Thursday, September 24, 2015

0 Belajar IELTS mandiri? BISA (Part 1)

Tulisan ini adalah jawaban nazar saya setelah berbulan-bulan menggeluti dan berjibaku dengan IELTS, akhirnya setelah menerima hasilnya di tangan, saatnnya mengevaluasi diri dan sedikit berbagi kepada sahabat mengenai pengalaman ini. Semakin kesini, IELTS semakin menjadi primadona bagi mereka yang ingin meraih mimpinya ke luar negeri, terutama ke Eropa atau Australia yang mengedepankan test ini sebagai ukuran kemampuan bahasa Inggris seseorang, baik untuk melanjutkan sekolah, berkarier professional atau untuk pindah kewarganegaraan. Dalam tulisan ini saya tidak akan banyak membahas mengenai mekanismenya, namun misi saya dalam coretan kali ini untuk mendorong sahabat semua agar tidak ragu mengambil test IELTS tanpa memikirkan besarnya biaya untuk kursus persiapan khususnya bagi kalian yang mempunyai bahasa Inggris pas-pasan seperti saya.

Kertas Cambridge 1-9, kalender dan booklet
Ingin keluar negeri tapi ga suka bahasa Inggris? Ya harus suka! Ingin sekolah di negara berbahasa Ibu bahasa Inggris tapi baru mau belajar bahasanya sekarang? Ya belajar! Mau ke Inggris tapi ngomongnya aja belum bisa? Yaudah belajar dulu sana ke kampung Inggris, hehehe. Ya pilihan tepat bagi sahabat yang ingin mengasah kemampuan dari nol, dengan pondasi utamanya yaitu mencintai bahasa Inggris, karena kalau sudah cinta ya apapun akan dilakukan. Hal ini pula yang mengantarkan saya akhirnya mau tidak mau belajar grammar dari bada subuh sampai menjelang magrib sebulan penuh. Karena jujur, di masa lalu saya sangat benci dengan bahasa Inggris namun kebencian ini menjadikan suka yang cukup dalam (benar ungkapan benci jadi cinta, jangan terlalu besar membenci nanti ujungnya melabuhkan cinta yang dalam). Ahhh sudah skip dulu bahas cintanya.

Bagi saya pribadi, IELTS adalah test yang berperikemanusiaan dan betul-betul memaksa kita untuk belajar banyak hal, belajar artinya ketulusan, kesabaran, keikhlasan, memahami satu sama lain, mengontrol emosi, fokus pada tujuan, tidak pantang menyerah, belajar saling menyayangi. Bagi mereka yang memang sudah mempunyai basic bahasa Inggris yang kuat akan lebih mudah dibanding dengan yang baru belajar seperti saya. Guru saya bilang, untuk belajar memahami bahasa, butuh waktu sekitar 6 bulan. Saya belajar bahasa Inggris secara konsisten di bulan Januari 2015, berkenalan dengan IELTS bulan Maret dan test nya di akhir Agustus. Dikatakan singkat? Tidak juga. Ini periode yang lama dan membosankan. Namun demi tercapainya cita-cita ya harus mengorbankan banyak hal, toh yang dikorbankan juga manfaatnya sangat banyak. Baiklah, dibawah ini saya ceritakan pengalaman dibagi dari segi waktunya:

Januari-Mei 2015

Sekitar 4,5 bulan saya mulai mencintai bahasa Inggris dengan belajar di Kampung Inggris Pare, Kediri. Yang niat awalnya hanya 2 bulan disini dan untuk persiapan Toefl ITP, akhirnya melenceng pada IELTS, kenapa? Karena lingkungan dan wawasan yang merubah pola fikir. Bulan pertama saya digembleng dengan grammar, bisa dinobatkan sebagai siswi ter-rajin karena tekad saya tidak boleh bolos, sekalipun pertemuan sehari adalah 5x dengan durasi 1,5 jam dari jam 5.30am-5.30pm, bisa kebayang kan jenuhnya seperti apa? Bulan kedua saya lebih banyak belajar sendiri dengan mendalami materi-materi yang sudah dipelajari serta mengambil speaking dan pronunciation class untuk mengasah kemampuan berbicara saya yang ada di salah satu komponen test IELTS. Beruntung saya tinggal di Camp yang dibangun atas dasar kekeluargaan, belajar jauh dari orang tua ya rasanya belajar seperti di rumah, pagi-pagi bisa masak, siang buat cemilan, sore atau malam lanjut masak. (Karena kebutuhan saya bukan hanya persiapan bahasa Inggris yang matang, melainkan juga persiapan menjadi seorang Ibu rumah tangga, hahaha). Bulan ketiga saya mengambil kelas academic writing, namun kurang efektif karena kelasnya penuh sesak dengan udara yang kurang di ruangan itu, ditambah lagi dengan jam belajar di siang hari bolong jam 2.30pm dan selepas Maghrib, alhasil saya sering bolos dan lebih mendalami aktivitas memasak di camp, terimakasih FASTER ENGLISH. Bulan keempat di minggu kedua saya mengambil salah satu kelas IELTS preparation dengan durasi kelasnya 6 jam perhari(per dua minggu). Hasilnya? Lumayan lah buat nambah temen. Bulan terakhir saatnya LIBURAN……naik-naik ke puncak gunung……

Mei-Agustus 2015

Saya memutuskan untuk pulang ke rumah dengan segala perbekalan materi yang dirasa cukup, karena saya tipe orang yang ternyata lebih fokus tanpa banyak gangguan dari luar. Belajar sendiri dengan metode yang saya buat, rencana belajar yang jelas dan materi yang sesuai dengan kebutuhan. Berbekal hasil print buku cambrige 1-9, yang setiap bukunya terdiri dari 4 test dan sudah dilengkapi audionya untuk listening. Alhamdulillah ini sangat membantu, karena saya tidak satupun membeli buku(seperti banyak rekomendasi bukunya Barron’s). Yang saya butuhkan saat itu adalah memperbanyak latihan, karena dengan membiasakan diri mengikuti prosedur real test, nantinya tidak akan kaget dan sudah terbiasa. IELTS bukan sekedar menguasai bahasa dan teori, hal penting lain yang harus diperhatikan adalah pengelolaan waktu dan emosi. Berikut saya jabarkan tips untuk menyelesaikan 9 buku Cambridge secara mandiri ya:
  • 1 buku Cambridge dihabiskan dalam 10 hari, jadi setiap 2 hari sekali saya harus menyelesaikan 1 test. Bisa digunakan untuk mengerjakan soal dan juga evaluasinya. Jika 2x4=8, maka dalam periode tersebut saya mempunyai waktu libur 2 hari, setidaknya untuk menghela nafas atau sekedar sepedahan di belakang rumah.
  • Dalam 1 hari harus komitmen minimal 5 jam belajar, jika sedang rajin-rajinnya, bisa sampai 10 jam loh, karena mood yang sedang bagus perlu dimanfaatkan. 5 jam yang dimaksud dipecah menjadi beberapa bagian, tergantung kondisi otak dan kondisi hati tentunya.
  • Kadang, jika dalam 1 hari kita tidak bisa belajar mencapai 5 jam, bisa digantikan pada hari libur (dicicil seperti bayar hutang). Kondisi belajar yang terus-menerus bukannya membebani, malah semakin memotivasi diri sendiri. Saking lebaynya, sehari tanpa belajar rasanya ada yang kurang, semacam kecanduan belajar.
  • Semua buku Cambridge tentunya dalam bentuk hasil print agar mudah dicoret-coret. Saat sudah mencapai cambrige 7,8,9, saya membiasakan diri mengisi jawaban di lembar jawaban IELTS dengan penggunaan waktu yang disamakan. Pagi hari jam 9 pas, saya sudah harus nongkrong depan laptop selama 3 jam non-stop, kunci kamar agar tidak ada gangguan.

Sedikit gambaran diatas untuk menyelesaikan buku yang membuat kepala kelimpungan. Adapun tips-tips simple ala “Riska” untuk memudahkan mempelajari setiap komponen IELTSnya, sbb:
  • Listening, adalah test pertama kali dengan memakan waktu sekitar 30 menit untuk mendengarkan dan 10 menit untuk memindahkan jawaban. Sebagian besar yang digunakan dalam percakapan IELTS adalah british accent ditambah dengan Australian accent. Sekali lagi saya beruntung sekali pernah tinggal di FASTER ENGLISH Pare yang teachernya mengajarkan saya accent ini dan setiap listening dan film yang diberikan beraccent british. Saya juga sering membuka web belajar dari British Council, lengkap selengkap-lengkapnya mengenai banyak hal tentang Listening IELTS berikut dengan contoh soal, jawaban dan audionya bisa di download secara Cuma-Cuma. Dalam latihan, biasanya evaluasi yang saya lakukan yaitu melihat skrip sambil mendengarkan soal, karena cepatnya percakapan terkadang kita kehilangan konsentrasi dan kata-kata.
  • Reading, adalah hal yang membuat saya ngantuk. Tapi, reading di IELTS ini membuat penasaran karena kosa kata yang digunakan kebanyakannya synonym. Jadi cara yang biasa saya gunakan yaitu menandai kata-kata yang sulit di passage soal cambrige, lalu diterjemahkan satu persatu. Hal ini memakan waktu yang lama, karena bukan hanya menerjemahkannya tapi harus memahaminya. Metode hafalan vocabulary perlu dihindarkan, karena ini hanya membuat kita ingat saat itu saja, yang lebih penting adalah pemahaman dan penerapannya pada kalimat lain. Evaluasi pada soal Cambridge di setiap jenis soal reading juga perlu diperhatikan, setelah kita menyelesaikan soal (untuk latihan biasa, 20 menit untuk 1 passage. Saat itu juga langsung diperiksa dan di analisis jawabannya, dengan menganalisis secara detail kita secara tidak sadar banyak belajar dan tentunya perlu spidol warna-warni untuk menggaris bawahi jawaban yang berbeda. Untuk simulasi real test ya harus menyelesaikannya dalam 1 jam untuk 3 passages).
  • Writing, untuk komponen ini kita perlu memadukan kemampuan berfikir kritis dalam menanggapi soal, menulis dengan tekanan waktu dan pintar membaca soal. Tugas utamanya adalah memahami setiap soal baik dari task 1 maupun task 2. Butuh waktu yang cukup lama agar kita bisa menguasai semuanya, dalam task 1 saja terbagi beberapa jenis soal yang tentunya penanggapannya juga berbeda, meskipun hanya 30% penilaiannya, tapi kita juga perlu memberikan perhatian pada task ini. Ditambah lagi perlu banyaknya pengetahuan mengenai kata-kata yang biasa digunakan untuk bridge, connector, ah pokoknya banyak deh, juga perlu penguasaan vocab yang berbeda. Tapi ya jangan terlalu difikirkan, jalani saja yang ada yang kita bisa. Yang penting mah soalnya keisi, nyambung dan waktu mengerjakannya cukup. Untuk task 2, lagi-lagi jenis soal harus kita ketahui semuanya. Mudah-mudahan di artikel lain bisa saya spesifikasikan ya, materinya saya dapat dari kursus online British Council.
  • Speaking, part terakhir yang paling singkat waktunya. Bagi para extrovert, bukan hal yang sulit saat harus ngobrol dengan orang yang baru dikenal, apalagi orang asing. Tapi bagi orang pendiam, membangun suasana untuk 2 orang di ruangan sepertinya agak sulit, sekalipun kita punya pengetahuan luas untuk menjawab soal, namun cara penyampaian kita yang kurang menarik akan membawa test ini menjadi kaku. Lakukan saja senatural mungkin, mau berbohong juga gapapa karena penilaiannya bukan terletak pada seberapa berbobotnya pengetahuan yang kita miliki.

Duh tidak terasa sudah 3 lembar di ms.word saya, terlalu panjang…. Disambung di artikel selanjutnya ya mengenai pengalaman test dan juga tips lain untuk belajar mandiri.

Pengunjung Blog Saya

 

Coretan Riska Anjarsari Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates