Lagi-lagi, keinginan hanyalah menjadi keinginan yang tidak
kesampaian. Sebetulnya saya ingin rutin menulis di setiap weekend, namun apa daya, kesibukan duniawi menjadikan saya seperti
ini. Alhamdulillah pada kesempatan sekarang masih bisa diizinkan untuk menulis,
tepatnya bada subuh di hari Jumat yang indah. Berbicara hari jumat, sudah tiga
kali setiap Jumat disini cuacanya kurang bagus, yang terparah adalah Jumat
lalu. Pertama kalinya saya merasakan diterjang angin yang sangat besar di
tengah ladang pertanian, Allohuakbar, rasanya luar biasa. Berat badan saya ini
terkalahkan oleh hembusan angin yang tiba-tiba datang, ditambah dengan hujan
yang tidak ditebak datangnya kapan, juga awan mendung yang amat cepat bergerak.
Hal ini bukannya membuat saya panik, nyatanya saya tertawa karena takjub dengan
yang dirasakan pada saat itu, ini juga sebagai bukti syukur saya. Di luar sana,
banyak saudara-saudara kita yang terkena musibah, banyak yang langsung
meninggal, tapi Alhamdulillah Alloh masih menjaga saya dan masih memberikan
kesempatan untuk hidup (yah alay deh jadinya).
|
Pemandangan setap pagi |
Kembali kepada judul, di Kota Griffith saya bekerja di salah
satu Nurseries yang mengelola pohon Almond, Aprikot, Plum, Peach dll. Pekerjaan
saya tentunya di hamparan ladang yang dipenuhi dengan rapihnya barisan
pepohonan. Hal yang belum pernah dibayangkan sebelumnya menjadi seorang petani
di Australia. Aktivitas ini betul-betul menyita tenaga, karena bekerja dibawah
terik matahari dan cuaca yang selalu berubah. Bisa jadi pagi-pagi berudara 9
oC,
siangnya 35
oC, malamnya hujan, atau bahkan pagi-pagi dengan 17
oC,
siang menjadi 40
oC, dan yang sangat membantu adalah website
ini,
karena setiap hari bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi cuaca.
|
Barisan pepohonan yang saya rawat |
Pekerjaan disini saya anggap sebagai bermain sambil belajar,
karena memang sangat relevan dengan impian saya dimasa depan, yaitu mempunyai
ladang luas untuk mengajak anak-anak belajar cara menanam, merawat pohon,
menjaganya sampai tumbuh besar. Yang saya timbulkan disini adalah menganggap
semua pohon seperti anak sendiri, meskipun kenyataannya belum punya anak
hehehe jadi mulai dari menanam dengan penuh kasih sayang, merawatnya dengan
tanggung jawab penuh dan hasilnya bisa dirasakan saat semua pohon yang kita
rawat tumbuh sempurna. Pekerjaan saya setiap hari berubah, tapi karena saat ini
pohon-pohon sudah mulai banyak yang tumbuh, jadi lebih banyak memotong
cabang-cabang dengan ukuran tertentu, membersihkan bagian bawah pohon juga mengarahkan
mereka pada cahaya matahari. Jujur, di Indonesia saya belum pernah kerja di
sawah, karena memang tidak mempunyai ladang, juga belum pernah main
kotor-kotoran di sawah. Tapi disini, saya
begitu bebas menjalani aktivitas, setiap harinya wajah penuh dengan
debu, baju dan celana kotor oleh tanah, juga kulit yang sedikit belang meskipin
sudah pakai sunscreen dan baju serba
tertutup, tapi percaya tidak percaya, panasnya matahari tembus kedalam loh,
jadi tetap saja belang, hahaha.
|
Perlengkapan kerja |
|
Nyolong selfie pas jalan kaki |
Ada hal menarik disini, saya seperti berada dalam kelas
internasional, dulu saat saya di Faster English Pare, sering diberi tayangan
sitcom dari UK, yaitu mind your language
yang menceritakan tentang satu kelas Bahas Inggris yang terdiri dari beberapa
siswa dari Negara yang berbeda-beda. Akhirnya di ladang ini juga saya merasakan
hal tersebut, hampir semua yang bekerja disini adalah backpackers untuk mendapatkan second
year visa, kebanyakan mereka berasal dari Eropa, dari Asia sendiri hanya
bisa dihitung jari, sangat sedikit. Jadi saya kadang tertawa mendengar orang
Italia berbicara dengan orang Perancis dengan logat masing-masing, orang Taiwan
dengan orang Jerman, Vietnam dengan American, hahaha, lucu pokoknya. Disini
saya lebih sering mendengarkan dibanding berbicara, lumayan untuk melatih
lisening saya dalam IELTS nanti. Namun yang paling juara adalah Britiish, saya
mempunyai banyak teman yang menggunakan British Accent, OMG, meskipun belum ada
di Bitania Raya, tapi setidaknya setiap hari mendengarkan mereka berbicara itu
sudah memanjakan telinga saya. Disini saya makin jatuh cinta pada accent tersebut, ada juga Irish accent,
Scottish, dan pastinya bos saya yang kental dengan Australian accentnnya.
|
Teman-teman pada saat makan siang |
|
Transportasi ini yang membawa kami kesana kemari |
Petani backpackers disini keren-keren, mau ke sawah saja
bawa mobil sendiri (karena tidak ada angkutan), uang yang mereka dapat
kebanyakn digunakan untuk jalan-jalan dan party,
jadi sebagian besar dari mereka menghabiskan waktu 88hari sebagai syarat apply
second year visa, lalu jalan-jalan, ada yang ke Amerika, keliling Asia, Eropa
atau saya mungkin ke Mekkash, hehehehe aamiin. Beda halnya dengan orang Asia,
kerja disini untuk mengumpulkan uang lalu dikirim ke negaranya baik untuk
keperluan keluarga atau untuk kebutuhan masa depan, iya, saya terlahir di tanah
Asia, khususnya Indonesia yang memang mempunyai tradisi seperti itu, hehehe.
|
Inilah yang saya suka, Sunrise gratis |
Luar biasa pengalaman menjadi seorang petani di Australia,
bukan hanya mendapatkan dollar yang lumayan, tapi banyak pelajaran yang
didapat. Di tempat ini pula saya mengibaratkan belajar menjadi seorang ibu,
saat saya hamil bisa diumpamakan sebagai bad
trees, lama-lama bad itu muncul seperti kita melahirkan seorang anak, saat
bad masih kecil, di sekitarnya harus terdapat cabang-cabang pohon untuk
melindungi, sama halnya seperti orang tua yang harus selalu ada untuk bayinya,
menjaga dan terus berada disampingnya. Saat tumbuh besar, banyak cabang yang
harus digunting rapi sesuai ukuran, ini mengumpamakan agar anak kita harus
terus dirawat dengan ditamkan prinsip-prinsip hidup yang jelas, agar pondasinya
kuat kelak saat tumbuh besar bisa mandiri dan selalu ingat apa yang orang tua
ajarkan, membersihkan sucker yang ada pada bawah pohon menunjukan bahwa
pastinya ada saja yang tidak suka pada anak kita, banyak hal yang menghambat
tumbuh kembangnya, inilah tugas orang tua untuk terus memperhatikan dan
membersihkan anaknya dari hal-hal yang membuat perkembangannya terganggu,
terakhir yaitu weeding, mencabut rumput yang ada di sekitar pohon, hamper sama
dengan membuang sucker, tujuan utamanya agar tidak mengganggu dari faktor
luarnya, bisa jadi karena lingkungannya, atau teman-temannya. Kurang lebih
seperti itulah, jadi pada saat mereka sudah tumbuh besar, pucuk pohon menghadap
matahari dengan tegak, pasti akan menghasilkan buah yang banyak yang terus dan
terus berbuah, ini juga bisa dikatakan apabila kita berhasil merawat anak,
mereka akan menjadi anak yang sholeh-sholehah, kelak saat orang tuanya sudah
tidak ada akan menjadi amal jariyah, Inshaa Alloh.
|
Ambl gambar sembunyi-sembunyi, mereka jarang ada yang foto-foto |
|
Wajah pulang kerja menuju shade |
Antara sedih dan tidak, entah ini akan menjadi minggu
terakhir saya atau bukan karena besok sabtu saya harus ke Melbourne untuk
mencari pengalaman baru. Lagi-lagi, saya hanyalah seorang perantau yang mencari
nafkah dan mencari makna hidup yang dalam, terimakasih Work and Holiday Visa
membuat kehidupan di Australia menjadi mudah. No working=No money, it means
kerja dulu baru liburan, uang habis ya kerja lagi. Ngumpulin uang lagi buat
sekolah :D doakan ya teman-teman agar lelah ini terus menjadi berkah.