Indonesia yang notabene adalah Negara agraris yang dilalui oleh garis khatulistiwa menyimpan banyak keindahan, baik dari segi alam maupun budaya. Salah satu budaya yang juga bisa dinikmati keindahannya adalah Subak. Subak sendiri yaitu organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali.
Adanya revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini.
Subak telah diusulkan sejak 12 tahun yang lalu dan melalui proses yang panjang dan tidak mudah, dan pada akhirnya UNESCO mengakui subak sebagai warisan budaya pada tanggal 29 Juni 2012 di Rusia. Sejak tahun 2002, salah satu kawasan Subak atau saluran irigasi pertanian tradisional yakni kawasan terasering persawahan Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali, yang sudah banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik domestic maupun mancanegara. Hal ini secara tidak langsung memberikan dampak yang sangat baik terhadap pengembangan pariwisata Indonesia khususnya di bidang budaya, Sebagian besar wisatawan merasa penasaran dengan keindahan kawasan terasering pertanian yang berundak-undak.
Namun bukan hal yang mudah juga untuk menjaga kelestarian subak, karena dibutuhkan dukungan dari pemerintah, warga sekitar dan pihak lainnya. Pemerintah sendiri perlu memberikan perhatian yang lebih serius terhadap organisasi pengairan tradisional dalam bidang pertanian, agar hamparan lahan sawah tetap lestari menjadi subak abadi.Jangan sampai kondisi petani memprihatinkan, karena Kalau hal itu sampai terjadi, tentu pengakuan dari UNESCO bisa dicabut, sehingga akan memalukan pemerintah Indonesia di dunia internasional. Oleh sebab itu, pemerintah harus memperhatikan kepentingan petani agar mereka senang menggeluti pekerjaannya. Perhatian itu mulai dari sarana air irigasi, kebutuhan bibit, pemasaran, pajak yang tidak terlalu mahal dan memberikan bea siswa kepada anak petani yang berprestasi. Jika subak ini menjadi abadi dan semakin diperluas, maka akan semakin meningkatkan tingkat kunjungan wisatawannya juga.
Subak sendiri bukan hanya berperan dalam meningkatkan potensi pariwisata, namun peran penting lainnya yaitu dapat meningkatkan sosialisasi sesama masyarakat Bali, karena adanya interaksi antara manusia dan alam, dengan adanya interaksi ini diharapkan masyarakat juga dapat menyeimbangkan keduanya, sehingga terciptalah kehidupan yang indah.
Kita sebagai warga Indonesia patutnya bersyukur atas penganugerahan Subak sebagai warisan budaya dari UNESCO, karena hal ini dapat menjadi motivasi dan memacu budaya lain di Indonesia agar tetap lestari dan dapat diakui juga oleh dunia internasional. Kekayaan budaya di Indonesia yang tak akan habis hingga generasi mendatang juga perlu tetap ditingkatkan, salah satunya dengan kepedulian para generasi muda untuk mengenal lalu melestarikannya. Karena generasi muda mempunyai peran yang penting bagi kelestarian budaya di Indonesia.
Adanya revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini.
Subak telah diusulkan sejak 12 tahun yang lalu dan melalui proses yang panjang dan tidak mudah, dan pada akhirnya UNESCO mengakui subak sebagai warisan budaya pada tanggal 29 Juni 2012 di Rusia. Sejak tahun 2002, salah satu kawasan Subak atau saluran irigasi pertanian tradisional yakni kawasan terasering persawahan Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali, yang sudah banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik domestic maupun mancanegara. Hal ini secara tidak langsung memberikan dampak yang sangat baik terhadap pengembangan pariwisata Indonesia khususnya di bidang budaya, Sebagian besar wisatawan merasa penasaran dengan keindahan kawasan terasering pertanian yang berundak-undak.
Namun bukan hal yang mudah juga untuk menjaga kelestarian subak, karena dibutuhkan dukungan dari pemerintah, warga sekitar dan pihak lainnya. Pemerintah sendiri perlu memberikan perhatian yang lebih serius terhadap organisasi pengairan tradisional dalam bidang pertanian, agar hamparan lahan sawah tetap lestari menjadi subak abadi.Jangan sampai kondisi petani memprihatinkan, karena Kalau hal itu sampai terjadi, tentu pengakuan dari UNESCO bisa dicabut, sehingga akan memalukan pemerintah Indonesia di dunia internasional. Oleh sebab itu, pemerintah harus memperhatikan kepentingan petani agar mereka senang menggeluti pekerjaannya. Perhatian itu mulai dari sarana air irigasi, kebutuhan bibit, pemasaran, pajak yang tidak terlalu mahal dan memberikan bea siswa kepada anak petani yang berprestasi. Jika subak ini menjadi abadi dan semakin diperluas, maka akan semakin meningkatkan tingkat kunjungan wisatawannya juga.
Subak sendiri bukan hanya berperan dalam meningkatkan potensi pariwisata, namun peran penting lainnya yaitu dapat meningkatkan sosialisasi sesama masyarakat Bali, karena adanya interaksi antara manusia dan alam, dengan adanya interaksi ini diharapkan masyarakat juga dapat menyeimbangkan keduanya, sehingga terciptalah kehidupan yang indah.
Kita sebagai warga Indonesia patutnya bersyukur atas penganugerahan Subak sebagai warisan budaya dari UNESCO, karena hal ini dapat menjadi motivasi dan memacu budaya lain di Indonesia agar tetap lestari dan dapat diakui juga oleh dunia internasional. Kekayaan budaya di Indonesia yang tak akan habis hingga generasi mendatang juga perlu tetap ditingkatkan, salah satunya dengan kepedulian para generasi muda untuk mengenal lalu melestarikannya. Karena generasi muda mempunyai peran yang penting bagi kelestarian budaya di Indonesia.