lama. Rontgen ini namanya Thorax yang bertujuan untuk mengetahui
keadaan paru-paru lebih dalam. Foto yang memakan waktu kurang dari satu menit
ini bisa diambil hasil akhirnya sekitar tiga hari kerja, namun hasil sementara
bisa dipinjam untuk memastikan ke dokter paru secara garis besarnya saja.
Menunggu kurang lebih satu jam untuk mendapatkan hasil sementara dan saya balik
lagi ke dokter paru.
Apa yang dilakukan di Lab?
Selain rontgen, saya juga diharuskan periksa dahak yang
terbagi menjadi tiga wadah, dahak hari ini, besok pagi saat baru bangun dan jam
8 pagi sebelum mengantarkan ke rumah sakit. Dahak yang saya hasilkan hanya
sedikit karena memang sedang tidak batuk. Oya, di Lab ini kita antre beberapa
kali, pertama untuk dipanggil dan mendapatkan kwitansi yang harus dibayar di
kasir, kedua setelah dari kasir menunggu antrean perintah dokternya, ketiga
menyerahkan hasil yang sudah terisi. Jadi untuk mengurus dahak, esok harinya
saya harus balik lagi ke Lab untuk memberikan dua hasil dahak selanjutnya.
Setelah keduanya terkumpul?
Ya, di hari itu setelah mengikuti perintah, saya balik lagi
ke poli paru untuk laporan dan memberikan hasil rontgen sementara. Saya
betul-betul kaget saat dokter membaca hasil rontgen itu bahwa dibagian tulang
saya ada sedikit sumbatan air, ah entahlah saya tidak paham karena saya tidak
pernah merasakan keluhan apapun selama ini. Inilah salah satu hal yang membuat
saya malas ke dokter, karena pada akhirnya saya kefikiran ucapan dokter, lebih
baik saya tidak tahu apa-apa daripada kedepannya hari-hari saya dihantui dengan
rasa cemas. Yasudah, setelah beres laporan, saya diharuskan menebus
obat(sebetulnya bukan obat, semacam antibiotik) di apotek tempatnya beliau buka
praktek. Hasil surat keterangan ini bisa saya dapatkan saat hasil rontgen dan
dahak sudah selesai, yaitu di hari selasa, karena saya kesana di hari kamis.
Lalu, bagaimana dengan Surat Keterangan Bebas Narkoba?
Lagi-lagi saya harus bolak-balik ke Lab untuk mengikuti
prosedur yang seperti sebelumnya saya jalani, yaitu mendapatkan kwitansi,
membayar ke kasir dan menunggu lagi untuk diperiksa. Ini satu moment krusial
dimana kondisi Lab yang sempit namun pasien yang berjubel membuat ruang gerak
sempit dan seperti biasa, karena banyak yang tidak mendapat tempat duduk akhirnya
banyak pasien yang berdiri di depan pintu Lab sehingga mengurangi volume suara
si Ibu yang memanggil antrean(karena tidak menggunakan speaker). Tiba saatnya
giliran saya untuk periksa darah, di ambil sampel darah dan diberi wadah air
pipis untuk diperiksa, saya juga diminta KTP untuk mengisi data diri. Semua
saya lakukan dengan terpaksa senang hati. Alhamdulillah untuk surat
keterangan ini bisa saya terima hasilnya kurang lebih dua jam setelah
diperiksa. Dan apa hasilnya? Pastinya saya bebas dari narkoba.
Apa yang dilakukan selanjutnya?
Jam delapan pagi di hari selasa, saya kembali ke rumah sakit
dan kembali registrasi untuk ke poli paru (padahal hanya ambil hasil saja, tapi
harus tetap registrasi dan bayar Rp.60.000,- lagi), saya ambil hasil rontgen
dan langsung menuju poli paru. Lagi-lagi menunggu sekitardua jam karena
dokternya belum datang dan saya juga mengambil hasil dahak dari lab.
Alhamdulillah setelah proses yang menguras dompet sedemikian panjang,
selembar kertas ditandatangani oleh Pak Dokter dan hasilnya saya bebas TB.
Kertas ini kecil, ukuran setengahnya dari kertas A4, tapi ya inilah surat sakti
yang didapat dengan proses cukup lama.
Berapa biaya yang dikeluarkan?
Saya lupa detailnya berapa, ini kalo gasalah saya
ingat-ingat yah perkiraan detailnya, sbb:
- Registrasi 2x @60.000 = 120.000
- Rontgen = 60.000
- Periksa dahak = 30.000
- Tebus antibiotic = 90.000
- Surat Ket. Bebas Narkoba = 185.000
Sedikit saran yang diberikan adalah:
- Datang sepagi mungkin (bukan berardi bada subuh langsung berangkat ya, hehehe) untuk menghindari antrean panjang
- Meletakan kesabaran yang tinggi karena prosedur yang cukup ribet dan membiasakan diri menunggu
- Gunakan alas kaki yang nyaman karena kita akan disuruh kesana-kemari untuk memenuhi maunya dokter
- Gunakan masker untuk menghindari virus rumah sakit yang bisa bertebaran dimanapun
- Pastikan ada kuota internet untuk menghindari kebosanan menunggu dengan membuka informasi-informasi penting
- Harus siap mental, ya namanya juga di rumah sakit pemerintah, wajar saja kita dibentak-bentak petugas, dijutekin dan dibuat seolah menjadi orang yang tidak tahu apa-apa(bukan rahasia umum)
- Pastikan bawa uang yah
0 comments:
Post a Comment
Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)