|
pintu masuk SMMA |
Untuk ketiga kalinya kami mahasiswa jurusan Usaha Perjalanan Wisata mengadakan kunjungan ke lokasi ekowisata, untuk saat ini sabtu, 7 April 2012 kami berkesempatan mengunjungi Suaka Margasatwa Muara angke. Pada awalnya untuk mengurus perizinannya cukup sulit, karena kami harus mengajukan surat kunjungan kepada Dinas kehutanan dan harus disertai dengan fotocopy KTP, surat izin ini bernama SIMAKSI (surat izin memasuki kawasan konservasi) yang dibuat di BKSDA Jakarta. Hal ini dilakukan untuk menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh polisi Hutan setempat.
|
pemandangan sejuk di SMMA |
Pagi hari tepatnya pukul 6.30 dengan cuaca gerimis kami menuju Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) yang adalah sebuah kawasan konservasi di wilayah pesisir utara Jakarta. Secara administratif, kawasan ini termasuk wilayah Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kawasan yang berdampingan dengan Perumahan Pantai Indah Kapuk ini, hanya dibatasi Kali Angke dengan permukiman nelayan Muara Angke. Walaupun Suaka Margasatwa Muara Angke merupakan Suaka Margasatwa terkecil di Indonesia dengan luas kawasan sekitar 25.02 ha, namun peranannya amatlah penting bagi keberadaan burung, baik burung hutan maupun burung air.
|
pos jaga yang ada di SMMA |
|
berfoto di dekat pos jaga sesaat setelah pintu masuk |
Setibanya disana, kami langsung dihadapkan dengan kesegaran udara yang masih sejuk dihirup. Biasanya Kota Jakarta digambarkan sebagai kota sibuk yang kanan kirinya penuh dengan gedung-gedung tinggi, dan bangunan mewah, tepatnya di Muara angke , dibenak kebanyakan orang Muara Angke hanya sebagai tempat jual ikan, terkesan kumuh dan jorok, tidak banyak orang yang mengetahui tentang keberadaan Suaka Margasatwa Muara Angke ini. Tidak banyak orang Jakarta yang tahu bahwa jakarta masih memiliki kawasan seperti ini.
Tepat pukul 9.00 tibalah seorang polisi hutan yang bernama Bapak Resijati Wasito yang menjadi pendamping kami untuk menjelaskan semua hal yang ada disini. Percakapanpun diawali dengan pertanyaan mengenai mengapa di suaka margasatwa ini tidak ada lahan parkir. Dan jawabannya adalah, pada dulu saat zaman belanda, kawasan pantai indah kapuk dan kawasan ini adalah hutan yang luas. Namun semakin berkembangnya zaman, banyak lahan yang dijadikan bangunan maupun jalan raya. Maka dari itu, Suaka margasatwa ini lahannya kecil, apabila didepannya dijadikan lahan parkir maka akan semakin mengurangi lahannya. Pak Jati (sapaan beliau) juga menjelaskan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan ruko yang ada di sebrang pintu masuk kawasan ini untuk dijadikan lahan parkir. Penjelasan lainpun dilanjutkan dengan alas an mengapa pengunjung disini dibatasi. Alasannya pun bisa kita terima karena jelasnya dulu ini adalah cagar alam, dan cagar alam menurut pengertiannya yaitu tidak ada campur tangan sedikitpun dari manusia. Kawasan dibiarkan bebas agar habitatnya tidak terganggu. Namun, mungkin dirasa tidak efektif maka kawasan ini pun akhirnya dijadikan suaka margasatwa yang boleh dikunjungi oleh manusia. Namun pengertian dikunjuingi ini dibatasi. Masuknya pun tidak dipungut biaya, karena ini adalah lahan konservasi maka dibatasi agar tidak mengganggu kenyamanan hewan-hewan dan tumbuhan yang ada disana. Seperti yang kita ketahui semakin banyaknya wisatwan yang mengunjungi suatu tempat, maka semakin banyak pula kerusakan dan sampah yang ada disana. Alasan lainnya juga untuk pengamanan hutan disini. Perhari boleh ada pengunjung, namun harus dibatasi dan setiap pengunjung harus mempunyai surat izin terlebih dahulu. Karena konsep suaka margasatwa ini adalah untuk penelitian, Pendidikan lahan basah dan wisata terbatas. Pengunjungnya mulai dari masyarakat umum, anak-anak PAUD, SD, SMP, SMA, Mahasiswa dan lain-lain.
|
saat wawancara dengan Bapak Jati |
|
berfoto bersama Bapak jati |
Kegiatan wawancara ini dimulai dengan menelusuri jembatan kayu yang terbuat dari kayu merbau yang didatangkan dari papua dengan panjang 843m. kami pun tiba di Bird Watching, bangunan kecil yang terletak di tengah jembatan yang berfungsi untuk melihat burung-burung yang sedang mengambil makan di atas pohon-pohon. Kanan kiri jalan kita disuguhkan dengan keindahan hutan bakau. Burung-burung yang terdapat disini bermacam-macam, yang berasal dari pulau rambutan, dan ada pula species burung yang berasal dari Australia hinggap disini untuk mencari makan, namun setelah 2tahun ini burung-burung dari Australia sudah jarang terlihat disini.
|
pemandangan danau alami yang ditumbuhi pepohonan liar |
Tidak lama berjalan kami disuguhkan dengan pemandangan danau alami yang banyak terdapat pepohonan liar. Memang pohon-pohon disini dibiarkan liar tanpa ada penataan dari pihak setempat karena agar terjaga keasliannya. Biawak dan berbagai jenis ular dan ikan pun bisa kita lihat secara bebas disini. Namun anda perlu berhati-hati jangan membawa makanan di kawasan ini karena kemungkinan besar akan didatangi oleh kera-kera liar penghuni kawasan suaka margasatwa ini. Pengunjungpun dilarang memberi makan kera-kera disini.
|
jembatan yang rusak dan pepohonan yang rimbun mengharuskan pengunjung berhati-hati |
|
tak ketinggalan saya pun tak melewatkan moment di kawasan ini |
Perlu kehati-hatian yang ekstra saat berjalan kali diatas jembatan, dianjurkan untukmenapaki 2 kayu di setiap langkah kita, karena keadaan kayunya yang sudah tua dan licin membahayakan apabila kita tidak berhati-hati, resikonya pun cukup besar karena danau ini berkedalaman sekitar 8 meter. Danaunya memang tidak terlalu dalam, namun lumpurnya sangat tinggi. Air yang ada disini berasal dari pasar surut air laut, jadi kedalamannya juga tidak menentu, terkadang jarak antara air dan jembatan pun sangat sedikit. Jembatan ini diperbaiki setiap tahun agar tetap bisa digunakan oleh para pengunjung. Tepatnya di setiap akhir tahun di bulan November.
|
pepohonan rimbun yang menghambat pengunjung berjalan menuju ujung jembatan |
Semakin kita kea rah ujung jembatan semakin sulit juga perjalanan yang kita hadapi, ya seperti penjelasan dari Bapak Jati bahwa apabila kita akan menuju ke ujung jembatan harus berhati-hati dan tidak boleh terlalu banyak orang. Jangan sampai ada medan yang berat pada satu titik, karena keadaan kayunya sudah tua dan banyak yang sudah rusak, maka berbahaya bagi pengunjung. Bukan hanya itu, banyak juga kayu yang bolong-bolong yang apabila kita tidak berhati-hati bisa mengakibatkan tercebur kedalam danau. Pepohonan pun sangat rindang dan kita harus jongkok untuk menelusuri jalan itu. Banyak ular dank era yang kita temui disana dan sekali lagi, kehati-hatianpun harus diutamakan.
|
berfoto di ujung jembatan |
SMMA merupakan tempat tinggal bagi aneka jenis burung dan berbagai satwa lain yang telah sulit ditemukan di wilayah Jakarta lainnya. Tercatat kurang lebih ada sekitar 91 jenis burung, 28 jenis diantaranya dari jenis-jenis burung air seperti Mandar batu (Gallinula chloropus), Kuntul kecil (Egretta garzetta), Pecuk-ular Asia (Anhinga melanogaster) dan 63 jenis lainnya dari jenis burung hutan diantaranya Burung-madu Sriganti (Nectarinia jugularis), Caladi tilik (Picoides moluccensis), Kipasan belang (Rhipidura javanica), di Suaka Margasatwa Muara Angke juga terdapat salah satu jenis burung Endemik Jawa yaitu Bubut Jawa (Centropus nigrorufus) dengan status terancam punah yang diperkirakan jumlahnya tidak banyak lagi di SMMA bila beruntung jenis burung ini bisa kita jumpai pada waktu pengamatan. Selain jenis-jenis burung di Suaka Margasatwa Muara Angke juga terdapat jenis Primata yaitu Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang terdiri dari beberapa kelompok dengan jumlah yang cukup banyak dan terdapat pula beberapa dari jenis Amphibi dan Reptil yang cukup beragam. Tidak kalah menarik dari jenis faunanya saja di SMMA juga terdapat beberapa jenis Mangrove, di antaranya adalah jenis bakau (Rhizophora mucronata), api-api (Avicennia spp.), dan pidada (Sonneratia caseolaris).
|
brosur dan buku yang ada di SMMA |
Masalah yang ada di SMMA salah satunya adalah sampah. Beberapa sampah plastik, bahkan sampai alat-alat yang ada di rumah pun bisa terlihat disini seperti Kursi dan lain sebagainya. Hal ini juga menjadi keprihatinan tersendiri. Banyak yang berfikir bahwa sampah ini adalah sampah para pengunjung, namun itu salah besar. . Lokasinya yang memang berdekatan dengan lokasi pemukiman kumuh nelayan Muara Angke dan bebatasan dengan laut menjadikan lokasi ini kerap menjadi “penampungan” sampah yang berasal dari kawasan Jakarta. Meskipun di pinggir-pinggir sungai sudah dibuat jarring namun pada saat air pasang melebihi jarring itu maka tetap saja sampah-sampah terbawa hanyut ke dalam kawasan.
Fasilitas yang tersedia di SMMA terdapat Aula dan jalan kayu ditengah hutan Mangrove. Dan ada juga sebuah kapal yang bisa digunakan untuk menelusuri sungai hingga tiba di pinggir laut. Namun, kapal yang tersedia hanya kapalnya saja, untuk bahan bakarnya sendiri diisi sendiri oleh pengunjung yang ingin menaikinya, banyak yang bisa dilihat dengan berkeliling kapal ini yaitu melihat dari jarak dekat pemandangan hutan mangrove dan binatang-binatang liar disana.
|
sampah yang menjadi masalah disini |
Untuk menuju SMMA, yang termudah adalah dengan mencapai Mega Mall Pluit lebih dulu. Pertokoan ini mudah dicapai dengan berbagai kendaraan umum dari arah Grogol atau Jakarta kota menuju ke arah Muara Karang dan masuk melalui gerbang perumahan PIK (Pantai Indah Kapuk).
|
pemandangan jalan raya tepat di depan pintu masuk |
Selain SMMA, ada juga Taman Wisata Angke yang letaknya sekitar 6km dari SMMA, taman wisata ini adalah area rekreasi terbuka yang bisa dikunjungi oleh siapapun, dulunya kawasan ini adalah tambak liar yang kini telah disulap oleh LSM untuk dijadikan tempat rekreasi.
|
saat akan menaiki perahu |
|
berfoto didalam bird watching |