Sunday, March 27, 2016

0 Jadi Petani di Australia

Lagi-lagi, keinginan hanyalah menjadi keinginan yang tidak kesampaian. Sebetulnya saya ingin rutin menulis di setiap weekend, namun apa daya, kesibukan duniawi menjadikan saya seperti ini. Alhamdulillah pada kesempatan sekarang masih bisa diizinkan untuk menulis, tepatnya bada subuh di hari Jumat yang indah. Berbicara hari jumat, sudah tiga kali setiap Jumat disini cuacanya kurang bagus, yang terparah adalah Jumat lalu. Pertama kalinya saya merasakan diterjang angin yang sangat besar di tengah ladang pertanian, Allohuakbar, rasanya luar biasa. Berat badan saya ini terkalahkan oleh hembusan angin yang tiba-tiba datang, ditambah dengan hujan yang tidak ditebak datangnya kapan, juga awan mendung yang amat cepat bergerak. Hal ini bukannya membuat saya panik, nyatanya saya tertawa karena takjub dengan yang dirasakan pada saat itu, ini juga sebagai bukti syukur saya. Di luar sana, banyak saudara-saudara kita yang terkena musibah, banyak yang langsung meninggal, tapi Alhamdulillah Alloh masih menjaga saya dan masih memberikan kesempatan untuk hidup (yah alay deh jadinya).

Pemandangan setap pagi
Kembali kepada judul, di Kota Griffith saya bekerja di salah satu Nurseries yang mengelola pohon Almond, Aprikot, Plum, Peach dll. Pekerjaan saya tentunya di hamparan ladang yang dipenuhi dengan rapihnya barisan pepohonan. Hal yang belum pernah dibayangkan sebelumnya menjadi seorang petani di Australia. Aktivitas ini betul-betul menyita tenaga, karena bekerja dibawah terik matahari dan cuaca yang selalu berubah. Bisa jadi pagi-pagi berudara 9oC, siangnya 35oC, malamnya hujan, atau bahkan pagi-pagi dengan 17oC, siang menjadi 40oC, dan yang sangat membantu adalah website ini, karena setiap hari bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi cuaca.

Barisan pepohonan yang saya rawat
Pekerjaan disini saya anggap sebagai bermain sambil belajar, karena memang sangat relevan dengan impian saya dimasa depan, yaitu mempunyai ladang luas untuk mengajak anak-anak belajar cara menanam, merawat pohon, menjaganya sampai tumbuh besar. Yang saya timbulkan disini adalah menganggap semua pohon seperti anak sendiri, meskipun kenyataannya belum punya anak hehehe jadi mulai dari menanam dengan penuh kasih sayang, merawatnya dengan tanggung jawab penuh dan hasilnya bisa dirasakan saat semua pohon yang kita rawat tumbuh sempurna. Pekerjaan saya setiap hari berubah, tapi karena saat ini pohon-pohon sudah mulai banyak yang tumbuh, jadi lebih banyak memotong cabang-cabang dengan ukuran tertentu, membersihkan bagian bawah pohon juga mengarahkan mereka pada cahaya matahari. Jujur, di Indonesia saya belum pernah kerja di sawah, karena memang tidak mempunyai ladang, juga belum pernah main kotor-kotoran di sawah. Tapi disini, saya  begitu bebas menjalani aktivitas, setiap harinya wajah penuh dengan debu, baju dan celana kotor oleh tanah, juga kulit yang sedikit belang meskipin sudah pakai sunscreen dan baju serba tertutup, tapi percaya tidak percaya, panasnya matahari tembus kedalam loh, jadi tetap saja belang, hahaha.
Perlengkapan kerja
Nyolong selfie pas jalan kaki
Ada hal menarik disini, saya seperti berada dalam kelas internasional, dulu saat saya di Faster English Pare, sering diberi tayangan sitcom dari UK, yaitu mind your language yang menceritakan tentang satu kelas Bahas Inggris yang terdiri dari beberapa siswa dari Negara yang berbeda-beda. Akhirnya di ladang ini juga saya merasakan hal tersebut, hampir semua yang bekerja disini adalah backpackers untuk mendapatkan second year visa, kebanyakan mereka berasal dari Eropa, dari Asia sendiri hanya bisa dihitung jari, sangat sedikit. Jadi saya kadang tertawa mendengar orang Italia berbicara dengan orang Perancis dengan logat masing-masing, orang Taiwan dengan orang Jerman, Vietnam dengan American, hahaha, lucu pokoknya. Disini saya lebih sering mendengarkan dibanding berbicara, lumayan untuk melatih lisening saya dalam IELTS nanti. Namun yang paling juara adalah Britiish, saya mempunyai banyak teman yang menggunakan British Accent, OMG, meskipun belum ada di Bitania Raya, tapi setidaknya setiap hari mendengarkan mereka berbicara itu sudah memanjakan telinga saya. Disini saya makin jatuh cinta pada accent tersebut, ada juga Irish accent, Scottish, dan pastinya bos saya yang kental dengan Australian accentnnya.

Teman-teman pada saat makan siang
Transportasi ini yang membawa kami kesana kemari
Petani backpackers disini keren-keren, mau ke sawah saja bawa mobil sendiri (karena tidak ada angkutan), uang yang mereka dapat kebanyakn digunakan untuk jalan-jalan dan party, jadi sebagian besar dari mereka menghabiskan waktu 88hari sebagai syarat apply second year visa, lalu jalan-jalan, ada yang ke Amerika, keliling Asia, Eropa atau saya mungkin ke Mekkash, hehehehe aamiin. Beda halnya dengan orang Asia, kerja disini untuk mengumpulkan uang lalu dikirim ke negaranya baik untuk keperluan keluarga atau untuk kebutuhan masa depan, iya, saya terlahir di tanah Asia, khususnya Indonesia yang memang mempunyai tradisi seperti itu, hehehe.

Inilah yang saya suka, Sunrise gratis
Luar biasa pengalaman menjadi seorang petani di Australia, bukan hanya mendapatkan dollar yang lumayan, tapi banyak pelajaran yang didapat. Di tempat ini pula saya mengibaratkan belajar menjadi seorang ibu, saat saya hamil bisa diumpamakan sebagai bad trees, lama-lama bad itu muncul seperti kita melahirkan seorang anak, saat bad masih kecil, di sekitarnya harus terdapat cabang-cabang pohon untuk melindungi, sama halnya seperti orang tua yang harus selalu ada untuk bayinya, menjaga dan terus berada disampingnya. Saat tumbuh besar, banyak cabang yang harus digunting rapi sesuai ukuran, ini mengumpamakan agar anak kita harus terus dirawat dengan ditamkan prinsip-prinsip hidup yang jelas, agar pondasinya kuat kelak saat tumbuh besar bisa mandiri dan selalu ingat apa yang orang tua ajarkan, membersihkan sucker yang ada pada bawah pohon menunjukan bahwa pastinya ada saja yang tidak suka pada anak kita, banyak hal yang menghambat tumbuh kembangnya, inilah tugas orang tua untuk terus memperhatikan dan membersihkan anaknya dari hal-hal yang membuat perkembangannya terganggu, terakhir yaitu weeding, mencabut rumput yang ada di sekitar pohon, hamper sama dengan membuang sucker, tujuan utamanya agar tidak mengganggu dari faktor luarnya, bisa jadi karena lingkungannya, atau teman-temannya. Kurang lebih seperti itulah, jadi pada saat mereka sudah tumbuh besar, pucuk pohon menghadap matahari dengan tegak, pasti akan menghasilkan buah yang banyak yang terus dan terus berbuah, ini juga bisa dikatakan apabila kita berhasil merawat anak, mereka akan menjadi anak yang sholeh-sholehah, kelak saat orang tuanya sudah tidak ada akan menjadi amal jariyah, Inshaa Alloh.

Ambl gambar sembunyi-sembunyi, mereka jarang ada yang foto-foto
Wajah pulang kerja menuju shade
Antara sedih dan tidak, entah ini akan menjadi minggu terakhir saya atau bukan karena besok sabtu saya harus ke Melbourne untuk mencari pengalaman baru. Lagi-lagi, saya hanyalah seorang perantau yang mencari nafkah dan mencari makna hidup yang dalam, terimakasih Work and Holiday Visa membuat kehidupan di Australia menjadi mudah. No working=No money, it means kerja dulu baru liburan, uang habis ya kerja lagi. Ngumpulin uang lagi buat sekolah :D doakan ya teman-teman agar lelah ini terus menjadi berkah.

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates