Tuesday, November 15, 2016

0 Kehilangan

Bismillahirrohmaanirrohiim…

Lima bulan sudah terhitung dari postingan terakhir di blog. Kemana saja saya selama ini? Apa yang telah diperbuat? Berapa banyak manfaat yang sudah dilakukan? Pelajaran apa yang didapat? Berapa banyak kesalahan yang sudah terjadi? Jawaban atas pertanyaan diatas akan dibuat dalam sebuah cerita yang kedepannya akan menjadi catatan pengingat bagi diri ini yang sering lupa.

Cerita ini diawali dengan dua social media yang saya gunakan dalam mengisi waktu luang. Isinya menggambarkan kebahagiaan dan kesuksesan orang lain serta opini-opini mereka dalam menanggapi suatu hal. Disini saya menyimpulkan bahwa, kemungkinan orang diluar sana menilai hidup saya sekarang sukses, bisa tinggal di luar negeri dengan waktu yang cukup lama, bisa merasakan kehidupan sebagai seorang muslim ditengah non-muslim, dan lain-lain. Begitupun saya, melihat kehidupan teman-teman yang lain seolah ringan dan penuh kenikmatan. Padahal mereka tidak tahu apa yang sudah mewarnai hidup saya disini, hehehe. Lagi-lagi, itulah hidup, itulah manusia!

Disini saya akan memberikan gambaran mengenai beberapa cerita yang sudah terjadi di bulan Agustus&September. Saya kehilangan uang sekitar $1.600 karena ketidaktelitian memilih tempat kerja. Uang yang seharusnya saya dapat hasil kerja keras selama 13 hari entah kemana, employer saya tidak memberikan hak itu, ia malah kabur, memblokir nomor telepon saya dan sekarang entah dimana. Awalnya saya sangat kecewa dan terus menangis setiap ingat hal ini, mengadu pada Alloh, “Mengapa ini semua terjadi disaat saya membutuhkannya?” Sebagai warga asing disini, hal yang sudah saya lakukan adalah melapor pada imigrasi namun mereka tidak memberikan respon yang baik, lalu saya melapor dua kali pada Polisi dengan kantor yang berbeda, tapi keduanya tidak menanggapi masalah ini. Mereka mengatakan bahwa persoalan ini bukan wewenangnya, saya disarankan menghubungi dua kantor lain yang berbeda. Kesalahan saya disini memang tidak mengetahui jelas perusahaan tempat saya bekerja dan tidak ada kontrak yang ditandatangani, karena ini pekerjaan casual, jadi mau tidak mau saya harus akhiri kasus ini dengan keikhlasan. Dalam benak saya, kehilangan uang 16juta (yang sebetulnya bisa digunakan sebagai biaya hidup selama satu bulan, atau bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat) sungguh menyesakkan dada. Dikala diam, saya terus menangis, mengapa tidak? Saya sakit hati karena hasil keringat saya yang dilakukan dengan menempuh perjalanan pagi hingga matahari terbenam sia-sia begitu saja, tenaga dan waktu yang sudah saya keluarkan tidak memberikan hasil. Lelah yang dirasa saat harus berlari mengejar kereta tidak dihargai. Tapi apa yang bisa saya lakukan sekarang? Mengikhlaskan. Iya, sudah berkali-kali saya mebahas ilmu ikhlas didalam blog ini, kenapa? Karena saya sering kehilangan. Padahal, apa sih makna kehilangan itu sendiri? Saya mengoreksi diri dan hati ini, sebetulnya apa pantas saya bilang ini kehilangan? Tidak, tidak sama sekali! Apa yang hilang padahal itu bukan milik kita, semua milik Alloh! Uang sekecil itu dimata Alloh bukan apa-apa, Alloh sang pemilik bumi dan alam raya ini. Semua milik Alloh. Hei Riska, sadar!!! Alloh memberikan pelajaran ini untuk terus melatih ilmu ikhlas. Belum tentu saya bisa bersedekah sebanyak ini, anggaplah sebagai sedekah yang harus dibayar, anggap waktu dan tenaga yang berlalu sebagai nilai ibadah, jadikan syukur yang harus dibayar atas nikmat lain yang telah Alloh berikan. Saya juga terus melatih ilmu berbaik sangka pada Alloh, bisa jadi  Alloh hanya mengambil sebagian dari uang saya, padahal seharusnya ada kecelakaan yang harus saya alami. Bisa jadi ada penyakit yang harus saya derita, tapi karena kasih sayang Alloh, Ia hanya mengambil nominal uang. Semua sudah terencana dengan baik, saya bersyukur masih diberikan kesehatan, kenikmatan hidup, juga kenikmatan beribadah, itu yang seharusnya diperhatikan.

Dua minggu lalu, saya kehilangan helmet yang biasanya disimpan dan dikunci bersamaan dengan sepeda di stasiun. Harganya memang tak seberapa, tapi saya tidak bisa menggunakan sepeda tanpa helmet, dikarenakan untuk mematuhi aturan. Saya fikir, mungkin ada orang yang lebih membutuhkannya, jadi mau-tidak mau ia harus mengambilnya dengan cara menggunting. Dan ternyata? Hari minggu kemarin, lengkap sudah sepeda saya juga hilang, hehehe. Saya biasa meninggalkan sepeda di stasiun setiap sore pulang kerja dan “menginapkannya” dan besok pagi saya gunakan untuk berangkat ke tempat kerja. Sesaat ditangga stasiun, biasanya sepeda saya terparkir dan terkunci, tiba-tiba hanya menyisakan rantai kunci yang terputus. Apa respon saya pada saat itu? Hanya senyum dan tertawa kecil. Saya berfikir mungkin semalam ada orang pulang mabuk dan butuh kendaraan untuk ke rumah, makanya ia merusak rantai kunci dan membawa sepedanya pulang. Akhirnya, kembali jalan kaki menempuh 4,5KM pulang pergi dari rumah ke tempat kerja, hehehe. Karena sebelumnya sudah banyak dilatih untuk ikhlas, maka kedepannya semoga tetap dikuatkan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

Bagi saya, kehilangan itu bagian dari kenikmatan, kenikmatan bagi hati yang menikmati dan mengikhlaskan. Lagipula, kehilangan itu merupakan sebuah proses mendapatkan dan menemukan. Saya meyakini Alloh tidak pernah tidur, akan ada banyak hal yang saya dapatkan dan temukan yang lebih besar nilainya. Jauh lebih baik kita kehilangan apa yang dimiliki daripada kita kehilangan keimanan kepada Alloh, juga kehilangan kasih sayang dan ridho-Nya.

Hilang + Ikhlas = Kembali

Salam,

Sydney, 15 November 2016.

(Menulis dengan diiringi flu berat)

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates