Wednesday, March 28, 2012

0 Comparison of Air Transportation

Singapore Airline 







VS








Garuda Airline

  • Comparison :
Singapore Airlines (SIA) has the best Excellent Service by Singapore Girl that in the promotion always showed up beautiful girl aura that having nuance oriental, elegant, friendly with wearing Malay batik designer Pierre Balmain from France.
Singapore Airlines (SIA) is one of the world's best airlines
Singapore Airlines has the power of marketing strategy than garuda airline
Singapore airline never late to flight  but Garuda Airline often late to flight
  • Computerized Reservation system
Comparison
The advantage is there in the airline garuda, garuda provide easy of reservation, the computer reservation system. Where is the garuda airline has its own system to process all data that is Arga flight reservations and airline Garuda also follow the online reservation system abacuss system. While for singapore airline abacuss system only using the system.


























  • Meal Service
Comparison 

Singapore Airline has “Book the Cook service” that allows you to order your main course in advance. 
While Garuda Airline don’t have the service.







  • Stewardess

  • Innovation
Comparison
Singapore Airlines has better way to install iPod docks and 15.4-inch LCDs in all its Business Class Airbus  A340-500 flights running between NY/LA and Singapore. Whilst two years ago, the crew promoted their luxury seats with superior first class cabin that were packed with largest chairs in the sky. The proviso will facilitate flyers to enjoy movies and music via integrated noise-proof headphones that gets switched off as and when any announcement is made from the flight crew.
Singapore Airlines has a continuous innovation in aviation service, including: * Personal entertainment system and video on demand in every seat, known asKrisWorld  * Configure a seat that can be stretched to perfection, so the customer can sleep freely  * Airbus-380, introduced first-class suites in the world of commercial aviation, just likethere are in-room five-star hotel
  • Entertainment

  • Cabin Airlines
  • Economy Class
  • Business Class
  • First Class
  • Singapore Airline Suite
  • Comparison
Garuda airline on the list of four stars from Skytrax, which means it has goodperformance and service. In 2012 Garuda would join the SkyTeam airline alliance. Singapore airline has five star, singapore airline more quality than garuda airline. Singapore airline more expensive than garuda airlines.

Thursday, March 15, 2012

0 the second home when I wander


rent house visible from the front

A rent house in the corner of the complex, with a very convenient location for the rest let go of feeling tired after a day of activities to attend college on campus. Located far from the crowd because of its location at the end, could make our hearts serene and peaceful.




Boarding room which consists of 3 room, front room is used to gather, learn, watch tv, movies, etc.

the front of room

the middle of room
Middle of the room used for sleeping and keep belongings, and the back room to cookand there are bathrooms.


Its location close to campus, only about 100 meters away that can be taken with a time of 5 minutes when walking.

The facilities available are:
  • The front room
  • Rooms
  • Kitchenette
  • Bathrooms
  • Electricity


The price is also affordable, which is Rp.440.000, - / month. When occupied by 1 person/more nothing additional cost, so if we want to get a cheaper price could join with other friends.

If the night we could hear the sounds of animals in nature, like the sound of frogs,crickets, and other animal sounds that make our imagination in the nature. The air was very cool, without using a fan / ac, cold air already we can feel in here.

The surroundings are clean and tidy the room to comfort the owner.

If there are complaints, we can directly contact the the owner rent house without having to provide additional cost. All dependents of electricity and water are included inthe room rate per month.

It is quite difficult to get a rent house here because the room is limited and is always full because there were only 6 rooms, if you are interested, please directly contact the owner to book rooms in advance.


If you bring a vehicle like a car / motorcycle do not worry, because the available land tobe used as the parking of your vehicle.


clean and tidy

Sunday, March 4, 2012

2 sejarah adanya kampung 99 pepohonan

untuk kedua kalinya, tepat hari sabtu, tanggal 3 Maret 2011 saya bersama teman-teman dari Program beasiswa unggulan jurusan Usaha perjalanan wisata Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta berkesempatan mengunjungi kampung 99 pepohonan untuk langsung bertemu dengan abi, sesepuh disana yang bernama lengkap  Eddy Djamaluddin Suaidy. banyak hal yang saya dapat dari sana, mulai dari sejarah hinggaseluk beluk mengenai kampung 99 pepohonan. berikut saya rangkum menjadi sebuah artikel.


menyempatkan foto bersama  depan rumah abi

Sejarah terbentuknya kampung 99 pepohonan yaitu dari adanya keinginan membangun kehidupan. Karena jika alam dipelihara maka akan berdatangan makhluk hidup lain selain manusia, yaitu pada awalnya manusia membangun kehidupan dengan menanam pepohonan dan menjaga lingkungan, maka makhluk hidup (binatang) pun berdatangan dengan sendirinya, maka terjadilah siklus kehidupan.

Dengan kita Mebangun kehidupan, maka akan muncul aspek-aspek kehidupan lainnya, aspek kehidupan yang dimaksud contohnya social, budaya, ekonomi, keamanan, pergaulan. Dengan niat utama kita untuk membangun kehidupan maka akan munculah bisnis. Jangan sampai kita mempunya keinginan bisnis, namun factor utama kehidupannya kita tinggalkan.

Konsep terbuatnya kampung 99 pepohonan ini mencontek dari Tuhan. Karena jika kita membangun kehidupan maka akan terjadilah keamanan. Linhkungan yang aman dan tidak adanya kelaparan menjadikan kehidupan yang sejahtera.

rumah abi terlihat dari depan, tanpa ada tembok penyekat

Motivasi terbentuknya kampong ini yaitu, dulu pada saat abi masih tinggal di Jakarta, merasakan udara yang begitu kotor, abi adalah seorang peroko berat yang seharinya bisa sampai 5 bungkus. Lama-lama setelah abi merasakan dampak dari merokok itu menjadikan lingkungan sekitarnya berasap dan kotor, maka bi berkeinginan ingin menikmati hari tuanya di suatu tempat yang masih rindang dengan banyak pepohonan . Dari sanalah awal mula abi berhenti menjadi perokok berat dan mulai mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli tanah di kampung meruyung.

Konsep yang digunakan sehingga terbentuknya kampung 99 pepohonan yaitu konsep universal, yakni jika sudah ada konsep maka harus ada alam(tempat pelaksanaan konsep tersebut) setelah ada 2 hal itu maka terjadila perilaku/kegiatan kehidupan. Jangan hanya ada konsep tan pa ada tempat, karena jika hanya hal itu saja kegiatan kehidupan tidak akan terjadi. Dan satu hal lagi yang perlu diingat, Jika kita menerapkan konsep sehat namun tempatnya tidak sehat maka hasilnya nihil. 1 konsep tempat sehat = perilaku sehat.

kebersamaan kita saat di dalam perjalanan

Darimana nama kampong 99 ini diambil? Angka 99 ini diambil karena menurut sistematika matematika, angka 99 adalah angka tertinggi. Angka 9 juga terbilang unik karena jika 9+9=18 , 1+8=9 , 9x9=81.
Lokasi yang berada di kampong meruyung menjadikan kampong meruyung ini terkenal, awalnya terkenal oleh kubah emas, berhubung karena lokasinya berada pas di depan kubah emas, maka kampong inipun bisa juga disebut kubah hijau karena rindangnya suasana disini.

Syarat bagi orang yang yang ingin tinggal disini yaitu bukan dilihat dari seberapa uang/dana yang mereka miliki, seberapa tinggi pangkat/kekuasaan, namun hanya 1, yaitu IKHLAS, ikhlas disini maksudnya adalah tunduk dan patuh terhadap kesepakatan yang telah disepakati oleh semua penghuni. Siapa saja boleh tinggal disini apabila ia sanggup memenuhi syarat diatasa.
Di kampung pepohonan 99 ini tidak ada istilah pendatang dan pribumi. Karena pada dasarnya jika istilah ini masih berlaku, maka akan menjadi bom waktu bagi kehidupan pariwisata di Indonesia, karena tidak aka nada keberhasilan dalam membangun pariwisata. Sebagai orang yang berada di ruang lingkup pariwisata, seharusnya kita tahu bahwa pengunjung/wisatawan berkesan mengunjungi Negara kita karena hospitalitynya, jadi kita harus menjadikan wisatawan berada di kawasan wisata/berada di Indonesia itu sebagai rumahnya sendiri.

Pada awalnya, penghuni  kampong 99 pepohonan ini dihuni oleh 5 orang, selanjutnya seiring berjalannya waktu maka bertambahlah jumlah penghuninya. Gagasan pertama kali adanya outbond disini adalah dari salah satu penghuni yang berprofesi sebagai guru TK di madania, maka ia mengusulkan bagaimana jika dibuka outbond di kampong 99 pepohonan, karena dilihat dari lokasinya yang memungkinkan, maka dibukalah arena outbond.

Hambatan yang terjadi selama tinggal disini, menurut abi (sesepuh kampung 99 pepohonan) sangatlah banyak, salah satu contohnya mengenai lokasi dapur, toilet dan fasilitas lainnya yang dinilai terlalu banyak apabila di setiap rumah ada. Maka abi sebagai sesepuh setiap 3 minggu sekali/setiap 27 hari sekali mengadakan pertemuan. Maka dengan mengadakan pertemuan seperti itu akan terjadinya musyawarah, dengan terjadinya musyawarah maka terjadi pula pembelajaran demokrasi. Kesepakatan yang dicapai yaitu dengan adanya dapur umum yang digunakan untuk aktivitas memasak untuk menyediakan makan sehari 3 kali bagi semua warga kampong dan membangun tempat laundry yang diperuntukan bagi semua warga kampong juga. Jadi orang yang melakukan pekerjaan ini dijadwal sesuai keinginan mereka sendiri, tidak ada unsur paksaan. Dan abi pun sebagai sepuh di kampung 99 tidak menjadi dictator yang menentukan hasil dan mengambil suatu keputusan, karena setelah adanya pertemuan yang menentukan keputusan tetaplah para penghuni sendiri. Ada juga gagasan terbentuknya restoran kecil yang ada di kampong 99 pepohonan karena adanya permintaan dari para pengunjung untuk bisa menikmati makanan/minuman. Makanan khas yang tersedia disini adalah bakso Rusa. Awalnya saya berfikir, bakso rusa rasanya seperti apa. Dan setelah saya mencicipinya dengan harga Rp. 18.000/mangkuk dengan baksonya 3 butir rasanya nikmat. Tapi mungkin karena rasa kasihan saya terhadap rusa yang dagingnya dijadikan bulatan bakso membuat saya tidak begitu menikmati rasa bakso itu. Kampung 99 pepohonan juga memproduksi madu asli , cuka apel dan sirup belimbing yang asli diproduksi oleh para penghuni di sana.
Gagasan adanya peternakan yaitu karena kebutuhan hidup para penghuni. Untuk memenuhi kebutuhan makan bagi semua penghuni kampong, maka awalnya diternakanlah sapi, kambing, ikan. Lama-kelamaan setelah kebutuhannya terpenuhi maka sisanya bisa untuk dijual ke pasaran. Kegiatan sehari-hari yang terjadi di kampung 99 pepohonan ini adalah aktivitas kehidupan seperti manusia biasa.

Pada hakikatnya, alam ini sudah bisa menjaga dirinya sendiri , seperti contohnya disini, perkampungan yang luasnya 5 hektar namun hanya dibuat bangunan sekitar 2000m, sisanya adalah pepohonan rindang yang dapat berfungsi juga sebagai daerah resapan air untuk lingkungan sekitar. Pohon apapun ditanam disini karena letaknya di daerah tropis. Seharusnya jadi konsep manusia, Bila dia cinta pada dirinya maka ia harus cinta juga kepada alam.

Strategy yang paling berhasil untuk memasarkan sesuatu baik itu produk maupun yang lainnya adalah dari mulut ke mulut. Sama halnya dengan strategy market kampung 99 pepohonan yaitu diawali dari mulut kemulut, setelah sedikit demi sedikit diketahui oleh masyarakat sekitar sehingga banyak pula acara televise yang meliput kegiatan maupun meliput keadaan di kampong ini.

Pesan yang disampaikan oleh abi kepada kita semua yaitu, bangunlah kehidupan, karena jika kita berniat untuk membangun kehidupan maka pasti kita akan berkeinginan untuk menjadi pemilik. Dengan membangun kehidupa akan terjadilah rasa saling kasih mengasihi, gotong-royong, hal itu yang jarang ditemui saat ini, apalagi jarang ditemui oleh warga di perkotaan. Karena dari sisi jarang ditemui, maka hal itu membuat tontonan yang bernilai tinggi alias mahal. Inilah yang akan menjadikan penghasilan bagi para penghuni kampong, tanpa harus mereka membuat suaatu produk atau yang lainnya, hanya dengan kegiatan hidup sehari-hari mereka saja sudah bisa menghasilkan pendapatan.

Sungguh bermanfaat dan sungguh beruntung saya bisa mewawancarai langsung sesepuh kampung 99 pepohonan ini, karena dengan mendengarkan banyak cerita dari beliau mengisnpirasi saya untuk membuat tempat yang sama seperti kampung ini.



foto bersama abi setelah selesai mewawancarai
Mudah-mudahan suatu saat saya bisa membangun tempat tinggal seperti ini sehingga banyak memberikan dampak positif bagi saya sendiri maupun bagi orang lain. Amin...

2 menikmati sejuknya kampung 99 pepohonan

Menginjak semester 2 ini, kami mendapatkan mata kuliah ecotourism dan tepat hari senin27  februari 2012, mata kuliah ecotourism mengadakan acara kunjungan ke kampong 99 pepohonan yang beralamat di 14 km dari tol fatmawati dengan alamat lengkap, Jl. KH. Muhasan II, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok 16515 (seberang Mesjid Kubah Mas Dian Al Mahri), Telp : 021 999 55610, 021 9945 3886.


Semua mahasiswa Program Beasiswa Unggulan jurusan Usaha Perjalanan Wisata STP Sahid Jakarta termasuk saya sungguh menikmati perjalanan ini, meskipun jaraknya tidak terlalu jauh, karena letak kampus kami di pondok cabe, tangerang selatan yang letaknya berbatasan dengan sawangan, depok.

rombongan mahasiswa STP Sahid

Akses dan kesulitan masyarakat dalam memanfaatkan hutan menjadikan mereka kehilangan peran untuk tetap peduli dan melestarikan hutan. Hal ini diakibatkan karena hutan tempat mereka menggantungkan hidup sudah tidak lagi berfungsi dan akhirnya mereka menjadi kehilangan kepekaan akan keberadaan hutan. Hutan menjadi barang yang langka terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dan sekitarnya. Masyarakat perkotaan dan sekitarnya begitu merindukan hidup dan merasakan atmosfer hutan yang dikelilingi pepohonan dan fauna dengan diselimuti hawa sejuk. Dan kini, mimpi masyarakat –terutama masyarakat daerah rural urban- untuk mendapatkan lingkungan yang sejuk dan segar dapat segera terwujud dan contohnya dapat ditemui di Kampung 99 Pepohonan Depok dengan konsep hidup yang menerapkan Family Back To Nature.

Pada saat wawancara denga ibu Santi
Dengan permasalahan tersebut, maka pertanyaan saya ialah bagaimana masyarakat Kampung 99 Pepohonan berusaha mendapatkan suasana hawa sejuk dengan konsep yang pro-lingkungan yaitu Family Back To Nature sebagai kontribusi dalam membangun lingkungan?

foto diambil di depan salah satu rumah warga

Profil Kampung 99 Pepohonan
Depok merupakan salah satu daerah satelit kota Jakarta yang berbatasan langsung di bagian selatan. Jika ditilik lebih dalam yaitu di daerah Cinere, tepatnya di desa Meruyung, maka kita dapat menjumpai sebuah kampung yang sangat asri yang dinamai Kampung 99 Pepohonan. Nama Kampung 99 Pepohonan diambil dari banyaknya pohon jati putih (gmelina arborea) yang ditanam anak-anak sebanyak 99 pohon. Dengan luas sekitar 5 hektar, wilayah yang dahulunya areal persawahan kritis ’disulap’ menjadi kawasan hutan baru dimana didalamnya tidak hanya terdapat pohon-pohon, tetapi juga hewan-hewan. Pohon-pohon yang saat ini menghuni kampung ini diantaranya pohon jati putih, meranti, trembesi, ulin, menteng, gandaria, bintaro, kemang, bambu, dan mahoni. Tidak kalah juga, hewan-hewan yang ada di kampung ini jenisnya juga beraneka ragam seperti rusa, burung-burung, kunang-kunang, tupai, ular, hingga biawak.

Awalnya Kampung 99 Pepohonan atau disebut Kampung Rusa adalah tempat hunian pribadi. Tidak ada pagar yang membatasi kampung tersebut dengan dunia luar dan bahkan setiap orang dapat tinggal di kampung tersebut jika visi dan misinya selaras dengan konsep kampung tersebut yaitu dengan gaya hidup organik. Hunian yang ramah lingkungan dan terbuka kini mulai dibangun. Luas setiap rumah kayu yang dibangun tak lebih dari 100 meter persegi, tanpa pagar, dan dibangun bersama oleh seluruh penghuni Kampung 99 Pepohonan. Setiap keluarga mempunyai kolam penyangga untuk memelihara ikan atau ternak dan kebun minimal 100 meter persegi. Kayu yang digunakan untuk membangun rumah bukanlah kayu yang mahal. Mereka menggunakan kayu yang mudah ditemukan di sekitar Meruyung.

foto di depan peternakan sapi albino

Penerapan Konsep Hidup Family Back To Nature
Konsep hidup bersama dalam kampung ini dicetuskan oleh Eddy Djamaludin Suaidy. Beliau adalah lulusan Arkeologi Universitas Indonesia yang saat ini menjadi tetua Kampung 99 Pepohonan. Konsep keluarga besar yang memenuhi kebutuhan bersama-sama dan gotong royong itulah yang dikembangkan Eddy di Kampung 99. Sepuluh keluarga yang hidup bersama dengan total 70 orang warga itu bukan hanya saudara sekandung. Tapi, ada adik ipar, keponakan, teman kampung ayahnya dulu, hingga orang lain yang benar-benar tak ada hubungan darah dengannya. Kesepuluh keluarga itu hidup di rumah masing-masing yang saling berdekatan, dimana rumah-rumah itu dibangun dengan kayu dan gaya yang alamiah.
Mereka secara maksimal mencukupi kebutuhan sendiri. Misalnya, menanam padi dan sayur organik, berkebun buah-buahan, beternak kambing dan sapi, serta perikanan. Untuk memasak, mereka tidak menggunakan gas, tapi dengan kayu yang didapatkan dari ranting yang hanyut di sungai. Semua penghuni dilarang menebang pohon, memetik daun, membuang sampah sembarangan, apalagi sampah plastik. Agar lingkungan asri dan udara segar terus didapatkan, seluruh penghuni tidak merokok.

foto di depan kandang rusa
Mereka bukan hanya mengonsumsi semua makanan yang alami, mereka juga membangun hubungan sosial dengan pola baru. Hubungan antartetangga dibangun atas dasar keterbukaan dan kolektivisme.Terdapat suatu sistem kegiatan hidup yang dirancang di kampung ini seperti sistem satu laundry, satu dapur, dan satu sumur. Kegiatan mencuci pakaian dipusatkan di rumah seorang penghuni yang dekat dengan Sungai Pesanggrahan. Memasak dilakukan dengan menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari ranting atau dahan pohon yang berguguran dan dipusatkan di rumah penghuni lain yang gemar memasak.



Kampung ini memproduksi sendiri seluruh kebutuhan pangan sehari-hari bagi penghuninya, seperti beras bebas, pupuk, roti tanpa pengawet, keju, susu, madu, sayur-mayur, yogurt, dan ikan. Setiap penghuni bebas mengembangkan ide, minat, dan potensi untuk membuat kehidupan di kampung kecil ini semakin lengkap. Semua yang ada di Kampung 99 Pepohonan ini tak ada yang terbuang. Telur keong emas dan remah-remah sisa pembuatan roti dijadikan pallet untuk makanan ikan. Daun-daun untuk makanan rusa dan dijadikan kompos, yang kini selain dipakai sendiri juga sudah dijual. Ranting-ranting kayu untuk kayu bakar. Kotoran ternak dijadikan pupuk tanaman. Tulang-tulang ikan, ayam, bekas- makanan, dikumpulkan untuk makan ikan bawal.

Selain memenuhi kebutuhan sendiri, mereka melakukan pembagian kerja. Misalnya, ada yang kebagian memasak untuk ke sepuluh keluarga, ada yang kebagian mencuci pakaian, hingga ada yang kebagian merawat hewan dan tanaman. Dengan cara ini, mereka bisa hidup hemat. Jika mereka mengalami konflik atau masalah di antara warga, di komunitas ini terdapat forum. Itulah pertemuan tertinggi yang digelar setiap dua pekan untuk memutuskan apa pun secara bersama-sama.

Kini hasil Kampung 99 Pepohonan berlimpah, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan para penghuninya. Produk seperti yogurt, beras, madu, cuka apel, ikan, dan sayuran sudah mulai dijual ke luar. Kegiatan menanam pun tak pernah berhenti. Setiap hari penghuni kampung ini menanam sepuluh pohon. Inovasi terus dikembangkan, mulai dari pembuatan cuka kelapa, hingga yogurt sukun. Juga memproses air irigasi untuk mandi agar pemakaian air tanah semakin berkurang. Dan mereka juga membuat pembangkit listrik tenaga kincir air yang ramah lingkungan.

Konsep unik untuk hidup bersama di Kampung 99 itulah yang akhirnya memancing orang luar untuk ikut merasakan. Kampung yang berkonsep back to nature itu kini menjadi tujuan wisata alam. Kini Kampung 99 menjadi daya tarik yang membuat banyak orang berkunjung ke sana. Semakin hari, kunjungannya semakin banyak. Mereka melengkapi diri dengan membuka restoran, menyediakan penginapan, dan mengadakan berbagai macam kegiatan outbond. Kini berbagai kegiatan digelar untuk anak-anak di sana. Misalnya, berjalan-jalan mengenal tumbuh-tumbuhan, menanam pohon, memanen padi dan sayur, memberi makan rusa dan ternak (kambing, domba, sapi, kerbau), menangkap ikan, memandikan kerbau, dan membajak sawah. Dari sarana-sarana yang disediakan itulah mereka mendapat dana yang lebih dari cukup untuk biaya hidup mereka sehari-hari.

Pemasukan pun didistribusikan dengan persentase yang telah disetujui bersama oleh seluruh anggota keluarga setelah dikurangi pengeluaran. Jika satu anggota keluarga ada pengeluaran khusus, seperti melahirkan atau hendak menyekolahkan anak, persentase itu ditambah dan anggota keluarga yang lain juga tidak berkeberatan. Semua dibicarakan bersama secara demokratis tanpa otokrasi.

Tekad mereka untuk hidup dengan lingkungan yang sejuk dan segar serta sehat dan berkontribusi bagi lingkungan, telah membuahkan rupiah yang akan terus berkembang karena pemerintah setempat telah memasukkan kampung itu sebagai kawasan wisata dan membuka kantor dinas pariwisatanya di sana. Jadi, penerapan konsep familiy back to nature tidak hanya dapat dinikmati oleh warga Kampung 99 Pepohonan itu sendiri tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan yang lebih penting adalah kontribusinya dalam 
membangun lingkungan.

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates