Wednesday, June 15, 2016

0 Ramadhan dan Winter

Ramadhan yang betul-betul penuh berkah, Alhamdulillah saya merasakan berpuasa di cuaca dingin. Belum dibayangkan sebelumnya jika harus berpuasa, sambil bekerja di farm ditambah dengan cuaca 400c, panas yang luar biasa yang sudah pasti dehidrasi. Tapi itu hanya imajinasi, kenyataannya saya berpuasa ditengah cuaca dingin. Jauh sebelum ramadhan tiba, saya sudah download jadwal imsak dan sholat dan Alhamdulillah, lebih pendek dari yang biaasa dilakukan di Indonesia, ya hanya 11 jam. Menjelang hari pertama, rasanya sudah amat ditunggu-tunggu, telepon keluarga di rumah menanyakan kondisi ramadhan disana nantinya dan diberikan wejangan-wejangan oleh orang tua, disini tepat diawali pada hari Senin, 6 Juni 2016, yang berarti minggu malam sudah melaksanakan sholat tarawih. Lokasi masjid yang berada sekitar dua kilometer dari tempat tinggal memudahkan saya untuk menuju kesana, Alhamdulillah baru kali ini menginjakkan kaki di masjid itu setelah hampir sebulan tinggal di kota ini. Tiba diluar masjid, “Ko sepi ya?” ternyata memang belum banyak yang datang. Tempat sholat wanita berada di lantai dua dan sudah ada dua orang wanita mengenakan mukena sedang duduk manja disana. Dalam hati saya bilang, “Ini ko mukenanya modelan mukena yang suka temen-temen saya pake ya, bahannya, coraknya, kayanya orang Indonesia deh(karena di masjid-masjid lain yang saya singgahi juga biasanya ketemu orang yang pakai mukena macem-macem, ya Cuma orang kita, hehehe).” Lanjut, saya hanya senyum cantik dan mengucapkan salam. Usut punya usut, mereka berdua ngobrol eh pakai logat ibu-ibu sosialita Indonesia, dan taraaaa akhirnya saya tanya,”Mbak orang Indonesia juga?” Yaelaaaah, jauh tarawih di Australia ternyata ketemu orang Surabaya dan Lombok, hahaha. Yaudah akhirnya punya pasukan bermukena deh.

Jadwal sholat di masjid sebelum ramadhan

Tarawih yang berbeda

Beda masjid, beda juga kebiasaan tarawih yang digunakan. Bacaan sholat disini cukup singkat dan saya mempelajari dengan mendengarkan tuntunan sholat dari salah satu ustadz di Australia ternyata ada beberapa hal yang membuat singkat, berbeda dengan bacaan sholat yang saya pelajari saat kecil. Misalnya diawal sholat tidak membaca Doa Iftitah, lalu bacaan rukuk ”Subhaana robbiyal’adhiim”, lalu pada I’tidal hanya membaca “Robbanaa walakal-hamd”, sujud membaca “Subhaana robbiyal’alaa”, duduk diantara dua sujud membaca “Robbighfirlii” hal inilah yang membuat lebih singkat dari sholat saya biasanya. Mashaa Alloh, keberagaman sholat tanpa mengurangi rukun-rukunnya, perbedaan mazhab bukan menjadikan halangan dalam beribadah, inilah islam. Maklum saya orang kampung yang baru belajar di Negara orang, belajar memahami kehidupan muslim disini. Oya, ada hal yang berbeda pada saat sholat witir yang langsung digabung menjadi tiga rakaat, rakaat pertama dan kedua aman, pada saat rakaat ketiga, imam masih mengeraskan Alfatihah dan Al Ikhlas, dan selesai membaca surat lalu mengangkat tangan dan “Allohuakbar”, saya langsung rukuk seperti biasa dan cukup lama menunggu I’tidal (ko ga berdiri-berdiri ya). Ternyataaaa, mereka masih berdiri dan pada “Allohuakbar” berikutnya barulah rukuk. Berhubung tempat wanita tidak bisa melihat imam, jadi ya saya ada kesalahan akibat ketidaktahuan. Dari sanalah saya banyak belajar, ternyata seperti ini ya keberagaman yang lainnya, Alhamdulillah nikmat iman dan islam yang luar biasa. Sholat tarawih disini cukup singkat, hanya 11 rakaat(termasuk witir), surat yang dibacapun tidak begitu panjang, jadi kurang dari satu jam sudah selesai rangkaia sholat isha hingga witir. Di malam pertama sholat hanya terdiri dari enam orang jamaah wanita, Alhamdulillah malam-malam berikutnya terus bertambah hingga suatu malam sangat penuh. Kebanyakannya adalah orang Sudan (berkulit hitam). Oya, mereka (orang Sudan) sholatnya mengenakan pakaian biasa dan tanpa menutup kaki. Jadi pada saat sholat tidak dibalut dengan kaus kaki atau pakaian panjang, jadi si kaki itu masih kelihatan. Wallohualam bishowab….

Hal lain yang membuat saya tertawa geli adalah, seusai sholat saya masih kebagian jatah lollipop, jadi ada Bapak-bapak yang bertugas membagikan lollipop itu pada anak-anak, berhubung mungkin wajah saya masih terbilang muda belia seperti anak baru lulus SD, jadinya masih kebagian deh, lumayanlah rezeki orang cantik, hahaha.

Ini dia oleh-oleh pulang tarawih
Berbuka dengan yang manis

Menu buka puasa hari pertama
Hari pertama buka puasa, yaitu dengan segelas coklat hangat, vegemite toast, spaghetti juga tentunya buah-buahan. Ah ini buka puasa belaga kaya bule haha, tanpa nasi! Besok-besok akhirnya buat bakwan dan makan nasi deh. Di hari selanjutnya-selanjutnya buka-buka resep di youtube dan cookpad akhirnya mau coba buat kolak biji salak labu kuning, dengan semangat membara belanja kebutuhannya, santan, gula jawa (400gram=$3=mahal) yang beli di Asian market, labu kuning, tepung tapioca, menghabiskan sekitar $10 untuk beberapa mangkuk kolak. Saking antusiasnya, dari jam 12 siang sudah repot di dapur (padahal lagi ga puasa juga karena halangan), step by step yang dari youtube diikuti akhirnya jadilah adonan. Tapi memang, kenyataan kadang tak sesuai harapan, awalnya mendambakan biji salak dengan bentuk padat dan bulat sempurna namun yang terjadi lembek dan seperti kerupuk yang direbus (baca: seblak). Penyebab semua ini terjadi adalah labu kuning yang sudah mengandung banyak air malah direbus (akibat tidak ada kukusan), ya jadinya semakin banyak air. Tapi apa boleh buat, jangan dilihat dari bentuknya, tapi pahami rasanya, hehehe. Not bad lah, untuk ukuran anak gadis yang belum pernah membuat makanan sejenis ini sebelumnya. Dari sinilah saya belajar sebuah siklus kehidupan, kadang manusia terlalu menginginkan suatu hal dalam hidupnya, sudah berusaha keras dan mengorbankan waktu, tenaga dan uang namun kenyataan yang didapat tidak sesuai dengan yang ada dalam angan-angannya. Semua kehendak Alloh, tapi proses yang dijalani menjadi penting dan bermanfaat karena kita bisa mengetahui penyebab yang membuat hasil kurang maksimal itu apa, jadi ya nikmati prosesnya ambil manfaatnya, karena prinsip saya “Tidak ada orang ahli tanpa mengawali dari awal”. Dari semangkuk kolak saja ada yang bisa dipetik, apalagi dari semangkuk bakso yah, hehehe.
Bentuknya entah mirip kurma atau seblak?
Video singkat kolak biji salak
Kehidupan bertetangga

Saya saat ini tinggal di share house yang diisi oleh tujuh orang, sayangnya disini tidak ada fasilitas wifi, padahal rumah dan isinya sudah oke. Akhirnya ada inisiatif untuk mengunjungi tetangga yang wifi-nya terdeteksi ke kamar, dari sanalah kehidupan bertetangga dimulai. Dengan basa-basi ngobrol dan mengajukan diri untuk bisa bergabung (nebeng bayar) dengan menyumbang $20 (seperti yang pernah dilakukan di rumah di Lakemba, NSW) dan akhirnya diberilah kode dan passwordnya, ternyata tetangga itu adalah muslim. Hari-hari berlalu dan sudah beberapa minggu saat sedang buka puasa di tempat kebab, tetangga itu menelepon agar mengambil makanan buka puasa dirumahnya. Lagi-lagi, kondisi saat itu saya masih tidak berpuasa dan sudah kenyang makan kebab, eh ada rezeki tambahan jangan ditolak. Sesampainya dirumah setelah magrib, diambilah makanan itu ke rumahnya dan Alhamdulillah, cukup untuk dua kali makan dan lucunya, uang wifi yang dulu malah dibalikin lagi hehe, sudah dapat makanan lengkap, dapat pula uang. Rezeki ramadhan, Alhamdulillah. Entahlah tetangga itu namanya siapa, asalnya dari mana, yang pasti inilah kehidupan sesama muslim, punya keterikatan tersendiri. Lagi-lagi, nikmat iman dan islam betul-betul terasa disini. Ahhh jadi rindu orang tua di rumah.
Kiriman dari tetangga
Oya sahabat, begitulah seklumit kisah minggu pertama ramadhan saya tahun ini, apabila masih diberi kesempatan hidup, semoga bisa dilanjut dengan tulisan-tulisan ramadhan berikutnya di Negara yang berbeda, aamiin….

Saat akan menutup tulisan ini ada yang saya lupakan, judulnya kan ada kata ‘Winter’nya, tapi ko belum ada pembahasan mengenai ini ya? Hehehe. Keasyikan membahas ramadhan sampai lupa dengan winter disini yang dimulai dari awal Juni kemarin. Hingga saat ini temperature terendah yang saya alami hanya berkisar pada 10C, awalnya kaget menghadapi winter karena belum terbiasa dengan kondisi dingin, jadi wajar sempat cemas dan putus asa (lebay), karena kerja dalam kondisi dingin, tidurpun kedinginan. Akhirnya membeli sleeping bag lagi (karena diskon dari $120 jadi $80) dengan temperature -100C dan cukup membantu mengatasi dingin saat tidur. Di rumah ini “katanya” tidak boleh pakai heater karena menguras tenaga listrik yang cukup besar, padahal di ruang tengah ada heater di perapian dan mubadzir tidak suka dipakai. Daripada menyiksa diri sendiri, saat saya ke K-Mart, ada heater yang harganya menggoda akhirnya langsung dibeli deh. Hari demi hari akhirnya saya merasakan winter dengan kepanasan, haha. Bermodal $15, jemuran yang tidak keringpun bisa kering dengan hanya digantung di kamar, jadi bisa dibayangkan bagaimana panasnya, panas seperti di parkiran. Ya namanya juga barang murah dan imut-imut kecil, kualitas bisa sebanding dengan harga, kalau beli yang ukuran besar (selain dibawanya ribet, nanti ketahuan juga sama yang punya rumah, hehehe).

Magic stuff
Pagi ini cuaca diluar sedang cerah-cerahnya, aktivitas hanya dirumah sendiri, akhirnya banyakin nulis lagi dan buka-buka catatan IELTS, teriring salam dari sini ya sahabat…. Selamat menjalankan ibadah puasa….

Bonus ekspresi kediinginan saat buka puasa di jalan di bangku taman

Tuesday, June 14, 2016

0 Kurang Bersyukur

Alhamdulillah… Alloh masih memberikan kesempatan untuk menapaki diri di bulan yang suci ini, Bulan Ramadhan yang ditunggu-tunggu umat muslim dibelahan dunia manapun, termasuk saya yang sekarang tinggal di kota kecil dua jam dari Melbourne. Seperti yang terjadi di tahun-tahun lalu, Ramadhan yang saya hadapi selalu berbeda, baik dari tempat yang ditinggali, lingkungan yang ada disekitar, rutinitas yang dijalani atau bahkan menu buka puasa yang dinikmati. Apapun itu, dimanapun itu, saya yakin ini adalah tempat dan kondisi terbaik yang saya dapat dari Alloh. Lagi-lagi, Ramadhan ini menjadi cambuk bagi saya yang fakir ilmu, miskin pengalaman dan haus akan banyak pelajaran, Alloh telah memberikan banyak waktu luang akhir-akhir ini yang sepatutnya saya gunakan untuk merenung, bukan malah mempertanyakan hal-hal yang tidak seharusnya saya bingungkan.

Yaa Robb… Hamba masih sedang dan akan terus belajar membenahi diri hingga datangnya waktu dimana diri ini sudah harus kembali. Hamba sadar, mulut ini banyak menyakiti, fikiran ini banyak dengki, hati ini amat sangat kotor, jauh dari kata suci, namun Engkau masih menampakkan kebaikan didepan orang lain, malu rasanya. Persangkaan orang terhadap hamba begitu baik, namun pada kenyataannya Engkaulah yang Maha Mengetahui segala Isi Hati. Ampunilah mulut ini, tangan ini, kaki ini, fikiran ini semua yang ada dalam diri hamba yang tak digunakan semestinya. Hamba selalu meyakini, pintu maaf-Mu terbuka lebar, pintu ampunan-Mu selalu ada bagi hamba-Mu yang mendekati dan menginginkannya.

Pandang langit luas saat bumi sudah menyesakkan hati
Kehidupan disini sedikit banyak sudah merubah pola fikir saya, yang pada awalnya prioritas kesini untuk menuntut ilmu, namun terbelok dengan mengumpulkan uang. Seperti banyak yang percaya bahwa uang seakan menjadi hal utama dalam hidup, tanpa uang rasanya hidup ini hampa, tanpa uang kita tidak bisa apa-apa, tanpa uang ahhh dunia ini begitu menggoda. Dengan pola hidup Negara maju yang mendorong warganya untuk bekerja ditambah dengan penghasilan yang menggiurkan rasanya betul istilah “waktu adalah uang”, karena betul-betul disini satu menitpun uang. Beda halnya dengan di Indonesia yang masyarakatnya lebih santai dalam bekerja karena toh pendapatan dihitung perbulan, masuk ataupun tidak masuk kerja tidak begitu memberikan dampak besar. Disini dengan pekerjaan biasa yang dibilang dibawah standar pendapatan, jika dikalkulasikan kedalam rupiah bisa mencapai satu juta perhari. Dulu semasa kecil, saya pernah berkhayal, “Ah nanti saya kalu dapat sehari sejuta pasti cepat jadi orang kaya.” Dan kenyataannya sekarang terjadi disini, namun sebetulnya bukanlah banyaknya angka yang menjadikan ketenangan dalam hidup ini. Entah apa yang ada dalam fikiran saya sekarang, rasanya sehari tidak bekerja seolah pusing kelimpungan karena kehilangan dollar, Astagfirullohaladzim, apa yang sudah masuk dalam fikiran saya ini? Melihat orang lain mendapat penghasilan lebih besar disini, mempunyai kesempatan kerja lebih lama, tiba-tiba saya ingin seperti mereka. Padahal Alloh sudah mencukupi semua ini, saya bisa hidup dengan makan enak, tempat tinggal layak, masih diberi kesempatan untuk berbagi dengan keluarga, juga untuk menabung. Lalu nikmat mana lagi yang didustakan?

Dasar manusia, serakah! Ya Robb, hamba ingin terbebas dari belenggu ini…

Kadang….

Saya melihat hidup orang lain begitu nikmat, ternyata mereka hanya menutup kekurangannya tanpa berkeluh kesah, dan disadari atau tidak, diluar sana ada juga orang lain yang ingin hidupnya seperti kita,

Saya melihat teman-teman hidupnya tidak ada duka kepedihan, ternyata mereka hanya pandai menutupi dengan mensyukuri,

Saya melihat hidup saudara saya tenang tanpa ujian, ternyata mereka begitu menikmati badai ujian dalam hidupnya,

Saya melihat hidup sahabat-sahabat begitu sempurna, ternyata mereka hanya berbahagia menjadi apa adanya,

Saya melihat hidup tetangga begitu beruntung, ternyata mereka selalu tunduk pada Alloh untuk bergantung,

Dan setiap hari saya belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang saya temui, ternyata saya yang KURANG MENSYUKURI nikmatMu… Bahwa sebetulnya di dunia ini masih banyak yang belum beruntung seberuntung yang saya miliki saat ini. Dan satu hal yang saya ketahui bahwa Alloh tak pernah mengurangi ketetapanNya, hanya sayalah yang masih mengkufuri nikmatNya.
Maka, saya merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain,

Mungkin saya tak tahu dimana rezeki saya, Tapi rezeki saya tahu dimana saya,
Dari lautan yang biru, bumi dan gunung, Alloh sudah memerintahkannya menuju pada diri ini,
Alloh menjamin rezeki saya, sejak empat bulan sepuluh hari dalam kandungan Ibu,

Ternyata amatlah keliru jika bertawakal rezeki dimaknai dari hasil bekerja, karena bekerja adalah ibadah, sedangkan rezeki itu urusanNya, Melalaikan kebenaran demi mengkhawatirkan apa yang dijaminNya, adalah kekeliruan yang berganda,

Manusia membanting tulang demi angka simpanan gaji yang mungkin besok ditinggal mati,
Manusia lupa bahwa hakekat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya,

Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Alloh menaruh sekehendakNya… Rezeki itu kejutan, dan tidak boleh dilupakan bahwa tiap hakekat rezeki akan ditanya kelak: “Darimana dan digunakan untuk apa?” Karena rezeki hanyalah “hak pakai” bukan “hak milik”,

Maka pada akhirnya, saya tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain. Jika saya iri pada rezeki orang, juga seharusnya saya iri pada takdir kematiannya!

Singkat cerita, pada saat video call dengan Bapak: “Neng, orang kaya raya dengan uang milyaran yang bersedekah seratus atau dua ratus juta akan kalah dengan orang tak mampu, tapi ia sedekahkan uangnya seribu rupiah padahal entah besok mau makan apa. Dimata manusia tentu uang seribu akan kalah dengan seratus juta, tapi itu akan berbeda di mata Alloh, kucinya ikhlas! Jangan khawatirkan rezeki, yang penting kamu sudah berusaha. Ikhlas itu berat, tapi terus dilatih. Bapak sampai saat ini tidak punya apa-apa, tidak punya rumah bagus dan kendaraan seperti orang lain seusia Bapak yang sudah memiliki banyak hal, karena itu bukan tujuan Bapak, mengumpulkan uang tapi lupa dengan sekitar. Ikhlas menerima ketentuan Alloh dan yang penting kita terus bermanfaat untuk orang banyak.”

Ya Robb…
Ampunilah diri ini, hati yang kotor ini. Seharusnya hamba menempatkan rasa iri pada tempatnya, dunia ini fana,
Berilah cahaya pada gelapnya hati ini ya Alloh, Hati kadang lupa yang terlena mimpi dunia,
Diri yang kotor ini hanya bisa bersimpuh meminta petunjuk dan ampunanMu…
Terimakasih atas segala nikmat iman, islam ini, Jadikan kami terus tenang dalam beribadah kepadaMu ya Robb….

Kembalikan lagi hamba padaMu, semoga hamba bisa kembali menata hati ini, mudahkanlah semua dengan rahmatMu
Jangan biarkan dzikir dan iman ini hilang…….

Dua minggu tanpa bekerja ini semoga menjadi renungan di bulan yang suci, jauh dari iri dengki dan semoga kualitas hidup menjadi lebih baik... ikhlas dan syukur itu indah....

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates