Sunday, March 4, 2012

2 sejarah adanya kampung 99 pepohonan

untuk kedua kalinya, tepat hari sabtu, tanggal 3 Maret 2011 saya bersama teman-teman dari Program beasiswa unggulan jurusan Usaha perjalanan wisata Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta berkesempatan mengunjungi kampung 99 pepohonan untuk langsung bertemu dengan abi, sesepuh disana yang bernama lengkap  Eddy Djamaluddin Suaidy. banyak hal yang saya dapat dari sana, mulai dari sejarah hinggaseluk beluk mengenai kampung 99 pepohonan. berikut saya rangkum menjadi sebuah artikel.


menyempatkan foto bersama  depan rumah abi

Sejarah terbentuknya kampung 99 pepohonan yaitu dari adanya keinginan membangun kehidupan. Karena jika alam dipelihara maka akan berdatangan makhluk hidup lain selain manusia, yaitu pada awalnya manusia membangun kehidupan dengan menanam pepohonan dan menjaga lingkungan, maka makhluk hidup (binatang) pun berdatangan dengan sendirinya, maka terjadilah siklus kehidupan.

Dengan kita Mebangun kehidupan, maka akan muncul aspek-aspek kehidupan lainnya, aspek kehidupan yang dimaksud contohnya social, budaya, ekonomi, keamanan, pergaulan. Dengan niat utama kita untuk membangun kehidupan maka akan munculah bisnis. Jangan sampai kita mempunya keinginan bisnis, namun factor utama kehidupannya kita tinggalkan.

Konsep terbuatnya kampung 99 pepohonan ini mencontek dari Tuhan. Karena jika kita membangun kehidupan maka akan terjadilah keamanan. Linhkungan yang aman dan tidak adanya kelaparan menjadikan kehidupan yang sejahtera.

rumah abi terlihat dari depan, tanpa ada tembok penyekat

Motivasi terbentuknya kampong ini yaitu, dulu pada saat abi masih tinggal di Jakarta, merasakan udara yang begitu kotor, abi adalah seorang peroko berat yang seharinya bisa sampai 5 bungkus. Lama-lama setelah abi merasakan dampak dari merokok itu menjadikan lingkungan sekitarnya berasap dan kotor, maka bi berkeinginan ingin menikmati hari tuanya di suatu tempat yang masih rindang dengan banyak pepohonan . Dari sanalah awal mula abi berhenti menjadi perokok berat dan mulai mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli tanah di kampung meruyung.

Konsep yang digunakan sehingga terbentuknya kampung 99 pepohonan yaitu konsep universal, yakni jika sudah ada konsep maka harus ada alam(tempat pelaksanaan konsep tersebut) setelah ada 2 hal itu maka terjadila perilaku/kegiatan kehidupan. Jangan hanya ada konsep tan pa ada tempat, karena jika hanya hal itu saja kegiatan kehidupan tidak akan terjadi. Dan satu hal lagi yang perlu diingat, Jika kita menerapkan konsep sehat namun tempatnya tidak sehat maka hasilnya nihil. 1 konsep tempat sehat = perilaku sehat.

kebersamaan kita saat di dalam perjalanan

Darimana nama kampong 99 ini diambil? Angka 99 ini diambil karena menurut sistematika matematika, angka 99 adalah angka tertinggi. Angka 9 juga terbilang unik karena jika 9+9=18 , 1+8=9 , 9x9=81.
Lokasi yang berada di kampong meruyung menjadikan kampong meruyung ini terkenal, awalnya terkenal oleh kubah emas, berhubung karena lokasinya berada pas di depan kubah emas, maka kampong inipun bisa juga disebut kubah hijau karena rindangnya suasana disini.

Syarat bagi orang yang yang ingin tinggal disini yaitu bukan dilihat dari seberapa uang/dana yang mereka miliki, seberapa tinggi pangkat/kekuasaan, namun hanya 1, yaitu IKHLAS, ikhlas disini maksudnya adalah tunduk dan patuh terhadap kesepakatan yang telah disepakati oleh semua penghuni. Siapa saja boleh tinggal disini apabila ia sanggup memenuhi syarat diatasa.
Di kampung pepohonan 99 ini tidak ada istilah pendatang dan pribumi. Karena pada dasarnya jika istilah ini masih berlaku, maka akan menjadi bom waktu bagi kehidupan pariwisata di Indonesia, karena tidak aka nada keberhasilan dalam membangun pariwisata. Sebagai orang yang berada di ruang lingkup pariwisata, seharusnya kita tahu bahwa pengunjung/wisatawan berkesan mengunjungi Negara kita karena hospitalitynya, jadi kita harus menjadikan wisatawan berada di kawasan wisata/berada di Indonesia itu sebagai rumahnya sendiri.

Pada awalnya, penghuni  kampong 99 pepohonan ini dihuni oleh 5 orang, selanjutnya seiring berjalannya waktu maka bertambahlah jumlah penghuninya. Gagasan pertama kali adanya outbond disini adalah dari salah satu penghuni yang berprofesi sebagai guru TK di madania, maka ia mengusulkan bagaimana jika dibuka outbond di kampong 99 pepohonan, karena dilihat dari lokasinya yang memungkinkan, maka dibukalah arena outbond.

Hambatan yang terjadi selama tinggal disini, menurut abi (sesepuh kampung 99 pepohonan) sangatlah banyak, salah satu contohnya mengenai lokasi dapur, toilet dan fasilitas lainnya yang dinilai terlalu banyak apabila di setiap rumah ada. Maka abi sebagai sesepuh setiap 3 minggu sekali/setiap 27 hari sekali mengadakan pertemuan. Maka dengan mengadakan pertemuan seperti itu akan terjadinya musyawarah, dengan terjadinya musyawarah maka terjadi pula pembelajaran demokrasi. Kesepakatan yang dicapai yaitu dengan adanya dapur umum yang digunakan untuk aktivitas memasak untuk menyediakan makan sehari 3 kali bagi semua warga kampong dan membangun tempat laundry yang diperuntukan bagi semua warga kampong juga. Jadi orang yang melakukan pekerjaan ini dijadwal sesuai keinginan mereka sendiri, tidak ada unsur paksaan. Dan abi pun sebagai sepuh di kampung 99 tidak menjadi dictator yang menentukan hasil dan mengambil suatu keputusan, karena setelah adanya pertemuan yang menentukan keputusan tetaplah para penghuni sendiri. Ada juga gagasan terbentuknya restoran kecil yang ada di kampong 99 pepohonan karena adanya permintaan dari para pengunjung untuk bisa menikmati makanan/minuman. Makanan khas yang tersedia disini adalah bakso Rusa. Awalnya saya berfikir, bakso rusa rasanya seperti apa. Dan setelah saya mencicipinya dengan harga Rp. 18.000/mangkuk dengan baksonya 3 butir rasanya nikmat. Tapi mungkin karena rasa kasihan saya terhadap rusa yang dagingnya dijadikan bulatan bakso membuat saya tidak begitu menikmati rasa bakso itu. Kampung 99 pepohonan juga memproduksi madu asli , cuka apel dan sirup belimbing yang asli diproduksi oleh para penghuni di sana.
Gagasan adanya peternakan yaitu karena kebutuhan hidup para penghuni. Untuk memenuhi kebutuhan makan bagi semua penghuni kampong, maka awalnya diternakanlah sapi, kambing, ikan. Lama-kelamaan setelah kebutuhannya terpenuhi maka sisanya bisa untuk dijual ke pasaran. Kegiatan sehari-hari yang terjadi di kampung 99 pepohonan ini adalah aktivitas kehidupan seperti manusia biasa.

Pada hakikatnya, alam ini sudah bisa menjaga dirinya sendiri , seperti contohnya disini, perkampungan yang luasnya 5 hektar namun hanya dibuat bangunan sekitar 2000m, sisanya adalah pepohonan rindang yang dapat berfungsi juga sebagai daerah resapan air untuk lingkungan sekitar. Pohon apapun ditanam disini karena letaknya di daerah tropis. Seharusnya jadi konsep manusia, Bila dia cinta pada dirinya maka ia harus cinta juga kepada alam.

Strategy yang paling berhasil untuk memasarkan sesuatu baik itu produk maupun yang lainnya adalah dari mulut ke mulut. Sama halnya dengan strategy market kampung 99 pepohonan yaitu diawali dari mulut kemulut, setelah sedikit demi sedikit diketahui oleh masyarakat sekitar sehingga banyak pula acara televise yang meliput kegiatan maupun meliput keadaan di kampong ini.

Pesan yang disampaikan oleh abi kepada kita semua yaitu, bangunlah kehidupan, karena jika kita berniat untuk membangun kehidupan maka pasti kita akan berkeinginan untuk menjadi pemilik. Dengan membangun kehidupa akan terjadilah rasa saling kasih mengasihi, gotong-royong, hal itu yang jarang ditemui saat ini, apalagi jarang ditemui oleh warga di perkotaan. Karena dari sisi jarang ditemui, maka hal itu membuat tontonan yang bernilai tinggi alias mahal. Inilah yang akan menjadikan penghasilan bagi para penghuni kampong, tanpa harus mereka membuat suaatu produk atau yang lainnya, hanya dengan kegiatan hidup sehari-hari mereka saja sudah bisa menghasilkan pendapatan.

Sungguh bermanfaat dan sungguh beruntung saya bisa mewawancarai langsung sesepuh kampung 99 pepohonan ini, karena dengan mendengarkan banyak cerita dari beliau mengisnpirasi saya untuk membuat tempat yang sama seperti kampung ini.



foto bersama abi setelah selesai mewawancarai
Mudah-mudahan suatu saat saya bisa membangun tempat tinggal seperti ini sehingga banyak memberikan dampak positif bagi saya sendiri maupun bagi orang lain. Amin...

2 comments:

  1. Nilai: 85

    Bagus, bahasanya cukup lugas, jika dapat tulisan bisa lebih fokus kepada pengembangan objeknya..reportnya lebih kepada sejarah objek tsb. Bagaimana akses, pelayanan pengunjung, fasilitas (sarana dan prasarana)

    ReplyDelete
  2. ibu derinta ---> mungkin untuk artikel ini hanya info itu saja yang saya dapat dari narasumber, jika saya menambahkan takutnya melenceng dari apa yang beliau bicarakan, terimakasih atas komennya, mudah2an ke depannya lagi bisa lebih bagus :)

    ReplyDelete

Cantumkan komentar yang menurut anda patut untuk dikomentari, terimakasih :)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates