Alhamdulillah
masih bisa melanjutkan artikel sebelumnya, meskipun jeda nulis hampir dua bulan
tapi gapapa ya, yang penting infonya sampai pada pembaca, sambil harus
inget-inget deh pas lagi test nya nih(padahal mengingat masalalu adalah hal
yang tidak disukai, ahhahaa).
Okelah
dimulai dengan hal yang harus diperhatikan menjelang test IELTS tiba, deg-degan
pastinya apalagi kalau kita mendaftar jauh-jauh hari. Kalender yang ada dikamar
tentunya penuh dengan lingkaran yang menuju pada hari-H (udah kaya nungguin
acara nikahan aja yah). Kebetulan saya mendaftar test di British Council dan
Bandung sebagai lokasi testnya, kenapa saya pilih di British Council? Karena saya
banyak belajar dari lembaga ini dan sebagai ucapan terimakasih telah
menyediakan banyak bahan belajar, termasuk les online gratis (padahal aslinya
karena harganya murah dan stabil, tidak seperti tempat lain yang mengikuti Kurs
Dollar). Dengan biaya Rp.2.460.000,- kita mendapatkan test yang diadakan di
Hotel Grand Serela Bandung, alat tulis, air putih dan tentunya mendapat banyak jodoh
teman.
Pada
H-1 dan H-2 biarkanlah otak kita dimanjakan dengan hiburan, jangan sampai
terus-terusan dibawa belajar, karena yang ada nantinya malah mental. Dan pada
saatnya tiba, lakukan hal-hal biasa seperti mandi, sikat gigi, sarapan, dan
pakai wewangian(siapa tau bisa menghipnotis pengawas, haha) dan pastikan datang
pagi yah, maksimal satu jam sebelum test untuk verivikasi dokumen dan foto.
Alhamdulillah, Alloh menghadirkan abang gojek yang ada kapanpun dan dimanapun saat
saya butuh, ia mengantarkan sampai depan pintu hotel dan tentunya dengan tariff
10ribu saja, yang saya dapat bukan hanya layanan antar, namun juga mendapatkan
doa yang tulus dari si abangnya halah apaan si.
Untuk
menghindari rasa deg-degan dan melatih rongga mulut kita agar terus bergerak,
tidak ada salahnya untuk memulai percakapan dengan peserta yang lain. Memang
si, kondisi saat itu ada yang sibuk dengan buka-buka buku, ada yang wajahnya
penuh harap dan cemas, ada juga yang pura-pura sibuk buka hp padahal ga ada
sms/wa/pesan lainnya(maksudnya saya). Akhirnya saya buka obrolan dengan mereka,
eh ternyata gara-gara ngobrol gini sempat nyali saya rada ciut, karena mereka
orang-orang kece, ada ibu dosen B.Inggris, Bapak Guru B.Inggris, anak Magister
yang ambil kursus berkali-kali, huffffttt akumah apa atuh, Cuma anak si Mamah
sama si Bapa yang paling syantiq. Anggap saja obrolan dengan mereka
adalah pelecut semangat, bukan untuk mengendurkan niat. Dengdeeeng, tiba
saatnya isi buku registrasi dan foto, disini saya seperti menjadi orang paling
malu deh, pas mau ambil foto, dengan PD-nya saya membuka bibir selebar mungkin
dan memasang senyum tercantik, namun apalah daya, harapannya si bisa menyihir
para pemberi nilai eh nyatanya saya malah diomelin, “Mbak maaf, gaboleh senyum
ya, wajahnya biasa aja.” Duh, perasaan seketika itu hancur lebur dan malu,
hahahahaha.
Dilanjut
pada saat test yah, di ruangan besar yang berisi sekitar 60 orang yang tidak
diperbolehkan membawa apapun(asal bawa diri dan niat), termasuk tidak boleh
menggunakan jam tangan, padahal pada saat latihan biasanya saya pakai jam
tangan untuk mengukur waktu dan mengira-ngiranya, tapi aturan tidak boleh
dilanggar. Hampir tiga jam dalam ruangan Alhamdulillah semua berjalan lancar
dan meskipun saya menghindari menyentuh air minum, tetap saja hasrat ingin
pipis selalu ada. Mau tidak mau harus ditahan, bisa saja keluar tapi dengan
resiko waktu kita berkurang untuk mengerjakan soal. Akhirnya, waktu menunjukan
tepat jam 12 siang dan speaking test
saya mendapat giliran jam 6.20pm, lumayan lah waktu yang cukup panjang untuk
menghela nafas dan melupakan apa yang telah terjadi. Bisa dibayangkan, setelah
maghrib adalah jam genting dimana biasanya anak muda sudah keluar rumah untuk
malam mingguan namun saya harus berjibaku dengan si abah bule, kurang lebih 15
menit test nya, ditambah beberpa menit ada obrolan kosong dengan beliau, dan
tadaaaaaaaa akhirnya hari ini dilalui dengan indah, finally I’m breathing freely. Hahaha.
Jadi
sekiranya tips simple yang bisa saya berikan adalah:
“Jangan
menganggap IELTS suatu test yang mahal dan mengerikan, karena itu akan menjadi
beban tersendiri sekiranya gagal mendapat nilai yang diinginkan. Anggap saja
IELTS itu bagian dari proses belajar, jadi sekalipun kita gagal, masih ada
kesempatan lain yang bisa digunakan dan semoga kita diberikan rezeki yang lain
untuk mengambil test dilain waktu dengan persiapan dan pengalaman yang lebih
matang, karena lagi-lagi proses adalah hal yang paling penting.” (so bijak)
Oya
mungkin ada beberpa yang bertanya, jadi intinya dapet overall score berapa? Jawab saja, Alhamdulillah pas-pasan dan masih
harus ditingkatkan lagi. Tapi setidaknya dengan hasil yang didapat dengan
belajar sendiri dari nol sudah bisa membuat saya banyak bersyukur,
Alhamdulillah dengan nilai ini saya bisa mendapatkan Unconditional LoA. Hingga
saat ini dan detik ini, saya masih harus belajar banyak dan terus mencintai
IELTS, tapi sebesar apapun saya menjatuh cintakan diri pada IELTS, tidak akan
mengurangi rasa cinta ini ke kamu, karena IELTS adalah media dari Alloh yang
telah menyatukan kita #eeeeeaaaaaaaaa……. Sekian ya sahabat, sampai ketemu di
tulisan berikutnya.
0 comments:
Post a Comment
Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)