Wednesday, November 25, 2015

0 Belajar IELTS mandiri? BISA (Part 2)

Alhamdulillah masih bisa melanjutkan artikel sebelumnya, meskipun jeda nulis hampir dua bulan tapi gapapa ya, yang penting infonya sampai pada pembaca, sambil harus inget-inget deh pas lagi test nya nih(padahal mengingat masalalu adalah hal yang tidak disukai, ahhahaa).

Okelah dimulai dengan hal yang harus diperhatikan menjelang test IELTS tiba, deg-degan pastinya apalagi kalau kita mendaftar jauh-jauh hari. Kalender yang ada dikamar tentunya penuh dengan lingkaran yang menuju pada hari-H (udah kaya nungguin acara nikahan aja yah). Kebetulan saya mendaftar test di British Council dan Bandung sebagai lokasi testnya, kenapa saya pilih di British Council? Karena saya banyak belajar dari lembaga ini dan sebagai ucapan terimakasih telah menyediakan banyak bahan belajar, termasuk les online gratis (padahal aslinya karena harganya murah dan stabil, tidak seperti tempat lain yang mengikuti Kurs Dollar). Dengan biaya Rp.2.460.000,- kita mendapatkan test yang diadakan di Hotel Grand Serela Bandung, alat tulis, air putih dan tentunya mendapat banyak jodoh teman.

Pada H-1 dan H-2 biarkanlah otak kita dimanjakan dengan hiburan, jangan sampai terus-terusan dibawa belajar, karena yang ada nantinya malah mental. Dan pada saatnya tiba, lakukan hal-hal biasa seperti mandi, sikat gigi, sarapan, dan pakai wewangian(siapa tau bisa menghipnotis pengawas, haha) dan pastikan datang pagi yah, maksimal satu jam sebelum test untuk verivikasi dokumen dan foto. Alhamdulillah, Alloh menghadirkan abang gojek yang ada kapanpun dan dimanapun saat saya butuh, ia mengantarkan sampai depan pintu hotel dan tentunya dengan tariff 10ribu saja, yang saya dapat bukan hanya layanan antar, namun juga mendapatkan doa yang tulus dari si abangnya halah apaan si.

Untuk menghindari rasa deg-degan dan melatih rongga mulut kita agar terus bergerak, tidak ada salahnya untuk memulai percakapan dengan peserta yang lain. Memang si, kondisi saat itu ada yang sibuk dengan buka-buka buku, ada yang wajahnya penuh harap dan cemas, ada juga yang pura-pura sibuk buka hp padahal ga ada sms/wa/pesan lainnya(maksudnya saya). Akhirnya saya buka obrolan dengan mereka, eh ternyata gara-gara ngobrol gini sempat nyali saya rada ciut, karena mereka orang-orang kece, ada ibu dosen B.Inggris, Bapak Guru B.Inggris, anak Magister yang ambil kursus berkali-kali, huffffttt akumah apa atuh, Cuma anak si Mamah sama si Bapa yang paling syantiq. Anggap saja obrolan dengan mereka adalah pelecut semangat, bukan untuk mengendurkan niat. Dengdeeeng, tiba saatnya isi buku registrasi dan foto, disini saya seperti menjadi orang paling malu deh, pas mau ambil foto, dengan PD-nya saya membuka bibir selebar mungkin dan memasang senyum tercantik, namun apalah daya, harapannya si bisa menyihir para pemberi nilai eh nyatanya saya malah diomelin, “Mbak maaf, gaboleh senyum ya, wajahnya biasa aja.” Duh, perasaan seketika itu hancur lebur dan malu, hahahahaha.

Dilanjut pada saat test yah, di ruangan besar yang berisi sekitar 60 orang yang tidak diperbolehkan membawa apapun(asal bawa diri dan niat), termasuk tidak boleh menggunakan jam tangan, padahal pada saat latihan biasanya saya pakai jam tangan untuk mengukur waktu dan mengira-ngiranya, tapi aturan tidak boleh dilanggar. Hampir tiga jam dalam ruangan Alhamdulillah semua berjalan lancar dan meskipun saya menghindari menyentuh air minum, tetap saja hasrat ingin pipis selalu ada. Mau tidak mau harus ditahan, bisa saja keluar tapi dengan resiko waktu kita berkurang untuk mengerjakan soal. Akhirnya, waktu menunjukan tepat jam 12 siang dan speaking test saya mendapat giliran jam 6.20pm, lumayan lah waktu yang cukup panjang untuk menghela nafas dan melupakan apa yang telah terjadi. Bisa dibayangkan, setelah maghrib adalah jam genting dimana biasanya anak muda sudah keluar rumah untuk malam mingguan namun saya harus berjibaku dengan si abah bule, kurang lebih 15 menit test nya, ditambah beberpa menit ada obrolan kosong dengan beliau, dan tadaaaaaaaa akhirnya hari ini dilalui dengan indah, finally I’m breathing freely. Hahaha.

Jadi sekiranya tips simple yang bisa saya berikan adalah:

“Jangan menganggap IELTS suatu test yang mahal dan mengerikan, karena itu akan menjadi beban tersendiri sekiranya gagal mendapat nilai yang diinginkan. Anggap saja IELTS itu bagian dari proses belajar, jadi sekalipun kita gagal, masih ada kesempatan lain yang bisa digunakan dan semoga kita diberikan rezeki yang lain untuk mengambil test dilain waktu dengan persiapan dan pengalaman yang lebih matang, karena lagi-lagi proses adalah hal yang paling penting.” (so bijak)


Oya mungkin ada beberpa yang bertanya, jadi intinya dapet overall score berapa? Jawab saja, Alhamdulillah pas-pasan dan masih harus ditingkatkan lagi. Tapi setidaknya dengan hasil yang didapat dengan belajar sendiri dari nol sudah bisa membuat saya banyak bersyukur, Alhamdulillah dengan nilai ini saya bisa mendapatkan Unconditional LoA. Hingga saat ini dan detik ini, saya masih harus belajar banyak dan terus mencintai IELTS, tapi sebesar apapun saya menjatuh cintakan diri pada IELTS, tidak akan mengurangi rasa cinta ini ke kamu, karena IELTS adalah media dari Alloh yang telah menyatukan kita #eeeeeaaaaaaaaa……. Sekian ya sahabat, sampai ketemu di tulisan berikutnya.



0 comments:

Post a Comment

Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates